Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES

MILLITUS PADA LANSIA”

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Desy Enggar Pravita ( 10215004 )
Kastina Sholihah ( 10215007 )
M. Robieth Alhady W. ( 10215008 )
Riyan Mayasari ( 10215014 )
M. Perdana Sigo P. ( 10215024 )
Titik Pusparini ( 10215032 )
Arvina Umaiya Zahro ( 10215041 )
Definisi Lansia

 Seseorang yang berusia 60 tahun bisa lebih


dari 60 tahun, dilihat dari fisik berbeda dengan
kelompok umur lainnya (Depkes RI,2005;
dalam Puspitasari , 2014).
Klasifikasi Lansia

Menurut WHO dalam Maryam (2008)


dibedakan menjadi 4 antara lain :
1. Usia pertengahan/miiddle age yaitu usia 45-
59 tahun.
2. Lanjut usia/elderly yaitu usia 60-74 tahun.
3. Lanjut usia tua/old yaitu usia 75-90 tahun.
4. Lanjut usia sangat tua/very old yaitu usia
diatas 90 tahun
Perubahan fungsional yang
terjadi pada lansia :
Perubahan yang terjadi pada lansia menurut
Mubarak, et al 2011 yaitu :
1. Perubahan fisik
2. Perubahan Kondisi Mental
3. Perubahan Psikososial
4. Perkembangan psiritual
Definisi diabetes mellitus

 Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik


yang komplek yang melibatkan Kelainan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makrovaskuler,
mikrovaskuler dan neurologis
Klasifikasi

American Diabetes Assosiation (2005) dalam


Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan
diabetes mellitus menjadi :
1. Diabetes mellitus tipe 1
2. Diabetes mellitus tipe 2
3. Diabetes mellitus Gestasional
Etiologi

 Diabetes mellitus tipe 1 / IDDM (insulin dependent diabetes millitus ). DM


tipe 1 Ditandai oleh penghancuran sel – sel beta pankreas,factor
genetik,imonologi, dan mungkin pula lingkungan ( virus ) diperkirakan turut
menimbulkan distruksi sel beta.
a. Faktor Genetik penderita DM tipe 1 memwarisi kecenderungan genetic
kearah DM tipe1 ,kecenderungan ini ditemukan pada individu yang memiliki
HLA ( Human Leucocyt Antigen) tertentu. Resiko meningkat 20x pada
individu yang Memiliki tipe HLA.
b. Faktor Imonologi respon abnormal dimana anti body terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
c. Faktor Lingkungan virus/toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat
menimbulkan destruksi sel beta.
 DM tipe II / NIDDM mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin
dan sekresi insulin pada DM tipe II masih belum diketahui. Faktor resiko
yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga, usia (resistensi insulin
cenderung menigkat pada usia>65 tahun). (Brunner dan Suddarth, 2000)
Patofisiologi

 Pada penderita diabetes mellitus pengaturan system kadar


gula terganggu. Insulin tidak cukup untuk mengatasi dan
akibatnya kadar gula didalam darah Bertambah tinggi.
Peningkatan kadar gula darah akan menyumbat seluruh
system Energy dan tubuh berusaha kuat untuk
mengeluarkannya melalui ginjal, kelebihan gula
Dikeluarkan didalam air kemih, ketika memakan makanan
yang banyak kadar gulanya, peningkatan kadar gula dalam
darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi.
Jika ini terjadi maka terjadilah diabetes
Manifestasi Klinis

Keluhan yang sering muncul :


 Adanya gangguan penglihatan karena katarak
 Rasa kesemutan pada tungkai
 Kelemahan otot (neuropati perifer)
 Luka pada tungkai yang sukar sembuh
Pemeriksaan penunjang

1. Glukosa darah sewaktu


a. Kadar glukosa darah puasa
b. Tes toleransi glukosa
2. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada
sedikitnya 2 kali pemeriksaan:
a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam
kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2
jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.
Penatalaksanaan

Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :


1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
Komplikasi

1. Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosis

2. Komplikasi kronis
a. Retinopati diabetic
b. Nefropati diabetic
c. Neuropati
d. Displidemia
e. Hipertensi
f. Kaki diabetic
g. Hipoglikemia
OPEN WORD..................
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai