DALAM PANDANGAN
ISLAM
26 September 2019
Kelompok 8
Adam Reza Pahlevi (31101700001)
Assyifa Irwanto (31101700014)
Berliana Kusuma W. (31101700019)
Endah Kusumaningrum (31101700028)
Hanikh Munfarida (31101700039)
Muhammad Difa Althof (31101700054)
Muhammad Henri I (31101700057)
Ridho Rifkia Natsir (31101700070)
Suprayogi Yoga P. (31101700082)
Tantri Salavia Reisli (31101700084)
Wiwik Dwi Astuti (31101700088)
Prosthodonsia
Prosthodontics is the “diagnosis, treatment planning,
rehabilitation, and maintenance of the oral function,
comfort, appearance, and health of patients with
clinical conditions associated with missing or
deficient teeth and/or oral and maxillofacial tissues”
• Sedangkan untuk urusan implan gigi yang dilakukan tidak karena kepentingan berhias
semata namun untuk kepentingan dan kebutuhan lain, maka kaidah ushul fiqih yang
dipergunakan adalah jalbul masaalih muqoddamun ala dar’il mafsadah.
• Ini membuktikan jika tanam gigi menurut Islam adalah diperbolehkan selama bukan
terbuat dari emas untuk penanaman gigi pada laki laki sebab hukum pria memakai
emas tidak diperbolehkan berhias dengan menggunakan emas. Sebaiknya, bahan yang
digunakan untuk implan gigi adalah bahan lain selain emas. Emas sendiri hanya boleh
dipergunakan dalam kondisi yang darurat.
• Para ulama menegaskan bahwa tidak wajib mengambil benda asing yang
ada pada tubuh jenazah. Makna tidak wajib, artinya keberadaan barang itu
di tubuh jenazah jika tidak memberikan dampak apapun bagi jenazah.
Keberadaan benda itu, tidaklah menyebabkan si jenazah menjadi tertahan
amalnya atau dia tidak tenang, atau keyakinan semacamnya.
• “Jika dikhawatirkan akan merusak badan jenazah, misalnya ketika gigi itu
diambil akan merusak rahang, maka gigi itu dibiarkan untuk dikubur
bersama jenazah.” (as-Syarh al-Mumthi, 5/283).
• “Dalam kitab al-Fushul dinyatakan, jika ada orang yang butuh
untuk mengikat giginya dengan emas, kemudian giginya diberi
kawat emas. Atau dia butuh hidung emas, kemudian dia diberi
hidung emas lalu diikat, kemudian dia mati, maka tidak wajib
dilepas dan dikembalikan kepada pemiliknya. Karena melepa
nya menyebabkan menyayat mayat.” (al-Inshaf, 2/555).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bila menetapkan seorang komandan
sebuah pasukan perang yang besar atau kecil, beliau berpesan kepadanya
secara khusus untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbuat
baik kepada kaum muslimin yang bersamanya, lalu beliau mengatakan:
“Berperanglah dengan menyebut nama Allah, di jalan Allah.Perangilah orang
yang kafir terhadap Allah. Berperanglah, jangan kalian melakukan ghulul
(mencuri rampasan perang), jangan berkhianat, jangan mencincang mayat,
dan jangan pula membunuh anak-anak. Bila kamu berjumpa dengan musuhmu
dari kalangan musyrikin, maka ajaklah kepada tiga perkara. Mana yang mereka
terima, maka terimalah dari mereka dan jangan perangi mereka. Ajaklah
mereka kepada Islam, kalau mereka terima maka terimalah dan jangan perangi
mereka ” (HR. Muslim)
“Aku keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengantar jenazah, beliau
duduk di pinggir kuburan dan kami pun juga demikian. Lalu seorang penggali kubur
mengeluarkan tulang (betis atau anggota) dan mematahkannya (menghancurkannya).
Maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Jangan kamu patahkan tulang itu.
Kamu patahkan meski sudah meninggal sama saja dengan kamu patahkan sewaktu
masih hidup. Benamkanlah di samping kuburan. (HR Malik, Ibnu Majah, Abu Daud
dengan isnad yang shahih)
Terimakasih