Anda di halaman 1dari 49

MATA MERAH

TANPA PENURUNAN VISUS

Dr. Hj. Hasmeinah, B. Sp.M


30 November 2019
PENDAHULUAN

Pada mata normal sklera terlihat Mata merah


berwarna putih karena sklera dapat disebabkan
terlihat melalui bagian konjungtiva pelebaran
dan kapsul Tenon yang tipis dan pembuluh darah
tembus sinar. konjungtiva yang
terjadi pada
peradangan akut

Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah juga


dapat terjadi akibat pecahnya salah satu dari kedua
pembuluh darah di konjungtiva, sehingga darah
tertimbun di bawah jaringan konjungtiva.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Mata
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Mata

Mata diperdarahi oleh Konjungtiva diperdarahi oleh arteri konjungtiva


arteri oftalmika posterior yang memperdarahi konjungtiva bulbi
dan arteri siliari anterior yang bercabang menjadi
arteri episklera (pleksus siliar) yang
memperdarahi iris dan badan siliar, dan arteri
perikornea yang memperdarahi kornea.
konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous
humor

Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut
(sel konus) dan sel batang (sel basilus). Sel konus berisi
pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu
Konjungtivitis

merupakan radang konjungtiva atau radang selaput


lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata,
dalam bentuk akut maupun kronis.

Klasifikasi Konjungtivitis
1. Konjungtivitis akut
• Konjungtivitis bacterial
Konjungtivitis gonore
• Konjungtivitis akut viral
Keratokonjungtivitis epidemic
Demam faringokonjungtiva
Keratokonjungtivitis herpetic
Keratokonjungtivitis new castle
Konjungtivitis hemoragik akut
• Konjungtivitis jamur
• Konjungtivitis alergi
1. Konjungtivitis Kronis
• Trachoma
Gejala
• Mata merah
• Perasaan seperti ada benda asing
• Pedih dan panas
• Gatal-gatal
• Banyak keluar air mata dan eksudasi
• Fotofobia (jika kornea ikut terkena)
Tanda

• palpebra superior : pseudoptosis (pada trachoma,


keratokonjungtivitis epidemik)
• Konjungtiva tarsalis superior/inferior : hiperemis,
hipertrofi papil, folikel
• Apparatus lakrimalis : lakrimasi (+)
• Adenopati preaurikuler
Konjungtivitis Bakteri

Stafilokok, Streptokok,
Corynebacterium diphtheriae,
Pseudomonas aeruginosa, Neisseria Etiologi
gonorrhoea, dan Haemophilus
injluenzae.

Manifestasi
klinis
Konjungtiva bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan
sekret mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis
akibat pembengkakan kelopak, kemosis, hipertrofi papil,
folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten,
mata terasa seperti ada benda asing, dan limfadenopati
preaurikular
Pada konjungtivitis gonore, terjadi sekret yang purulen padat
dengan masa inkubasi 12 jam-5 hari, disertai perdarahan
subkonjungtiva dan kemosis. Terdapat tiga bentuk, oftalmia
neonatorum (bayi berusia 1-3 hari), konjungtivitis gonore
infantum (lebih dari 10 hari), dan konjungtivitis gonore
adultorum

Pada orang dewasa terdapat kelopak mata


bengkak sukar dibuka dan konjungtiva yang
kaku disertai sakit pada perabaan;
pseudomembran pada konjungtiva tarsal pembesaran dan rasa
superior; konjungtiva bulbi merah, kemosis, nyeri kelenjar
dan menebal; gambaran hipertrofi papilar preaurikular. Sekret
besar semula serosa
kemudian menjadi
kuning kental.
pemeriksaan sediaan langsung
Pemeriksaa dengan pewarnaan Gram atau
n Giemsa untuk mengetahui kuman
Penunjang penyebab dan uji sensitivitas.

Stafilokok dapat menyebabkan


blefarokonjungtivitis, Gonokok
menyebabkan perforasi kornea dan
Komplikasi
endoftalmitis, dan Meningokok dapat
menyebabkan septikemia atau
meningitis.
Penatalaksanaa
n

Bila tidak ditemukan


kuman dalam
sediaan langsung,
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan diberikan tetes mata
mikrobiologi, dapat diberikan pengobatan antibiotik spektrum
topikal dengan sulfonamid dan antibiotik
luas tiap jam disertai
tunggal, seperti gentarnisin, kloramfenikol,
polimiksin, selama 3-5 hari salep mata untuk
tidur atau salep mata
4-5 kali sehari.
Untuk pasien dirawat serta
konjungtivitis diberi penisilin salep
gonore dan suntikan

penisilin tetes mata dalam


Untuk bayi dosisnya 50.000 bentuk larutan penisilin G
unit/kg BB selama 7 hari. 10.000-20.000 unit/ml
Sekret dibersihkan dengan setiap menit selama 30
kapas yang dibasahi air rebus menit, dilanjutkan setiap 5
bersih atau garam fisiologis menit selama 30 menit
setiap 15 menit dan diberi berikut, kemudian
salep penisilin. diberikan setiap I jam
selama 3 hari

Terapi dihentikan setelah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan hasil negatif


selama 3 hari
Bila tidak diobati akan sembuh sendiri
dalam waktu 2 minggu. Dengan
Prognosis pengobatan biasanya akan sembuh
dalam 1-3 hari.

Untuk mencegah oftalmia


neonatorum dapat dilakukan
Pencegahan pembersihan mata bayi
dengan larutan borisi dan
diberikan salep kloramfenikol
Konjungtivitis Viral

Adenovirus, Herpes simpleks,


Etiologi Herpes zoster, Klamidia, New
castle, Pikorna, Enterovirus

Manifestasi
klinis
Terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal,
injeksi, nodul preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta kadang
disertai sakit tenggorok dan demam. Terdapat folikel atau papil,
sekret yang serous atau mukoserous, perdarahan
subkonjungtiva (”small and scattered”), limadenopati
preaurikuler dan infiltrat kornea
pemeriksaan sitologi ditemukan sel
Pemeriksaan raksasa dengan pewarnaan Giemsa,
penunjang kultur virus, dan sel inklusi
intranuklear
Keratitis.
Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada
Komplikasi kelopak; neuralgia; katarak; glaukoma;
kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik;
dan kebutaan

dapat sembuh sendiri sehingga


pengobatan hanya bersifat suportif,
Penatalaksana berupa kompres, astringen, dan
an lubrikasi.

debriment kornea atau salep mata


idosuridin 4x/hari selama 7-10 hari atau
salep Acyclovir 3% 5x/hari selama 10 hari
dan diobati dengan obat antivirus, asiklovir
400 mg/hari selama 5 hari
Steroid tetes deksametason 0,1%
diberikan bila terdapat
episkleritis, skleritis, dan iritis,
tetapi steroid berbahaya karena
dapat mengakibatkan
penyebaran sistemik

Analgesik untuk menghilangkan


rasa sakit
permukaan dapat diberikan salep
tetrasiklin

Jika terjadi ulkus kornea perlu


dilakukan debridemen dengan
cara mengoles salep pada ulkus
dengan swab kapas kering,
tetesi obat antivirus, dan
ditutup selama 24 jam
Konjungtivitis Jamur

disebabkan oleh Candida spp (biasanya


Candida albicans) adalah infeksi yang jarang
terjadi; umumnya tampak sebagai bercak
putih. Keadaan ini dapat timbul pada pasien
diabetes atau pasien yang terganggu sistem
imunnya, sebagai konjungtivitis ulseratif atau
granulomatosa.

Kerokan menunjukkan reaksi radang sel


polimorfonuklear. Organisme mudah
tumbuh pada agar darah atau media
Saboraud dan mudah diidentifikasi
sebagai ragi bertunas (budding yeast)
atau sebagai pseudohifa (jarang).
Infeksi ini berespons terhadap
amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam
larutan air (bukan garam) atau terhadap
krim kulit nystatin (100.000 U/g) empat
sampai enam kali sehari.
Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi adalah radang


konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap
noninfeksi.

Etiologi Reaksi hipersensitivitas tipe cepat


(tipe I) atau lambat (tipe IV), atau
reaksi antibodi humoral terhadap
alergen

Pada pemakaian mata palsu


atau lensa kontakjuga dapat
terjadi reaksi alergi.
Manifestasi
Klinis Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair,
gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun
bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya
terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam
keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi
ringan pada konjungtiva palpebra dan bulbi
serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang
dapat menimbulkan komplikasi pada
konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi
kemosis berat.
Pada pemeriksaan sekret ditemukan
Pemeriksaan
sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan
Penunjang
darah ditemukan eosinofilia dan
peningkatan kadar serum IgE.

Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan


ditujukan untuk menghindarkan penyebab dan
Penatalaksana menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan
an misalnya vasokonstriktor lokal pada keadaan akut
(epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikal dosis
rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan
edemanya
Trakoma

Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis


folikular kronik yang disebabkan oleh
Chlamydia trachromatis

Keluhan pasien adalah fotofobia, mata


gatal, dan mata berair
Secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan
konjungtivitis dengan pewarnaan Giemsa terutama
terlihat reaksi sel-sel polimorfonuklear, tetapi sel
plasma, sel leber dan sel folikel (limfoblas) dapat juga
ditemukan. Sel leber menyokong suatu diagnosis
trakoma tetapi sel Limfoblas adalah tanda diagnostik
yang penting bagi trakoma

Terdapat badan inklusi Halber


StatlerProwazeck di dalam sel epitel
konjungtiva yang bersifat basofil berupa
granul, biasanya berbentuk cungkup
seakan-akan menggenggam nukleus.
Kadang-kadang ditemukan lebih dari satu
badan inklusi dalam satu sel.
Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari, peroral dalam 4 takaran
yang sama selama 3-4 mingu, Doksisiklin 100
Penatalaksana mg, 2 x/hari p.o selama 3 minggu, Eritromisin 1
an gr/hari p.o dibagi dalam 4 takaran selama 3-4
minggu, dan salep mata atau tetes mata
termasuk sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin
dan rifampisin 4x/hari selama 6 minggu.
perdarahan
subkonjungtiv
a

Pembuluh darah pada konjungtiva yang rapuh


dan pecah yang mengakibatkan perdarahan
Definisi subkonjungtiva (daerah dibawah konjungtiva)
. Tampak sebagai patch merah terang atau
merah gelap.
• Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur
adalah pembuluh darah konjungtiva.
• Batuk, bersin, muntah
• Hipertensi.
Etiologi • Gangguan perdarahan
• Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid,
vitamin D, kontrasepsi
• Gejala sisa dari operasi mata.
• Trauma.
• Menggosok mata.
Mata merah spontan, biasanya monokuler.
Kadang didahului serangan batuk berat atau
bersin yang terlalu kuat, warna merah pada

konjungtiva akan berubah jadi hitam
Tanda dan setelah beberapa lama
Gejala

Perdarahan subkonjungtiva dan hematoma


kaca mata hasil daripada fraktur basis crania.
Penatalaksanaan

Perdarahan subkonjungtiva tidak memerlukan pengobatan


karena darah akan terabsorbsi dengan baik selama 3 -4
minggu. Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin
meluas dapat diberikan vasacon (vasokonstriktor) dan
multivitamin. Airmata buatan untuk iritasi ringan dan
mengobati faktor risikonya untuk mencegah risiko
perdarahan berulang.
Peradangan Palpebra : Blefaritis

a. Blefaritis Skuamosa ( sebore ).

- Berhubungan ketombe di kepala, alis, mata, telinga.


- Biasanya terdapat pytosporum ovale, walaupun bukan penyebab.

- Gejala : iritasi, rasa panas, gatal.


pinggir palpebra :kemerahan, sisik melekat pada bulu
mata, sisik berminyak.

- Terapi : ditujukan pada ketombe di kepala, alis, telinga.


medicated shampo 2x seminggu 1 bulan.
Sisik-sisik di pinggir palpebra dibersihkan dengan
kapas.
Salep korticosteroid : pada kelopak mata sebelum
tidur.

- Penyulit : Keratitis, kerato konjungtivitis


b. Blefatitis Ulseratif
- Infeksi pinggir palpebra stafilokok.
- Anak-anak retardasi mental
- Gejala : - Kelopak mata merah lebih merah dari blefaritis skwamosa,
sisik-sisik kering.
- Sepanjang pinggir kelopak mata ulcerasi ditutupi kropeng ( krusta ).
- Bulu mata rontok chronis :distorsi kelopak mata.

Pengobatan :
- Perbaiki keadaan umum gizi dan kebersihan.
- Kropeng kapas lidi basah
salep antibiotik.

Penyulit :
- Konjungtivitis, keratitis superfisial, meibomitis.
- Blefaritis stafilokok : hordeolum dan chalazion.
Pterigium

merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular


konjungtiva yang bersifat degeratif dan invasif.
Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak
bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas
ke daerah kornea.
Etiologi

Faktor Intrinsik
meliputi faktor herediter, Faktor Ekstrinsik
beberapa defisiensi, misalnya terpapar dengan UV light dan
defisiensi vitamin A, mikrotrauma kronis pada
berpengaruh terhadap permukaan mata yang sering
perubahan mukosa lakrimal disebabkan oleh pekerjaan
dan pergantian sel epitel pasien
kornea-konjungtiva.

Klasifikasi
Tindakan Non Bedah
pemberian lubrikasi dengan tetes mata buatan
atau tetes mata dekongestan untuk
mengurangi keluhan iritasi, tetes mata dan
salep steroid juga dapat di berikan untuk
mengurangi reaksi peradangan
Penatalaksanaa
n Tindakan Bedah
dilakukan bila pterigium menyebabkan
gangguan visus, keluhan iritasi kronik,
gangguan pergerakan bulbus okuli yang
mengakibatkan diplopia dan gangguan
kosmetik.

Secara umum, lindungi mata dari


Penatalaksanaa paparan langsung sinar matahari, debu,
n dan angin, misalnya dengan memakai
kacamata hitam.
Pseudopterigiu
m

merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.


Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses
penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi
kornea

• Perlekatan konjungtiva dengan kornea yang


cacat, sering terjadi pada proses
penyembuhan ulkus kornea.
Tanda • Letak pseudopterigium pada daerah
konjungtiva yang terdekat dengan proses
kornea sebelumnya.
• Pada pseudopterigium dapat diselipkan
sonde dibawahnya.
Pinguekula

Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang


merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar


berdekatan dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau
limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih
(yellow-white deposits), tak berbentuk (amorphous).
Benjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah
fissure 
palpebra yang ukurannya tetap dan mengalami
iritasi.
Gejala

Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/


Penatalaksanaa radang akut yang disebut pinguekulitis, maka
n diberikan steroid lemah topikal (Prednisolon 0,12% ).
Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat


vascular yang terletak antara konjungtiva
dan permukaan sclera.

Gejala

mata merah, nyeri ringan, mata terasa kering,


mengganjal, silau, pedih dan berair, umumnya
mengenai satu mata.
Tanda
Hiperemia terbatas (mata merah satu sektor), benjolan setempat,
batas tegas sehingga mata berwarna merah muda atau ungu.
Infiltrasi, kongesti dan kemotik pada episklera, konjungtiva yang
ada diatasnya dan kapsul tenon yang terletak di bawahnya, nyeri
tekan pada benjolan yang menjalar ke sekitar mata, fotofobia,
lakrimasi, penglihatan masih normal
Biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1 sampai
2 minggu. Namun sering kambuh sampai
betahun-tahun, sehingga mengganggu.
Keadaannya akan membaik dengan
Penatalaksanaa kortikosteroid topical (deksametasone 0,1%)
n dalam 3-4 hari, dapat diberikan fenilefrin 2.5%
topical yang berfungsi mengecilkan pembuluh
darah yang melebar dan dapat diberikan
salisilat.
Skleritis

Merupakan reaksi peradangan dari sclera, biasanya


disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Lebih
sering disebabkan penyakit jaringan ikat, pasca herpes,
sifilis dan gout.

