Latar Belakang. Juvenile Myasthenia Gravis (MG) adalah gangguan autoimun lagka. Perbandingan
efetivitas antara plasmaferesis (PLEX) dan immunoglobulin sebagai terapi pemeliharaan belum
pasti untuk penyakit pada anak ini.
Tujuan. Untuk menentukan apakah PLEX atau immunoglobulin intravena (IVIG) yang lebih
efektif sebagai terapi pemeliharaan.
Metode. Menggunakan analisis retrospektif lebih dari jangka waktu 33 tahun melibatkan 54 anak-
anak dan remaja dengan Juvenile MG di klinik spesialisasi muscular dan laboratorium
elektromiografi
Hasil. Hasil subjektif dan objektif berkorelasi baik. Kedua PLEX dan IVIG mempunyai respons
tinggi. 27 pasien dengan juvenile MG generalisata menerima PLEX, IVIG, atau keduanya. 7 dari
pasien mendapatkan PLEX tersendiri, 5 dari 10 pasien mendapatkan IVIG tersendiri, dan 9 dari 10
pasien mendapatkan keduanya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara PLEX vs IVIG.
Kesimpulan. Plasmaferesis mempunyai respons paling konsisten daripada IVIG pada keadaan ini.
Penemian ini akan memberikan petunjuk mengenai pencapaian terapi pada juvenile MG, terutama
sebagai hasil yang agak berbeda dari penelitian-penelitian lain yang terfokus pada MG pada dewasa.
PENDAHULUAN
• Myasthenia gravis (MG) merupakan gangguan autoimun dari susunan
neuromuskular disebabkan oleh autoantibodi yang menyerang berbagai
protein pada motor-end plate, seperti reseptor asetilkolin (AChR).
• Juvenile Myasthenia Gravis disebabkan autoantibodi yang mengurangi jumlah
dari AchRs fungsional dan mengganggu post-sinaptik transmisi
neuromuscular normal.
• Secara klinis, Myasthenia gravis mempunyai 2 subtipe mayor, yaitu okular
primer dan generalisata
• Target dari penatalaksanaan MG adalah untuk memperbaiki kekuatan dan daya
tahan tubuh pasien dalam memfasilitasi transmisi neuromuskular.
• Hal ini mungkin dapat dicapai dengan menekan produksi dari antibodi abnormal
dengan obat-obatan seperti kortikosteroid, atau modulasi respons imun dengan
immunoglobulin intravena (IVIG) atau plasmaferesis (PLEX).