Anda di halaman 1dari 18

PROSTHODONSIA

DALAM PANDANGAN
ISLAM

26 September 2019
Kelompok 8
Adam Reza Pahlevi (31101700001)
Assyifa Irwanto (31101700014)
Berliana Kusuma W. (31101700019)
Endah Kusumaningrum (31101700028)
Hanikh Munfarida (31101700039)
Muhammad Difa Althof (31101700054)
Muhammad Henri I (31101700057)
Ridho Rifkia Natsir (31101700070)
Suprayogi Yoga P. (31101700082)
Tantri Salavia Reisli (31101700084)
Wiwik Dwi Astuti (31101700088)
Prosthodonsia
Prosthodontics is the “diagnosis, treatment planning,
rehabilitation, and maintenance of the oral function,
comfort, appearance, and health of patients with
clinical conditions associated with missing or
deficient teeth and/or oral and maxillofacial tissues”

by : American College of Prosthodontics


• Prostetik : seni dan ilmu pembuatan pemasangan
perawatan protesa
• Protesa : penggantian buatan atau tiruan yg dilihat utk
menggantikan salah satu bagian tubuh yang hilang atau
tidak ada sejak lahir

• by : Ensiklopedia Britannica, Inc.


Hukum Gigi Palsu (Gigi Protesa)

“Hidungnya terkena senjata pada peristiwa perang Al-Kulab di zaman


jahiliyah. Kemudian beliau tambal dengan perak, namun hidungnya
malah membusuk. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkannya untuk menggunakan tambal hidung dari emas.”
[HR. An-Nasai 5161, Abu Daud 4232]
Hukum merubah ciptaan Allah tanpa
merehabilitatif

“dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu


benar-benar mereka mengubahnya”. (An-Nisa’ :119)
“Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘kecuali karena penyakit’ dzahir
maksudnya bahwa keharaman yang disebutkan, yaitu jika dilakukan untuk
tujuan memperindah penampilan, bukan untuk menghilangkan penyakit
atau cacat, karena semacam ini tidak haram.” [Nailul Authar, 6/229]
• Larangan Nabi yang ada dalam semua hadits digunakan untuk larangan merubah
ciptaan Allah SWT yang dilakukan untuk berhias, menghilangkan tanda penuaan, mengan
dung unsur penipuan dan juga memperlihatkan perbedaan dengan kaun kafir yang sesuai
dengan hadits riwayat Bukhari, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi tidak mau menyemir
rambut, karena itu berbedalah kamu dengan mereka.” [Riwayat Bukhari].

• Sedangkan untuk urusan implan gigi yang dilakukan tidak karena kepentingan berhias
semata namun untuk kepentingan dan kebutuhan lain, maka kaidah ushul fiqih yang
dipergunakan adalah jalbul masaalih muqoddamun ala dar’il mafsadah.

• Ini membuktikan jika tanam gigi menurut Islam adalah diperbolehkan selama bukan
terbuat dari emas untuk penanaman gigi pada laki laki sebab hukum pria memakai
emas tidak diperbolehkan berhias dengan menggunakan emas. Sebaiknya, bahan yang
digunakan untuk implan gigi adalah bahan lain selain emas. Emas sendiri hanya boleh
dipergunakan dalam kondisi yang darurat.
• Para ulama menegaskan bahwa tidak wajib mengambil benda asing yang
ada pada tubuh jenazah. Makna tidak wajib, artinya keberadaan barang itu
di tubuh jenazah jika tidak memberikan dampak apapun bagi jenazah.
Keberadaan benda itu, tidaklah menyebabkan si jenazah menjadi tertahan
amalnya atau dia tidak tenang, atau keyakinan semacamnya.

• Pada prinsipnya melepas benda yang ada di jasad jenazah tidak


diperbolehkan, kecuali jika ada 2 pertimbangan, misalnya karena nilainya
yang mahal atau karena benda yang ada di tubuh jenazah itu najis.

• “Jika dikhawatirkan akan merusak badan jenazah, misalnya ketika gigi itu
diambil akan merusak rahang, maka gigi itu dibiarkan untuk dikubur
bersama jenazah.” (as-Syarh al-Mumthi, 5/283).
• “Dalam kitab al-Fushul dinyatakan, jika ada orang yang butuh
untuk mengikat giginya dengan emas, kemudian giginya diberi
kawat emas. Atau dia butuh hidung emas, kemudian dia diberi
hidung emas lalu diikat, kemudian dia mati, maka tidak wajib
dilepas dan dikembalikan kepada pemiliknya. Karena melepa
nya menyebabkan menyayat mayat.” (al-Inshaf, 2/555).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bila menetapkan seorang komandan
sebuah pasukan perang yang besar atau kecil, beliau berpesan kepadanya
secara khusus untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbuat
baik kepada kaum muslimin yang bersamanya, lalu beliau mengatakan:
“Berperanglah dengan menyebut nama Allah, di jalan Allah.Perangilah orang
yang kafir terhadap Allah. Berperanglah, jangan kalian melakukan ghulul
(mencuri rampasan perang), jangan berkhianat, jangan mencincang mayat,
dan jangan pula membunuh anak-anak. Bila kamu berjumpa dengan musuhmu
dari kalangan musyrikin, maka ajaklah kepada tiga perkara. Mana yang mereka
terima, maka terimalah dari mereka dan jangan perangi mereka. Ajaklah
mereka kepada Islam, kalau mereka terima maka terimalah dan jangan perangi
mereka ” (HR. Muslim)
“Aku keluar bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengantar jenazah, beliau
duduk di pinggir kuburan dan kami pun juga demikian. Lalu seorang penggali kubur
mengeluarkan tulang (betis atau anggota) dan mematahkannya (menghancurkannya).
Maka nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Jangan kamu patahkan tulang itu.
Kamu patahkan meski sudah meninggal sama saja dengan kamu patahkan sewaktu
masih hidup. Benamkanlah di samping kuburan. (HR Malik, Ibnu Majah, Abu Daud
dengan isnad yang shahih)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai