Anda di halaman 1dari 27

Sekretariat: Jl. Yupiter Tengah V No.

6 Blok B II Margahayu Raya


Telp. (022) 7568878 Bandung
SHALAT MUSAFIR
BAGI
YANG BEPERGIAN
SHALAT
BAGI ORANG YANG BEPERGIAN

Bagi orang yang bepergian


(musafir) dibolehkan meng-
Qasar atau menjama’ shalat-
shalat fardhu. Shalat dalam
perjalanan itu mempunyai
syarat-syarat tersendiri. Adapun
ketentuannya kami sebutkan
sebagai berikut:
SHALAT QASAR

Shalat Qasar adalah shalat yang di


pendekkan (diringkas). Seorang Musafir
diperbolehkan meng-Qasar Shalat Fardhu
yang empat rakaat menjadi dua rakaat.
Adapun Shalat Maghrib (tiga rakaat) dan
Subuh (dua rakaat) tetap sebagaimana
biasa, tidak boleh di-Qashar.
HUKUM SHALAT QASHAR
Hukum Shalat Qasar itu boleh
sebagaimana firman Allah Swt:

“Apabila kamu mengadakan perjalanan


di atas bumi (di darat , laut, atau
udara) maka tidak ada halangan
bagimu untuk memendekkan shalat”.
(QS. An-Nisaa: 101)
Menurut Madzhab Syafi’i dinyatakan lebih baik
meng-Qasar bagi musafir yang cukup syaratnya. Demikian
berdasarkan hadits sebagai berikut:

Dari Ibnu Umar R.A. Ia berkata: Rasulullah


Saw besabda: ”Sesungguhnya Allah Swt
suka (senang) apabila segala
kelonggarannya diterima (dilaksanakan
oleh kamu). Sebagaimana ia sangat benci
apabila segala kemaksiatannya dikerjakan
oleh kamu”.
(HR. Ahmad)
SYARAT SAH SHALAT QASAR

Orang boleh
meng-Qasar
shalatnya
apabila
memenuhi
syarat-syarat
sebagai
berikut:
SYARAT KE-1

 Jarak perjalanan sekurang-kurangnya dua hari


perjalanan kaki, atau dua marhalh (yaitu sama dengan
16 farsah). Dalam hadits: “Pernah Ibnu Umar dan Ibnu
Abbas r.a. meng-Qasar dan berbuka dalam perjalanan
sejauh empat burud. Yaitu enam belas (16) farsakh”.
(HR. Buhari).
 Tentang jarak jauh yang kita bicarakan ini menurut
Syaikh Abburrahman Al-Jazairi dalam kitabul Fiqih
‘Alaa Madzahibil Al-Arbaah, jilid 1 halaman 472,
dinyatakan 16 farsakh = 80.640 m. (dibulatkan menjadi
81 km). Kebanyakan ulama Indonesia menerangkan
bahwa 16 farsakh = 138 km. menurut KH. Ma’shum Bin
Ali Jombang, 16 farsakh= 80.992 m (dibulatkan 90 km).
SYARAT KE-2

Bepergian
bukan untuk
kemaksiatan
SYARAT KE-3

 Shalat yang boleh di-Qasar hanya shalat yang


empat rakaat saja, dan bukan shalat-shalat yang
qadha. Shalat yang empat rakaat ialah shalat
Dzuhur, Ashar dan Isya.
 Cara meng-Qasar shalat ialah supaya shalat yang
empat rakaat itu dikerjakan (dijalankan) dua
rakaat saja, sabda Nabi Saw: Dari Anas r.a. Ia
berkata: “Pernah kami pergi keluar beserta Nabi
Saw. Ke Mekkah, maka ia mengerjakan shalat dua-
dua rakaat. Hingga kami kembali ke Madinah”.
(HR. Bukhari dan Muslim).
 Adapun shalat Subuh dan Maghrib tidak boleh di-
Qasar.
SYARAT KE-4

Niat meng-Qasar
pada waktu
Takbiratul Ihram
SYARAT KE-5

Tidak ber-ma’mum
kepada orang shalat
yang bukan musafir
BATAS MASA
JADI
MUSAFIR
Tentang batas waktu, sebagian para ulama menyatakan
tiga hari tiga malam saja. Selebihnya dianggap
sudah menjadi muqim. Hal ini berdasarkan Hadits Nabi Saw:

Dari Al-Ula bin Hadrami r.a. Ia


berkata: Nabi Muhammad Saw.
Bersabda: “Telah tinggal kaum
Muhajirin di Mekkah selama tiga hari
setelah menunaikan rukun hajinya”.
(HR. Buhari dan Muslim).
Dalam Hadits lain dinyatakan:

Dari Umar r.a. bahwasanya ia pernah


membawa orang-orang Yahudi dari
Hijjaz, lalu diizinkan orang yang
datang di antara mereka, untuk
berdiam selama tiga hari.
(HR. Malik dalam Kitab Muwatha’).
PENDAPAT TENTANG
JARAK TIGA MIL
BOLEH
MENG-QASHAR
Ada sebagian ulama berpendapat, bahwa mengqasar
itu boleh dalam perjalanan tiga mil, sebagaimana
dinyatakan dalam Hadits:

Saya bertanya kepada Anas


bin Malik tentang meng-
Qasar Shalat. Ujarnya
“Rasulullah Saw
mengerjakan shalat dua
rakaat kalau sudah keluar
dari rumah sejauh tiga mil
atau tiga farsakh“
(HR. Muslim).
SHOLAT
JAMA’
PENGERTIAN
SHALAT JAMA’

Shalat yang dikumpulkan, seorang


musafir. Diperbolehkan menjama’
atau mengumpulkan dua shalat
(Dzuhur, dengan Ashar: Maghrib
dengan Isya) didalam satu waktu.
CARA MELAKUKAN JAMA’

 Jika shalat Dzuhur dengan Ashar dikerjakan


pada waktu Dzuhur, atau Maghrib dan Isya
dilakukan pada waktu Maghrib, maka jama’
semacam itu disebut Jama’ Taqdim.
 Jika dilakukan sebaliknya, disebut Jama’ Ta’khir
(mengakhirkan), misalnya Dzuhur dan Ashar
dikerjakan pada waktu Ashar, dan Maghrib
dengan Isya dilakukan pada waktu Isya.
SYARAT-SYARAT TAQDIM

 Dikerjakan dengan tertib; yakni dengan


yang pertama misalnya Dzuhur dahulu,
kemudian Ashar. Dan Maghrib dahulu
kemudian Isya.
 Niat jama’ dilakukan pada shalat pertama.

 Berurutan antara keduanya: yakni tidak


boleh diselang dengan shalat sunat atau
lain-lain.
SYARAT-SYARAT
JAMA’ TA’KHIR

 Niat Jama’ Ta’khir dilakukan


pada shalat yang pertama.
 Masih dalam perjalanan tepat
masih ada waktu kedua.
SHALAT
JAMA’ DAN QASAR

Musafir yang telah


memenuhi syarat-
syarat yang tersebut
di atas, boleh
mengerjakan shalat
jama’ dan
memendekkannya.
CARA PELAKSANAANNYA
Jika mengerjakan shalat Dzuhur dan Ashar,
lebih dahulu mengerjakan shalat Dzuhur
seperti biasa sampai selesai, kemudian setelah
memberi salam, terus berdiri lagi untuk
mengerjakan shalat Ashar. Demikian pula
Maghrib dan Isya, terlebih dahulu
mengerjakan Maghrib seperti biasa, sesudah
salam terus berdiri lagi untuk mengerjakan
shalat Isya.
Shalat Jama Taqdim, hendaknya
dikerjakan berturut-turut, beriring-
iringan antara keduanya.
Ketika hendak memulai shlalat yang
kedua disunatkan iqamah.
Cara mengerjakan Jama’ Ta’khir tidak
berbeda dengan Jama’ Taqdim, kecuali
waktunya, artinya Jama’ Taqdim dikerjakan
pada waktu Dzuhur atau Maghrib sedangkan
Jama’ Ta’khir dikerjakan pada waktu Ashar
atau Isya, sedang Jama’ Taqdim wajib
mendahulukan Dzuhur dari pada Ashar,
Maghrib dari Isya. Jika Jama’ Ta’khir maka
boleh mana saja yang hendak dilakukan
tetapi mendahulukan shalat waktu itu adalah
sunnat.
Sekian …!
Alhamdulillahirabbil ‘Alamiin

Anda mungkin juga menyukai