Anda di halaman 1dari 17

Patologi Klinik

• Laki2, 25 thn, keluhan • PF:


dispnea sejak malam hari. – Apatis, napas pendek
• Anamnesis: – Frekuensi napas 30kali/menit
– Riwayat dispnea sejak lama, – TD 140/80 mmHg
kadang2 terjadi tiba2 – Nadi 105kali/menit
– Biasanya pasien – Paru: wheezing (+) pada
mengkonsumsi obat inhalasi kedua paru
untuk meredakan dispnea, – Jantung: suara jantung 1&2
tapi tadi malam obat tsb tidak normal, murmur (-)
tersedia karena pasien sudah
tidak mengalami dispnea
untuk waktu yg lama
1. Diagnosis kerja & alasan
– Pasien mengalami serangan asma  terdapat wheezing, sesak
napas mereda bila diberi obat inhalasi
2. Pemeriksaan lab yg direkomendasikan utk pasien
– Analisis gas darah
– IgE
– Eosinofil
– Pemeriksaan darah tepi
• Darah rutin • Analisis gas darah
– Hb 14 gr/dL (n 13-16) – pH 7,32 (n 7,35-7,45)
– Leukosit 10000/μL (n 5000- – pCO₂ 60 mmHg (n 35-
10000) 45)
– Trombosit 350000/μL (n
150000-450000) – pO₂ 70 mmHg (n >80)
– LED 20 mm/jam (n 0-15) – Saturasi O₂ 95% (n
• Hitung jenis >94%)
– Basofil 0% (n 0-1) – HCO₃¯ 23 mEq/L (n
– Eosinofil 2 (n 1-3) 22-26)
– N batang 2 (n 0-2)
– N segmen 68 (n 50-70)
– Limfosit 22 (n 20-40)
– Monosit 6 (n 2-12)
3. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan lab
– Asidosis respiratorik pada serangan asma
• Pada serangan asma terjadi spasme otot2 polos bronkus, &
hipersekresi mukus  obstruksi  udara susah keluar 
pCO₂ ↑ dlm darah  bereaksi dgn H₂O  H₂CO₃ ↔ H⁺ +
HCO₃¯  menambah keasaman  ph ↓
4. Setelah dirawat selama 1hari, pasien tetap dispnea
– Ulangi analisis gas darah, hasil:
• pH 7,36
• pCO₂ 58 mmHg (n 35-45)
• pO₂ 92 mmHg (n >80)
• Saturasi O₂ 96% (n >94%)
• HCO₃¯ 28 mEq/L (n 22-26)

• Kesimpulan: asidosis respiratorik terkompensasi pada


serangan asma
• Pemeriksaan lain untuk membuat kesimpulan:
– Urinalisis  urin akan bersifat asam, hasil:
• pH 4
• Berat jenis 1,020
• Albumin (-), glukosa (-), badan keton (-), bilirubin (-), leukosit esterase (-
), darah (-), nitrit (-)
• Sedimen:
– Leukosit 4/LPB (n <5)
– Eritrosit (-)
– Epitel (+)  selalu ada epitel pada urinalisis
– Bakteri (-)
• Perempuan, 28 thn, demam sejal 3 hari yg lalu.
• PF:
– Tampak sakit sedang, dispnea, batuk dgn sputum yg byk
– TD 140/80 mmHg
– Frekuensi napas 32kali/menit, cepat & dalam
– Nadi 100kali/menit
– Paru: perkusi redup, suara napas melemah pada dada kanan
– Jantung: suaran jantung 1&2 normal, murmur (-), frekuensi
detak jantung sama dgn frekuensi nadi
– Edema ekstrimitas (-)
1. Diagnosis kerja & alasan
– Pasien mengalami pneumonia  pasien mengalami demam
(infeksi), terdapat bunyi redup pada PF (konsolidasi)
2. Pemeriksaan lab yg direkomendasikan utk pasien
– Pemeriksaan darah tepi
– Analisis gas darah
– Biakan sputum
– Tes sensitivitas antibiotik
– Roentgen paru
• Darah rutin • Analisis gas darah
– Hb 12 gr/dL – pH 7,48
– Leukosit 20000/μL – pCO₂ 30 mmHg
– Trombosit 380000/μL – pO₂ 90 mmHg
– LED 30 mm/jam – Saturasi O₂ 95%
• Hitung jenis – HCO₃¯ 23 mEq/L
– Basofil 0%
– Eosinofil 2 • Radiologi
– N batang 6 – Opak pada paru sebelah
– N segmen 80 kanan
– Limfosit 10
– Monosit 2
3. Kesimpulan dari hasil pemeriksaan lab
– Alkalosis respiratorik pada penderita pneumonia lobaris
4. Setelah dirawat selama 2hari, pasien tetap dispnea
– Ulangi analisis gas darah, hasil:
• pH 7,43
• pCO₂ 32 mmHg
• pO₂ 94 mmHg
• Saturasi O₂ 96%
• HCO₃¯ 20 mEq/L
• Kesimpulan: alkalosis respiratorik terkompensasi pada penderita
pneumonia lobaris
• Pemeriksaan lain untuk membuat kesimpulan:
– Urinalisis  urin akan bersifat basa, hasil: pH 8
 Uji yang digunakan untuk membedakan eksudat dan
transudat.
 Umumnya dilakukan pada orang yang mengalami efusi
pleurauntuk mengetahui efusi pleura yang terjadi
karena transudat atau eksudat
 Bahan uji: dari thorakocentesis
 Alat dan bahan:
 Aquades
 Asam asetat glacial
 Bahan uji:
 dalam praktikum ini Serum darah (yang telah dipisah
dari eritrosit dengan kecepatan 3000rpm selama 5
menit)
 Dalam kenyataan: cairan dari pleura
1 tetes asam Ket: bahan uji didapat dari hasil pengambilan
asetat cairan pleura. Namun pada praktikum ini serum
glacialmembua didapat dari pengambilan darah.
t suasana jadia
asam
1 tetes bahan
uji (dlm
prktkum ini
serum
darah)
c

100 ml Tampak warna putih seperti awan ketika serum dimasukkan


aquades+ Serum termasuk eksudat
Bila hasil terdapat warna putih seperti awan ketika bahan
uji dimasukkan eksudatdapat terjadi warna putih
karena eksudat mengandung lebih banyak protein, berat
jenis lebih besar, dan ada fibrinogen.

Bila tidak ada (warna tetap jernih, tanpa perubahan


apapun)transudat
• Transudat Respon tubuh terhada adanya gangguan
sirkulasi dengan kongesti pasif dan edema. Terjadi akibat
proses bukan radang (mis kerusakan endotel, kenaikan
tek hidrostatik). Mengandung sedikit protein, berat jenis
rendah dan tdak membeku.

• Eksudatberhubungan dengan proses peradangan.


Mengandung lebih banyak protein, berat jenis lebih tinggi
dan dapat membeku
JENIS-JENIS EKSUDAT

 Eksudat menyerupai serum darah dan sedikit


fibrineksudat lemahsering terjadi pada radang TB
 Eksudat fibrinmengandung banyak fibrinterjadi
pada pneumonia
 Eksudat purulenmenandung banyak nanah
 Eksudat hemoragikbanyak mengandung eritrosit

Anda mungkin juga menyukai