Anda di halaman 1dari 37

Presentasi Modul

Gangguan Disosiatif (Konversi)


Pembimbing : Dr. Ni Ketut Sri Diniari, SpKJ

Penyaji : Dr. Endah Warroza Putri


Visi

• Menjadikan Program Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Kedokteran


Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana sebagai lembaga
pendidikan kedokteran yang mampu menghasilkan lulusan yang
unggul, mandiri, professional dan berbudaya serta mempunyai daya
saing di tingkat nasional dan internasional pada tahun 2025.
1. Unggul: SDM yang memiliki kompetensi tinggi, daya saing dan
bijaksana dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya untuk meningkatkan martabat bangsa dan negara serta
kemanusiaan pada umumnya (cakra widya prawartana).
2. Mandiri: SDM yang memiliki kepribadian yang tangguh dan
kemampuan berinteraksi dengan lingkungan yang berkembang
secara dinamis.
3. Berbudaya: SDM yang memiliki kepekaan dan ketajaman nurani
serta mampu memanfaatkan nilai-nilai luhur budaya lokal yang
bersifat universal untuk berinteraksi di masyarakat.
Misi
Misi Umum
• Mewujudkan PPDS I Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNUD sebagai program studi
yang melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi berlandaskan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta nilai budaya.
Misi khusus
• Meningkatkan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat bertaraf nasional dan internasional, berlandaskan budaya,
moral, dan integritas yang tinggi sesuai dengan tuntutan masyarakat.
• Mewujudkan program studi yang mandiri dan profesional dalam
pengelolaan dan pengembangan institusi serta mempunyai tata kelola yang
baik (good corporate governance)
• Gangguan konversi juga disebut disosiatif karena dulu di anggap terjadi
hilangnya asosiasi antara berbagai proses mental seperti identitas pribadi,
memori, sensori dan fungsi motorik.
• Ciri utamanya adalah hilangnya fungsi yang tidak dapat dijelaskan secara
medis.
• Gangguan konversi berkaitan dengan gangguan kecemasan-> terkait
ingatan masa lalu dan kontrol terhadap gerakan tubuh -> tetapi pada
dasarnya tidak terdapat gangguan fisiologis.
• Pada gangguan disosiatif-> kemampuan kendali dibawah kesadaran dan
kendali selektif tersebut terganggu sampai taraf yang dapat berlangsung
dari hari ke hari atau bahkan jam ke jam
mmm
Konversi
1. Primary Gain : hilangnya kecemasan yang mendasar yang
diperoleh dari berkembangnya symptom-
symptom neurotik
2. Secondary Gain : keuntungan sampingan yang dihubungkan
dengan gangguan neurosis atau lainnya,
seperti ekspresi simpati, perhatian yang
meningkat , dan terbebas dari
tanggungjawab
3. La belle indifference : sikap yang tidak tepat atau kurang
perhatian terhadap ketidakmampuan atau
gangguan yang dikeluhkan saat ini
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS GANGGUAN KONVERSI MALINGERING

Tujuan Biasa ada niat/ manfaat Manfaat sekunder (terkait


masalah hukum dan
ekonomi)
Prevalensi Sering pada umur 20- Tidak diketahui
40 tahun sosioekonomi
yang rendah
Gejala klinis Lebih sering gejala Gejala bervariasi tetapi
neurologis paling sering gangguan jiwa
yang ringan.
Kesadaran Produksi gejala tanpa Produksi gejala disadari
disadari
Gangguan konversi adalah gangguan yang
ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala
DSM-IV neurologis yang tidak dapat dijelaskan oleh
gangguan neurologis atau medis yang diketahui.

Gangguan konversi adalah adanya kehilangan


(sebagian atau seluruh) dari integrasi normal
PPDGJ III antara : ingatan masa lalu, kesadaran akan
identitas, penghayatan segera, dan kendali
terhadap gerakan tubuh
• Suatu survei masyarakat menemukan bahwa
insidensi tahunan gangguan konversi adalah 22
per 100.000 orang

• Rasio wanita terhadap laki-laki pada pasien


dewasa adalah sekurangnya 2 banding 1 dan
sebanyaknya 5 banding 1
Gangguan konversi belum diketahui penyebab pastinya, namum
biasanya akibat trauma masa lalu yang berat yang berulang-ulang,
namun tidak ada gangguan organik yang dialami

Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang


terjadi berupa
• Kepribadian yang labil
• Pelecehan seksual
• Pelecehan fisik
• Kekerasan rumah tangga (ayah dan ibu cerai)
• Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan
• Orang dengan pengalaman gangguan psikis kronik,
seksual ataupun emosional semasa kecil sangat
beresiko besar mengalami gangguan konversi.

