Anda di halaman 1dari 24

BASIC MYCOLOGY

R.Varidianto Yudo T., dr


STRUKTUR DAN
PERTUMBUHAN

 Dikarenakan Jamur (yeast dan mold) adalah


organisme eukaryotic sedangkan bakteria
adalah prokaryotic, maka jamur dan bekteria
berbeda dalam beberapa hal dasar.
 Dua struktur sel jamur yang penting secara medis :
(1) Dinding sel jamur terdiri dari utamanya zat chitin
(bukan peptidoglikan seperti pada bakteria); maka dari
itu jamur adalah resisten terhadap antibiotik, seperti
penisilin, yang menghambat sintesis peptidoglikan
(2) Membran sel jamur mengandung ergosterol dan
zymosterol, yang berbeda dari membran sel manusia
yang mengandung kolesterol. Salah satu anti jamur
amphotericin B mempunyai kerja spesifik berdasarkan
perbedaan sterol membran.
 Terdapat dua macam bentuk jamur : YEAST
dan MOLD.
 YEAST tumbuh sebagai sel tunggal yang
bereproduksi dengan asexual budding.
 MOLD tumbuh sebagai filamen panjang
(hyphae) dan membentuk mycelium.
 Beberapa hyphae membentuk dinding transversal
(septate hyphae), sementara hyphae lain tidak
(nonseptate hyphae).
 Beberapa jamur penting mempunyai bentuk
DIMORPHIC akibat perbedaan suhu (mereka
membentuk struktur yang berbeda pada suhu
yang berbeda).
 Jamur Dimorphic tumbuh sebagai mold pada
stadium saprofit bebas di suhu ruang dan
sebagai yeast pada jaringan host pada suhu
tubuh.
 Kebanyakan jamur adalah obligate aerobes,
beberapa ada yang facultative anaerobes; tetapi
tidak ada yang obligate anaerobes.

 Beberapa jamur bereproduksi secara seksual


dengan perkawinan dan membentuk sexual spores,
cth, zygospores, ascospores, dan
basidiospores.
 Zygospores adalah spora besar tunggal dengan
dinding yang tebal
 Ascospores adalah spora yang terbentuk pada
sebuah kantong/sakus yang disebut ascus
 Basidiospores adalah spora yang terbentuk
secara eksternal pada ujung pedestal yang disebut
basidium.
 Klasifikasi jamur-jamur ini dapat didasarkan
pada sexual spores mereka.
 Kebanyakan jamur yang penting secara medis
berkembang secara aseksual dengan
membentuk konidia (asexual spores) dari sisi atau
akhir struktur yang khusus.
 Bentuk, warna, dan letak dari konidia membantu
dalam identifikasi jamur.
 Beberapa konidia yang penting :
( l ) arthrospores* (2) chlamydospores
(3) blastospores (4) sporangiospores
* The term “spores” can be replaced by “conidia”
PATOGENESIS
 Respon terhadap infeksi akibat jamur yang
terpenting adalah pembentukan Granuloma.
 Granuloma biasanya dihasilkan oleh penyakit
jamur sistemik yang umum, seperti
coccidioidomycosis, histoplasmosis, dan blastomycosis,
seperti kiga jamur sistemik lain.
 Cell-mediated immune response terlibat
dalam pembentukan granuloma.
 Supurasi akut yang ditandai dengan adanya
netrofil dalam eksudat juga terjadi pada beberapa
penyakit jamur seperti aspergillosis dan
sporotrichosis.
 Jamur tidak mempunyai endotoksin pada
dinding sel mereka dan tidak memproduksi
toksin yang sama dengan bakteria
 Sebagai tambahan terhadap infeksi jamur,
terdapat dua jenis penyakit lain yaitu :
(1) MYCOTOXICOSIS, yang disebabkan adanya
toksin jamur, dan
(2) ALERGI terhadap spora / bagian-bagian
jamur.
DIAGNOSIS LABORATORIUM
 3 pendekatan untuk diagnosis laboratorium
penyakit yang disebabkan jamur :
(1) Analisa mikroskopis secara langsung
(2) Kultur dari organisme
(3) Tes Serologis
 Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dari
spesimen klinik secara langsung seperti sputum,
material biopsi paru, dan kerokan kulit
tergantung dari penemuan bagian jamur yang
karakteristik seperti spora aseksual, hyphae,
atau yeast pada mikroskop cahaya.
 Spesimen ini dapat dicampur dengan 10% KOH
untuk melarutkan material jaringan,
meninggalkan jamur yang resisten alkali tetap
utuh, atau diwarnai dengan pengecatan khusus
jamur.
 Jamur sering dikultur pada Sabouraud's agar,
yang memfasilitasi munculnya janur yang
tumbuh lambat dengan menghambat
pertumbuhan bakteria dalam spesimen.
 Penghambatan bakteria ini berhubungan dengan
pH medium yang rendah dan adanya tambahan
kloramfenikol dan sikloheksimid.
 Pemeriksaan untuk mengetahui antibodi pada
serum pasien atau cairan spinal sangat berguna
untuk diagnosis mikosis sistemik tetapi kurang
berguna untuk infeksi jamur lain.
 Seperti halnya pemeriksaan serologis bakteri dan
virus, peningkatan titer antibodi yang nyata
merupakan hal yang menyokong diagnosis.
TREATMENT
 AMPHOTERICIN B
 NYSTATIN
 IMIDAZOLE :
 Ketoconazole
 Fluconazole
 Itraconazole
 Miconazole
 Clotrimazole
AMFOTERISIN B
Mekanisme kerja : Amfoterisin B berikatan kuat dengan
sterol yang terdapat pada membran sel jamur
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa
bahan intrasel dan menyebabkan kerusakan yang tetap
pada sel. Salah satu penyebab efek toksik yang
ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada
membran sel hewan dan manusia. Resistensi terhadap
amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya
perubahan reseptor sterol pada membran sel.
NISTATIN
Mekanisme Kerja : Nistatin hanya akan diikat oleh
jamur atau ragi yang sensitif. Aktivitas antijamur
tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada
membran sel jamur atau ragi terutama sekali
ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara
sterol dengan antibiotik ini akan terjadi
perubahan permeabilitas membran sel sehingga
sel akan kehilangan berbagai molekul kecil.
IMIDAZOLE
Pada jamur yang tumbuh aktif, azol menghambat
menghambat 14-α-demetilase, enzim yang
bertanggung bertanggung jawab untuk sintesis
ergosterol, yang merupakan sterol utama
membran membran sel jamur. Pada konsentrasi
tinggi, azol menyebabkan K+ dan komponen-
komponen lain bocor keluar dari sel jamur.

Anda mungkin juga menyukai