Anda di halaman 1dari 22

OBESITAS

Kelompok : 3

Rifqi Nuscha Al Muhimmah2019000073


Siti Nurhalizah 2019000083
Veronica Agnes 2019000093
Yuki Hilmawi 2019000103
LATAR BELAKANG
Obesitas merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan
di berbagai negara. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak di dunia
meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan diperkir
akan akan mencapai 9,1% di tahun 2020. Penyebab utama obesitas adalah ke-
tidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dan kalori yang di-
keluarkan. Upaya pemenuhan kebutuhan gizi pasien secara optimal, baik
berupa pemberian makanan pada pasien yang dirawat maupun konseling gizi
pada pasien rawat jalan dapat dilakukan dengan proses asuhan gizi. Proses
asuhan gizi terstandar dan komprehensif memerlukan keterlibatan berbagai
profesi terkait (dokter, perawat, gizi, farmasis) sejak mulai assessment, pe-
negakan diagnosis, intervensi, dan monitoring evaluasi (monev).
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penyelesaian kasus pasien obesitas dengan
terapi farmakologi dan terapi non farmakologinya

TUJUAN
1. Memberikan pengobatan bagi pasien secara terapi
farmakologi dan terapi non farmakologi untuk obesitasnya

MANFAAT
1. Mengetahui langkah-langkah penyelesaian kasus
obesitas dengan proses asuhan gizi.
2. Mengetahui pembuatan preskripsi diet pada kasus
obesitas.
DEFINISI
Obesitas adalah keadaan akumulasi lemak yang abnormal
atau berlebih pada jaringan adiposa yang dapat menganggu
kesehatan. Obesitas juga merupaka akibat dari ketidakse-
imbangan pemasukan energi dan pengeluaran energi.
WHO mendefiniskan obesitas adalah :
a. BMI yang lebih besar atau sama dengan 25 adalah over-
weight
b. BMI yang lebih besar atau sama dengan 30 adalah
obesitas
ETIOLOGI
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi
dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang se
lanjutnya disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu :
1. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan
yang berlebihan.
1. Keluaran energi rendah disebabkan oleh rendahnya metabo-
lisme tubuh, aktivitas fisis, dan efek termogenesis makanan
yang ditentukan oleh komposisi makanan.
FAKTOR RESIKO LAIN
1. Riwayat keluarga
a. NIDDM (Non insulin Dependent Diabetes Melitus)
b. Penyakit kardiovaskular
c. Hipertensi
d. Dyslipidemia
e. Penyakit kandung empedu

2. Riwayat sosial/ psikologis


a. Merokok
b. Stress/ depresi
PENGUKURAN TINGKAT
OBESITAS
1. Body Mass Index (BMI)
adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi”. terdapat
kategori Underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kele
bihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan). Rumus
atau cara menghitung BMI, yaitu:
(𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛2) (𝑘𝑔)
BMI =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

2. RLPP (Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul)


Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara
lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (R
LPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP). (8)
𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑃𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑛𝑔
Rumus :
𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 𝑃𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢𝑙
3. Rumus Broca
Rumus Broca:
BBI = 90% (Tinggi Badan cm -100) x 1kg
Untuk pria dengan tinggi < 160cm dan wanita < 150cm, meng-
gunakan rumus:
BBI = (Tinggi Badan cm - 100) x 1kg
4. BOD POD
BOD POD merupakan salah satu alat untuk mengukur lemak dala
m tubuh, yaitu berupa ruang berbentuk telur yang telah dikompute
-risasi.
5. DEXA (Dual energy X-ray Absorptiometry)
Dual energy X-ray absoprtiometri adalah salah satu cara menentuk
an jumlah dan lokasi lemak dalam tubuh yaitu dengan cara menye-
rupai skening tulang.
6. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)
BIA merupakan pengukuran obesitas dengan cara penderita berdiri
di atas skala khusus dan sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya
dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
CARA PENANGGULANGAN
OBESITAS
1. Jangan makan lebih. Bila perlu makanan kecil, cari snack
rendah kalori.
2. Kurangi, hanya sejumlah kecil, asupan kalori per hari ( kurang
lebih 600 kkal)
3. Makan lebih sedikit lemak – 30 % dari keseluruhan jumlah
kalori yang dikonsumsi.
4. Hindari alkohol, karena kalorinya tinggi tapi nutrisi lainnya
sangat kurang.
4. Minum kopi atau teh tanpa gula.
5. Makan yang seimbang, artinya yang dimakan dan diminum se
-suai dengan kalori yang dibutuhkan.
6. Pilih makanan kaya serat karena lebih cepat mengenyangkan.
PROGRAM NASIONAL
PEMERINTAH UNTUK MENEKAN ANGKA
OBESITAS
Program nasional pemerintah untuk menekan angka obesitas:
a. Lingkungan sehat,Perilaku sehat,dan pemberdayaan
masyarakat
b. Upaya Kesehatan
c. Perbaikan Gizi Masyarakat
d. Sumber Daya Kesehatan
e. Obat,Makan dan Bahan Berbahaya
f. Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
g. GENTAS (Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas)
MEKANISME KERJA OBAT
ANTIOBESITAS
1. Mengurangi Asupan Energi (appetite supressant)
bekerja sebagai penekan nafsu makan. Golongan ini mempunyai 2
kelas utama berdasarkan aktifitasnya, yaitu:
• Golongan katekolaminergik, seperti amfetamine, fenilpropanola
min
• Golongan seretonergik, seperti fenfluramine, dexfenfluramine.
2. Mengurangi Penyerapan Makanan
Menghambat kerja enzim di saluran cerna dengan menghambat pe-
nyerapan lemak, sehingga total kalori yang diserap tubuh dapat di-
kurangi.
Contoh : Orlistat (Xenical)
3. Meningkatkan Pembakaran Energi
Obat yang berefek pada BMR dan termogenesis ini, seperti zat beta
agonist, BRL 26830A, masih dalam tahap penelitian
TERAPI FARMAKOLOGI PENDERITA
OBESITAS
1. Pemilihan Terapi dan Indikasi Farmakoterapi
Pilihan terapi dibagi atas tiga tingkatan berdasarkan tingkatan IMT
dan komorbiditas. Tingkatan tersebut adalah:
a. Tingkatan (Grade) I
kategori pre-obesitas atau lingkar pinggang yang mendekati batas obe
-sitas sentral.yang harus dicari lebih dulu apakah terdapat komorbid
yang dimiliki pasien tersebut. Manajemen yang dapat dilakukan yaitu
perubahan pola hidup, pengaturan makan serta aktifitas fisik.
b. Tingkatan lI (Intervention Grade)
Populasi Eropa yaitu kelompok dengan adanya komorbid atau lingkar
pinggang yang masuk kategori Obesitas sentral. Sedangkan Populasi
Asia yaitu IMT > 27,5 kg/m2 atau IMT 25-30 kg/m2 dengan lingkar
pinggang obesitas sentral atau terdapat komorbid
c. Tingkatan IlI (Agresive Intervention Grade)
Kelompok dengan IMT > 35 kg/m2 dan lingkar pinggang obesitas
sentral atau adanya komormid pada populasi Eropa. Pada populasi
Asia IMT > 30 kg/m2 dengan lingkar pinggang obesitas sentral atau
adanya komorbid. Pada tingkatan ini manajemen harus dilakukan
lebih agresif

Melihat tingkatan penatalaksanaan di atas dan Guideline American


College of Physician dapat disimpulkan bahwa indikasi terapi farma-
kologi pada pasien obesitas dapat diberikan pada kondisi :
• Indeks Massa Tubuh (IMT) = 30 kg/m2 dan manajemen perubahan
pola hidup yang telah dilakukan selama 6 bulan tidak dapat menurun
kan berat badan.
• Indeks MassaTubuh = 27 kg/m2 disertai dengan adanya komormid
2. Pemilihan Terapi Farmakologi pada Obesitas
Jenis Obat Durasi Penggunaan Dosis
Obat yang Bekerja di Sentral
Agonis Adrenergic
Phentermine Jangka Pendek 15-45 mg/hari
Diethilpropion Jangka Pendek
Mazindol Jangka Pendek 25 mg tds
Kombinasi Seretonergic/Agonis
Sibutramine Jangka Panjang 10-15 mg/hari
Penghambat Absorbsi
Orlistat Jangka Panjang 180-300 mg/hari
Beberapa Obat yang Tidak Rutin Digunakan
Bekerja di Sentral
Adrenergic Agonis
Efedrin/Kafein
Serotonin Agonis
Flouxetine dan Sertaline
Kerja Lain
Topiramate
Penghambat Absorbsi
Acarbose Jangka Pendek 60-180 mg/hari
Kerja Lain
Metformin Jangka Pendek 192./hari
PATOKAN TERAPI OBESITAS
Karakteristik ProfiI Farmako-
terapi Obesitas
1. Golongan Agonis Adrenergic
Beberapa obat yang masuk dalam golongan ini adalah symphato
mimetics drugs seperti benzethamine, diethylpropion dan phenthennin
yang semuanya bersifat seperti norephinefrine. Beberapa obat pada
golongan ini bekerja dengan mekanisme yang berbeda termasuk meng
-hambat reuptake norephinefrine dari granul sinapnya sehingga mem-
punyai efek memperlama timbulnya rasa lapar atau pada saat makan
menimbulkan rasa kenyang yang cepat
2. Sibutramine
Obat ini merupakan golongan serotonin-norepinephrine reuptake inhi-
bitor yang dapat bekerja secara sentral dan perifer. Obat yang semula
dikembangkan sebagai antidepresan ini bekerja menekan pusat lapar
dan meningkatkan rasa kenyang. Sibutramine efektif digunakan dalam
dosis 5-15 mg/hari dengan dosis awal biasa diberikan sebesar 10 mg/
hari.
3. Orlistate
Obat ini bekerja menghambat lipase gastrointestinal sehinga dapat
menghidrolisis dan menghambat absorbsi trigliserida dari saluran
cerna. Orlistate secara umum di-gunakan dalam dosis 120 mg tiga
kali sehari sebelum makan. Hal penting yang harus diingatkan kepada
pasien adalah untuk mengurangi jurnlah asupan lemak dibawah 20
gram setiap makan untuk mencegah efek samping orlistate.
4. Rimonatrant
Telah diketahui bahwa sistem endocanabinoid (EC) mempunyai peran
-an dalam mengatur metabolisme dan komposisi tubuh. Rimonatrant
adalah generasi pertama selective EC 1 reseptor blocker yang dapat
mencegah overaktifitas sistem EC dan terjadinya obesitas.
5. Flouxetine dan Sertaline
Kedua obat ini merupakan golongan Selective Serotonine Reuptake
Inhibitor (SSRI) yang bekerja menghambat serotonine transporter dan
memperpanjang kerja serotonin sehingga mempunyai efek menekan
pusat lapar. Dengan dosis 60-180 mg/hari.
6. Bupropion
Bupropion merupakan obat golongan norephinephrine dan dopamine
reuptake inhibitor yang biasa diberikan sebagai terapi antidepresan &
smoking cessation. Berdasarkan beberapa uji klinik bupropion dikata-
kan dapat menurunkan berat badan secara signifikan dengan dosis
200-400 mg/hari
7. Topiramate
Obat ini merupakan obat carbonic anhidrase inhibitor lemah yang
biasa digunakan sebagai terapi kejang pada pasien epilepsi. Obat ini
dikatakan juga mempunyai efek memodulasi efek reseptor Gamma
Aminobuthiric Acid (GABA) sehingga dapat menurunkan kerja pusat
lapar.
8. Zonisamide
Obat ini juga dikenal sebagai obat anti epilepsi yang bekerja sebagai
serotonergic dan dopaminergic activity
9. Lamotrigine
Lamotrigine merupakan terapi antidepresan ketiga yang banyak di-
kembangkan oleh peneliti sebagai terapi obesitas dengan dosis 25 mg
hingga 200 mg/hari.
10. Metformin
Sejak lama telah diketahui bahwa metformin sebagai golongan bigua
nide mempunyai efek menghambat produksi glukosa dihati, menurun
-kan absorbsi disaluran cerna dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Metformin dengan dosis 2x850 mg pada pasien dengan sindroma
metabolik mendapatkan hasil adanya penurunan berat badan
11. Pramlintide
Obat ini merupakan sistetik arnylin analog yang dilisensi oleh FDA
sebagai terapi diabetes. Arnylin temyata mempunyai efek menurun-
kan berat badan apabila diberikan pada pasien DM Tipe I maupun
DM Tipe 2 yang obesitas dengan dosis 60-l50 ug 3-4x pemberian
dalam satu hari. Pemberian obat ini yang khusus diberikan pada pasie
n obesitas tampa diabetes hingga saat ini masih dalam tahap pengemb
angan.
KASUS 1
Ny. F adalah seorang wanita berusia 49 tahun dengan IMT
34 kg/m2. Ia sudah melakukan berbagai macam diet dan
rencana olahraga untuk menurunkan berat badan, namun
tidak ada yang memberikan hasil yang signifikan dan ia
mulai frustasi. Ia juga bekerja sama dengan ahli nutrisi
untuk program dietnya namun belum juga memberikan
hasil penurunan berat badan.
Ny. F mempunyai riwayat prediabetes, hipertensi, batu
ginjal, dan nyeri punggung yang kronik. Ny.F dalam pe-
ngobatan dengan metformin, losartan, dan escitalopram. Ia
kadang membutuhkan oxycodone/asetaminofen untuk
nyeri pungungnya. hbA1C nya 6,4% dan tekanan darahnya
adalah 140/92 mmHg.
PENYELESAIAN
1. Terapi yang tepat untuk Ny. F adalah liraglutide 3 mg
yang mungkin dapat mengontrol berat badan dan kadar
glikemiknya.
Liraglutide menurut penelitian menunjukkan adanya pe-
nurunan dari progresi diabetes hingga 80% jika dibanding-
kan dengan placebo.
Dan karena Ny. F tertarik pada manajemen penurunan berat
badan dalam jangka panjang dan tidak dalam program
kehamilan, penggunaan pengobatan dalam jangka panjang
dipilih dibandingkan dengan pengobatan jangka pendek.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai