Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 4

Masalah sistem
resporasi (ppok)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
adalah penyakit yang ditandai dengan hambatan
aliran udara di saluran nafas yang tidak
sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini
bersifat progresif dan berhubungan dengan respons
inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun atau berbahaya (Kemenkes, 2008).
Etiologi PPOK
• Faktor pejamu meliputi genetik, hiper responsif
jalan napas dan pertumbuhan paru. Faktor
genetik yang utama adalah kurangnya alfa 1
antitripsin, yaitu suatu serin protease inhibitor.
• Kebiasaan merokok, Perokok pasif dan
merokok selama hamil juga merupakan faktor
resiko PPOK.
• Faktor Lingkungan (Polusi), Pajanan yang terus
menerus oleh gas dan bahan kimia hasil industri
merupakan faktor resiko lain PPOK.
Klasifikasi
• Derajat 0 (berisiko), Memiliki satu atau lebih gejala
batuk kronis, produksi sputum
• Derajat I (PPOK ringan), Dengan atau tanpa batuk.
Dengan atau tanpa produksi sputum.Sesak napas derajat
sesak 0 sampai derajat sesak 1.
• Derajat II (PPOK sedang), Dengan atau tanpa batuk.
Dengan atau tanpa produksi sputum. Sesak napas derajat
sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
• Derajat III (PPOK berat), Sesak napas derajat sesak 3
dan 4. Eksaserbasi lebih sering terjadi
• Derajat IV (PPOK sangat berat), Pasien derajat III
dengan gagal napas kronik. Disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan.
Manifestasi Klinis
• Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut:
• Kelemahan badan
• Batuk
• Sesak nafas
• Sesak nafas saat aktivitas dan nafas berbunyi
• Mengi atau wheezing
• Ekspirasi yang memanjang
• Batuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut
• Penggunaan obat bantu pernafasan
• Suara nafas melemah
• Kadang ditemukan pernapasan paradoksal
• Edema kaki, asietas dan jari tabuh.
Pemeriksaan Penunjang
• Test Faal, Uji faal paru berguna untuk menegakkan diagnosis,
melihat perkembangan penyakit, dan menentukan prognosa.
• Radioligis (Foto Toraks), berfungsi juga untuk menyingkirkan
diagnosis penyakit paru lainnya atau menyingkirkan diagnosis
banding dari keluhan pasien.
• Analisis Gas Darah, Analisa gas darah berguna untuk menilai
cukup tidaknya ventilasi dan oksigenasi, dan untuk memantau
keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan Penunjang

• Microbiologi Sputum, Pemeriksaan bakteriologi Gram pada


sputum diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan memilih
antibiotik yang tepat.
• Computed temography, Dapat memastikan adanya bula
emfimatosa
• Pemeriksaan Darah rutin, untuk mengetahui adanya faktor
pencetus seperti leukositosis akibat infeksi pada eksaserbasi
akut, polisitemia pada hipoksemia kronik.
• Pemeriksaan Electrocardiogram (EKG) digunakan untuk
mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh kor
pulmonale atau hipertensi pulmonal.
Penatalaksanaan
Farmakologi
• Bronkodilator, manfaat klinis bronkodilator diantaranya
yaitu meningkatkan kapasitas aktivitas, mengurangi
penjebakan udara di dalam paru-paru, serta meredakan gejala
seperti dyspnea.
• Kortikosteroid,
• Phosphodiesterase4 (PDE4)
• Terapi Penggantian α1-antitripsin (AAT)
Penalatalaksanaan
Non-Farmakologi
• Edukasi dan self managemen, untuk memotivasi dan membuat
pasien tetap berpikir positif dalam mengahadapi penyakitnya.