• Anak-anak dan dewasa yang juga memiliki pengalaman


kejadian traumatik, misalnya perang, bencana,
penculikan dan prosedur medis yang infasif.

• ciri kepribadian : histrionik, dependen


-Parastesia
Gejala -Anestesia
Sensorik -Fenomena sarung tangan
atau kaos kaki (stocking and
glove)

- Kelainan cara berjalan


(astasia-abasia )
Gejala Gejala Motorik
- Kelemahan
- Paralisis

Gejala Kejang Kejang semu


(pseudoseizure)
Gangguan konversi diklasifikasikan atas beberapa
pengolongan :
• F44.0 Amnesia Disosiatif
• F44.1 Fugue Disosiatif
• F44.2 Stupor Disosiatif
• F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan
• F44.4 Gangguan motorik Disosiatif
• F44.5 Konvulsi Disosiatif
• F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik Disosiatif
• F44.7 Gangguan Disosiatif campuran
• F44.8 Gangguan Disosiatif lainnya
• F44.9 Gangguan Disosiatif YTT
• Ciri utamanya adalah hilangnya daya ingat, biasanya mengenai
kejadian penting yang baru terjadi yang bukan disebabkan
gangguan mental organik

Diagnostik :
• Amnesia, baik total maupun parsial, mengenai kejadian
baru yang bersifat stress atau traumatik.
• Tidak ada gangguan mental organik, intoksikasi atau
kelelahan berlebihan
• Yang paling sulit dibedakan adalah “amnesia buatan” yang
desebabkan oleh stimulasi secara sadar. Untuk itu penilaian
secara rinci dan berulang mengenai kepribadian premorbid
dan motivasi diperlukan.

• Amnesia buatan biasanya berkaitan dengan problema yang


jelas mengenai keuangan, bahaya kematian dalam
peperangan, atau kemungkinan hukuman penjara atau
hukuman mati
Amnesia Disosiatif
• Menurut DSM-IV-TR, fitur penting dari amnesia disosiatif
adalah ketidakmampuan untuk mengingat informasi pribadi
yang penting, biasanya yang bersifat traumatik atau stres, yang
terlalu luas untuk dijelaskan oleh kelupaan normal.

• Amnesia disosiatif dapat lebih luas didefinisikan sebagai


gangguan memori reversibel di mana kenangan bagi
pengalaman pribadi seseorang yang biasanya akan tersedia
untuk mengingat pikiran sadar tidak dapat diambil atau
disimpan dalam bentuk verbal
Gambaran klinis
• Terjadi spontan dan pasien sadar mengalami amnesia
• Pasien bisa merasa terganggu ataupun tidak
• Bentuk amnesia disosiatif
• Amnesia yang terlokalisir→peristiwa dalam waktu singkat
• Amnesia umum→seluruh periode amnesia
• Amnesia yang selektif→beberapa bagian dari peristiwa
• Disosiasi fugue ditandai dengan perjalanan tak terduga yang tiba-tiba oleh seseorang dari
rumah ataupun tempat kerjanya dengan disertai ketidakmampuan untuk mengingat sebagian
atau keseluruhan masa lalunya. Disosiatif fugue memiliki semua ciri amnesia disosiatif
ditambah gejala perilaku melakukan perjalanan meninggalkan rumah.

