Anda di halaman 1dari 12

Oleh:

Yunan Jiwintarum
Seorang wanita berusia 21 tahun dikunjungi oleh
dokter keluarganya karena mengeluh demam
tinggidan adanya benjolan pembengkakan besar
pada daerah lipat pahanya. Pemeriksaan fisik
memperlihatkan adanya demam setinggi 38,8oC
(102oF) dan adanya pembengkakan besar kelenjar
getah bening pada lipat pahanya. Anamnesis
mengungkapkan bahwa ia baru kembali 4 hari
sebelumnnya dari perjalanan berkemah di daerah
Four Corners di Amerika Serikat Bagian Barat Daya.
Darah dan pus yang diambil dari kelenjar getah
bening yang membengkak itu dikirimkan ke
laboratorium untuk biakan dan analisis. Pasien mulai
diberikan paket pengobatan dengan streptomisin.
Apa diagnosis dan penatalaksanaannya?
 Zoonosis  tikus dan tupai
 Penularan  perantaraan gigitan kutu tikus
(Xenopsylia cheopis/flea)
 Wabah pest  didahului wabah pada
binatang (epizootie)/wabah pd tikus
sebelum tikus sakit, masih dpt berkumpul
dgn tikus2 lain shg kutunya dpt berpindah
dari tikus yg 1 ke tikus lainnya  penularan
 Akibatnya pd waktu bersamaan banyak tikus
yg sakit pest (epizootie)
 Setelah sakit berat  tikus mencari tempat
yg sunyi, pd rumah bambu biasanya tikus
masuk ke dlm bambu  bangkainya sukar
dicari
 Bila tikus mati, badannya dingin, kutunya
akan keluar dan kelaparan
 Kutu yg lapar sangat agresif & menyerang
apa yg ada terutama manusia
 Parasit intraseluler fakultatif
 Gram (-), kokobasil, nonmotil
 Pewarnaan Wayson’s bipolar staining 
terutamabhn pemeriksaan dari jaringan,bubo
aspirat atau pus  tampak seperti peniti dgn
polar bodies biru, bagian lainnya biru muda s.d
kemerahan
 Anaerob fakultatif,suhu pertumbuhan 0-43oC
(optimum28oC)
 Pd NAkoloni kecil,mukoid, tampak setelah 1-2
hari
 Pd agar deoksikholat koloni kecil,berwarna
merah setelah hari kedua inkubasi
 Pada agar darah tdkada hemolisa
 Semua Yersinia memiliki lipopolisakarida yg
bila dilepaskan memiliki aktivitas endotoksin
 Memproduksi banyak antigen dan toksin yg
bertindak sebagai faktor virulensi
 Pembungkus sel (envelope) mengandung
suatu protein (fraksi I) yg diproduksi
terutamapd suhu 37oC antifagositik
 Type virulen membawa antigen V-W yg
disandi gen plasmid 72 kb  kemampuan
berproliferasi secara cepat & terjadinya
septisemia
 Memproduksi koagulase pd 28oC (suhu normal
flea) & tdk pd suhu 35oC  transmisi melalui
flea rendah pd musim panas
 Penentu virulensi yg lain berhubungan dgn
kebutuhan nutrisi Ca2+ (Ca2+ dependency) yg
terjadi pd suhu tubuh hospes & tdk pd suhu
kamar
 Menghasilkan Pestisin I,koagulase dan aktivator
plasminogen yg produksinya diperantarai plasmid
9,5 kb  galur yg tdk memiliki enzym2 ini
menunjukkan kemampuan yg menurun utk
membunuh hospesx(flea)
 Protein membran terluar (Yops) diperantarai
plasmid Lcr virulence 75 kb.  yg tdk memiliki
Yops hilang kemampuanx tumbuh cepat di hati &
limpa
 Akut dgn demam & menggigil, masainkubasi 2-6
hari setelah gigitan kutu tikus
 Gigitan Xenopsylla cheopis bakteri  ikut
aliran lympha  tubuh berusaha menahan invasi
dgn mengerahkan leucocyte  krnx kelenjar
lympha regional akan membengkak dan sakit
(bubo)  seringkali pecah mengeluarkan nanah
 Biasanya Penderita pest bubo meninggal dalam
waktu 1 minggu
 Angka kematian 60-90%
 5% penderita pest bubo  pest pneumonia (100%
meninggal) pest pneumonia sekunder
 Penularan pada manusia lain  percikan
ludah (droplet) pd waktu penderita
batuk/bercakap yg mengandung bibit
penyakitnya pest pneumonia primer 
selanjutnya penularan melalui pernapasan 
pest pneumonia
 Masa inkubasi pest pneumonia 2-3 hari 
gejala demam,malaise, nausea, sakit kepala
& batuk dgn sputum berdarah  angka
kematian sangat tinggi (hampir 100%)
 Termasuk dalam UU karantina
 Pes (Plaque) harus dicurigai bila terdapat
penderita dgn panas krn terpapar dgn
hewan2 pengerat di daerah endemis
 Pengenalan penyakit yg cepat serta
KONFIRMASI LABORATORIUM PENTING untuk
menyelamatkan hidup penderita
 Bahan: darah, aspirasi bubo, sputum atau
cairan spinal,apusan tenggorokan (throat
swab), LCS bila gejala meningitis, sampel
autopsi yaitu sumsum tulang, kelenjar
lympha dan jaringan paru
 Pewarnaan Giemsa atau Wayson’s pd semua
jenis sampel
 Kultur bakteri pd perbenihan agar darah,
MCA dilanjutkan uji biokimia
 Lakukan semua ekstra hati2  semua
infeksius
 Obat pilihan streptomisin
 Alternatif tetrasiklin, gentamisin, kloramfenikol
kadang2 diberikan kombinasi dgn streptomisin
 Resistensi thdp antibiotika telah didapati
Pencegahan:
- Penderita diisolasi pd kamar tersendiri 
selesainya didisinfeksi
- Peningkatan sanitasi untuk memberantas tikus &
kutunya
- Vaksinasi  vaksin Otten di Indonesia (dari
Pasteurella pestis hidup, avirulen) immunitas
proteksinya ± 80%

Anda mungkin juga menyukai