• Aktivitas fisik dan program rehabilitasi paru, Program


rehabilitasi termasuk pelatihan aktivitas fisik, konseling nutrisi,
berhenti merokok, dan edukasi. Program latihan fisik dapat
mengurangi gejala yang muncul saat melakukan aktivitas berat
serta dapat meningkatkan efek kerja obat LABA/LAMA. Selain
itu, aktivitas fisik aerobik dapat meningkatkan kekuatan dan
apabila difokuskan pada ekstremitas atas, dapat memperkuat otot
pernapasan inspirasi.
Pencegahan
 Mencegah terjadinya PPOK dengan
menghindari asap rokok serta hindari polusi
udara, hindari infeksi saluran pernapasan
berulang.
 Mencegah perburukan PPOK dengan berhenti
merokok, gunakan obat-obatan adekuat,
mencegah eksaserbasi berulang.
Masalah Sistem Kardiovaskuler
(Hipertensi)
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik
sediktnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit
lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Price,
2006).
Etiologi
Penyebab hipertensi pada usia lanjut adalah terjadinya
perubahan-perubahan pada:
• Elastisitas dinding aorta menurun
• Katup jantung menebal dan menjadi kaku
• Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun setelah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
• Kehilangan elstisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
• Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Sistolik
Klasifikasi
Diastolik Sistolik Diastolik

< 120 < 80 Optimal < 120 < 80


Normal

Pre-Hipertensi 130-139 80-89 Normal 120-129 80-84

Tahap 1 140-159 90-99 Normal Tinggi 130-139 85-89

Tahap 2 >160 >100 Tingkat 1 140-159 90-99

Tingkat 2 160-179 100-109

Tingkat 3 > 180 > 110

Hipertensi > 140 < 90


Sistolik
Manifestasi Klinis
 Sakit kepala
 Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk
 Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa
ingin jatuh
 Berdebar atau detak jantung terasa cepat
 Telinga bordering
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium : Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim
Ginjal, Kreatinin serum BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim
ginjal dengan gagal ginjal akut, Darah perifer lengkap, Kimia darah
(kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa).
 EKG (Elektrokardiografi), Hipertropi ventrikel kiri, Ischemi/ infark
miocard, Peninggian gelombang P, Gangguan konduksi
 Rontgen foto, Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada kwartasio
dari aorta., Pembendungan, lebarnya paru, Hipertropi parenkim ginjal,
Hipertropi vascular ginjal.
Penatalaksanaan
Farmakologi
 Meningkatkan pengeluaran air dari tubuh:
diuretik.
 Memperlambat kerja jantung: -blocker.
 Memperlebar pembuluh: vasodilator langsung
(di/hidralazin, minoxidil), antagonis kalsium,
penghambat ACE, dan angiotensin II receptor
blocker.
 Menstimulasi Susunan Saraf Pusat: agonis alfa-
2 sentral seperti klonidin dan moxonidin,
metildopa, guanfasin, dan reserpin.
 Mengurangi pengaruh Susunan Saraf Otonom
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi
Penurunan berat badan jika kelebihan berat
badan,
Melakukan diet makanan sesuai dengan DASH
(Dietary Approaches to Stop Hypertension),
Mengurangi asupan natrium tidak lebih dari 100
mmol tiap hari (2,4 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida),
Melakukan aktivitas fisik seperti aerobik,
Mengurangi konsumsi alkohol dan
menghentikan kebiasaan merokok.
Pencegahan
 Pengatuaran diet : Rendah garam, Diet kaya buah dan
sayur, Diet rendah kolesterol sebagai pencegah
terjadinya jantung koroner
 Olahraga
 Memperbaiki pola hidup yang tidak sehat
Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan
Masalah Pada Sistem
Respirasi
 Pengkajian : Identitas Pasien, Riwayat Kesehatan
dan Keperawatanan, Pemeriksaan fisik,
Pengkajian keperawatan yang perlu dilakukan terkait de
ngan peningkatan TIK
 Diagnosa Keperawatan

 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan


adanya penyakit obstruksi
menahun,penumpukan sekresi mucus ditandai
dengan dysneu,adanya produksi
sputum,perubahan suara nafas,perubahan
frekuensi nafas dan irama nafas,adanya kelainan
suara nafas (ronchi)
 Pola tidak efektif berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas oleh sekret
INTERVENSI
Asuhan Keperawatan Lansia
Hipertensi
 Pengkajian : Identitas klien, Riwayat kesehatan, Status fisiologis,
Pengkajian perkembangan untuk lansia, Pengkajian psikososial (Indeks
Kadz), Status kognitif/afektif
 Diagnosa : Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Intervensi

Anda mungkin juga menyukai