• Untuk diagnosis pasti harus ada


• Ciri-ciri amnesia disosiatif
• Melakukan perjalanan tertentu melampaui hal yang umum dilakukannya sehari-hari
• Kemampuan mengurus diri yang dasar tetap ada (makan, mandi, dan sebagainya) dan
melakukan interaksi sosial sederhana dengan orang-orang yang belum dikenalnya
(misalnya membeli karcis atau bensin, menanyakan arah, memesan makanan)
• Harus dibedakan dari “post-ictal fugue” yang terjadi setelah
serangan epilepsi lobus temporalis, biasanya dapat
dibedakan dengan cukup jelas atas dasar riwayat
penyakitnya, tidak adanya problem atau kejadian yang
“stressful” dan kurang jelasnya tujuan (fragmented)
berkepergian serta kegiatan dari penderita epilepsi tersebut
Gambaran Klinis
• Onset gejala tiba-tiba
• Berjalan-jalan secara bertujuan, biasanya jauh dari rumah dan seringkali selama
beberapa hari
• tidak dapat mengingat aspek penting identitas sebelumnya (nama, keluarga,
pekerjaan)
• Pasien tidak menyadari bahwa mereka melupakan segalanya, jika mereka tiba-
tiba kembali ke diri sebelumnya mereka dapat mengingat onset fuga sebelumnya,
tapi mereka tetap amnestik untuk periode fuga itu sendiri
• Tidak tampak berkelakuan aneh bagi orang lain, Seringkali mengambil identitas
dan pekerjaan baru Identitas yang baru tidak berganti-ganti (beda dengan
gangguan identitas disosiatif)
• Stupor disosiatif bisa didefinisikan sebagai sangat berkurangnya atau hilangnya
gerakan-gerakan voulunter dan respon normal terhadap rangsangan luar
seperti cahaya, suara dan perabaan (sedangkan kesadaran dalam artian
fisiologis tidak hilang).
Untuk diagnosis pasti harus ada :
Stupor, seperti yang sudah disebutkan tadi.
• Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik lain yang
dapat menjelaskan keadaan stupor tersebut.
• Adanya masalah atau kejadian-kejadian baru yang ”stressful”
• Merupakan gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan
sementara penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap
lingkungannya, dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku
seakan-akan dikuasai oleh kepribadian lain, kekuatan gaib atau
malaikat.
• Gangguan trans yang terjadi selama suatu keadaan skizofrenik atau
psikosis akut disertai halusinasi atau waham atau kepribadian multipel
tidak boleh dimasukkan dalam kelompok ini.
• Hanya gangguan trans yang ”involunter”(diluar kemauan individu) dan
bukan merupakan aktivitas yang biasa, dan bukan merupakan kegiatan
keagamaan ataupun budaya, yang boleh dimasukkan dalam pengertian
ini.
• Tidak ada penyebab organik
Diagnosis Klinis

• Hal ini ditandai oleh gejala somatik, seperti pingsan, mati rasa dan
kesemutan, penglihatan memudar, kejang-kejang seperti gerakan,
jantung berdebar, dan sensasi panas naik melalui tubuh.
• Individu mungkin merintih, menangis, kutukan tak terkendali,
upaya mencelakakan diri sendiri atau orang lain, atau jatuh ke
bawah dan berbaring dengan kematian-seperti keheningan.
• Selama episode, ada penyempitan kesadaran dan kurangnya
kesadaran lingkungan yang lebih besar. Setelah episode, individu
biasanya laporan amnesia sebagian atau penuh untuk peristiwa
dan tindakan mereka
• Bentuk yang paling lazim dari gangguan ini adalah kehilangan kemampuan
untuk menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak (tangan atau
kaki)
• Paralisis dapat bersifat parsial dengan gerakan yang lemah atau lambat atau
total, dapat juga terjadi gemetar
• Tremor yg berlebihan pada satu atau lebih ekstremitas atau pada seluruh
badan
• Terjadi berbagai bentuk dan taraf inkoordinasi khususnya pada kaki sehingga
cara jalan aneh dan ketidakmampuan berdiri tanpa dibantu
• Gejala tersebut seringkali menggambarkan konsep dari penderita mengenai
gangguan fisik yang berbeda dengan prinsip fisiologik maupun anatomik
• Dapat menyerupai kejang epileptic dalam hal
gerakannya akan tetapi jarang disertai lidah tergigit, luka
serius karena jatuh saat serangan dan inkontinensia
urin, tidak dijumpai kehilangan kesadaran tetapi diganti
dengan keadaan seperti stupor atau trans
• Gejala anestesi pada kulit seringkali mempunyai batas-batas yang tegas
(menggambarkan pemikiran pasien mengenai fungsi tubuhnya dan bukan
menggambarkan kondisi klinis sebenarnya).
• Dapat pula terjadi perbedaan antara hilangnya perasaan pada berbagai jenis
modalitas penginderaan yang tidak mungkin disebabkan oleh kerusakan
neurologis, misalnya hilangnya perasaan dapat disertai dengan keluhan
parestesia.
• Kehilangan penglihatan jarang bersifat total, lebih banyak berupa gangguan
ketajaman penglihatan, kekaburan atau ”tunnel vision” (area lapangan pandangan
sama, tidak tergantung pada perubahan jarak mata dari titik fokus). Meskipun ada
gangguan penglihatan, mobilitas penderita dan kemampuan motoriknya
seringkali masih baik.
• Tuli disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang terjadi dibandingkan dengan hilang
rasa dan penglihatan.
Sindrom Ganser
• Adalah ketidakmampuan mereka untuk menjawab dengan
benar pertanyaan-pertanyaan sederhana yang diminta
mereka meskipun oleh banyak jawaban mereka, mereka
menunjukkan bahwa mereka telah memahami sebagian
besar rasa pertanyaan