Gejala

mata merah, nyeri hebat (lebih hebat daripada


episkleritis) yang dapat menyebar ke dahi, alis dan
dagu. Dapat disertai silau, pedih dan mata
berair,penglihatan buram.
Tanda

Hiperemis terbatas, benjolan berwarna sedikit


lebih biru jingga, konjungtiva kemotik,
fotofobia, lakrimasi, tajam penglihatan
menurun, biasanya disertai uveitis/keratitis
sklerotikans.
• NSAID: Indomethacin 100mg/hari
Penatalaksanaa • Ibuprofen 300mg/hari : Setelah 1-2
n minggu tidak ada respon, berikan
Prednisolone 80 mg/hari, tapering off.
Kesimpulan

Pada mata normal sklera terlihat berwarna putih karena sklera dapat
terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul Tenon yang tipis dan
tembus sinar. Hiperemia konjungtiva terjadi akibat bertambahnya
asupan pembuluh darah ataupun berkurangnya pengeluaran darah
seperti pada pembendungan pembuluh darah. Pada konjungtiva
terdapat dua pembuluh darah yaitu arteri konjungtiva posterior yang
memperdarahi konjungtiva bulbi dan arteri siliar anterior atau
episklera

Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah konjungtiva yang


terjadi pada peradangan akut. Selain melebarnya pembuluh darah,
mata merah juga dapat terjadi akibat pecahnya salah satu dari kedua
pembuluh darah di konjungtiva, sehingga darah tertimbun di bawah
jaringan konjungtiva.
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput
lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk
akut maupun kronis.

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva


yang bersifat degeratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak
pada celah kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang
meluas ke daerah kornea. Pseudopterigium merupakan perlekatan
konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium ini
terjadi pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva
menutupi kornea.
Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang
merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular yang


terletak antara konjungtiva dan permukaan sclera. Skleritis
Merupakan reaksi peradangan dari sclera, biasanya disebabkan
kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan penyakit
jaringan ikat, pasca herpes, sifilis dan gout.
DAFTAR PUSTAKA

E.S. Perkins, dkk, 1986. An Atlas of Diseases of The Eye. Third Edition. Churchill Livingstoe, New
York.

Ilyas, Sidarta, 2011. Ilmu Penyakit Mata. edisi keempat cetakan kesatu. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta,

Ilyas, Sidarta, 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. edisi
kedua, CV Sagung Seto, Jakarta.

J. Kanski, Jack. 2009, Clinical Opthalmology. Edisi kedua. Butterworth Heinemann, USA.

James, B. Chris, C. Anthony, B. 2006. Lecture Notes Oftalmologi. edisi kesembilan, Erlangga, Jakarta

Leitman, Mark W. 1993. Panduan Diagnosis dan Pemeriksaan Mata. edisi ketiga. Binarupa Aksara,
Jakarta.

Vaughan, D.G. Asbury, T. 2008, Oftalmologi Umum., edisi ketujuh belas, Widya Medika, Jakarta.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Tutorial Risma
    Tutorial Risma
    Dokumen71 halaman
    Tutorial Risma
    M Fadhiel Fajar
    Belum ada peringkat
  • Sken
    Sken
    Dokumen9 halaman
    Sken
    M Fadhiel Fajar
    Belum ada peringkat
  • Skenn A
    Skenn A
    Dokumen39 halaman
    Skenn A
    M Fadhiel Fajar
    Belum ada peringkat
  • Histologi
    Histologi
    Dokumen4 halaman
    Histologi
    M Fadhiel Fajar
    Belum ada peringkat