• contoh pasien yang, ketika ditanya berapa banyak hidung


dia, menjawab," Saya tidak tahu apakah aku punya hidung. ".
Gambaran klinis
• Gejala sindrom Ganser adalah jawaban yg salah tetapi jawaban
tersebut mendekati benar. Hal ini menunjukan bahwa pasien
sebetulnya mengerti dengan maksud pertanyaan
• Kesadaran berkabut juga sering terjadi yg bermanifestasi sebagai
disorientasi, amnesia, hilangnya informasi personal dan gangguan
daya nilai realita
Gangguan Identitas Disosiatif
• Gangguan kepribadian multipel=kepribadian ganda
• Merupakan gangguan disosiasi yang kronik dan penyebabnya khas
yaitu kejadian traumatik, biasanya kekerasan fisik atau seksual pada
masa kanak
• Memiliki 2 atau lebih kepribadian yang berbeda tetapi ada satu
kepribadian yang dominan dan hanya satu yang tampil setiap saatnya
• Gangguan disosiatif paling serius
Gambaran Klinis
• Sering kali diperkirakan memiliki gangguan kepribadian, schizofrenia,
atau gangguan bipolar yang rapid cycling
• Jumlah median kepribadian : 5-10
• Transisi kepribadian biasa tiba-tiba dan dramatik
• Pasien biasanya memiliki amnesia selama masing-masing kepribadian
untuk keberadaan kepribadian lainnya dan untuk peristiwa yang
terjadi saat kepribadian lain adalah dominan
Diagnosis
• Adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda
• Paling sedikit dua identitas atau kepribadian tersebut secara berulang
mengambil kendali perilaku individu tersebut
• Tidak mampu mengingat informasi personal yang penting yang tidak
bisa dijelaskan dengan lupa yang biasa
• Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologik langsung
penggunaan zat (hilang kesadaran atau perilaku kacau selama
intoksikasi alkohol), atau kondisi medik umum (kejang parsial
kompleks)
F 44.9 Gangguan Disosiatif YTT

• Pedoman Diagnostik
a) Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat,
tremor, muka merah yg menetap dan mengganggu
b) Gejala subjektif tambahan yg mengacu kpd sistem atau organ tertentu
c) Preokupasi dgn distres mengenai kemungkinan adanya gangguan yg
serius (srg tdk begitu khas), dari sistem atau organ tertentu, yg tdk
terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dan
peneguhan oleh para dokter
d) Tidak terbukti adanya gangguan yg bermakna pada struktur atau fungsi
dari sistem atau organ
• Sebagian besar pasien 90-100%, dengan gangguan konversi
mengalami pemulihan gejala pertamanya dalam beberapa hari
atau kurang dari satu bulan, dilaporkan 75% pasien tidak
mengalami episode lain, tetapi 25% mungkin mengalami
episode tambahan selama priode stres.

• Orang-orang dengan gangguan konversi beresiko besar


mengalami komplikasi, yang terdiri dari :
Gangguan seksual , Alkoholisme , Depresi , Gangguan saat
tidur,mimpi buruk, insomnia atau berjalan sambil tidur,
Gangguan kecemasan , Gangguan makan, Sakit kepala berat
Farmakologi : Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penangan awal,
walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani gangguan konversi
ini. Biasanya pasien diberikan anti-depresan dan obat anti-anxietas untuk
membantu mengontrol gejala mental pada gangguan konversi ini.
Non Farmakologi :
1. Psikoterapi untuk gangguan konversi sering mengikutsertakan teknik
seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang
menimbulkan gejala disosiatif.
2. Terapi kesenian kreatif. Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe
terapi ini menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka.
3. Terapi kognitif.
Teknik berkomunikasi
1. menunjukkan Empati
2. menjelaskan bahwa ada penyakit di dunia kedokteran yang
disebabkan oleh psikologis
3. kasus seperti ini banyak terjadi dimasyarakat
4. Dokter mampu dan terbiasa menangani kasus
5. Dokter mampu menunjukkan kompetensinya

Anda mungkin juga menyukai