Anda di halaman 1dari 72

PERMASALAHAN PANTAI

DAN UPAYA PENGAMANAN


PANTAI DI INDONESIA

DR. Ir. Djajamurni Warga Dalam, M.Sc.


Direktur Rawa dan Pantai
OUTLINE PAPARAN

I. Struktur Organisasi
II. Tugas dan Fungsi Direktorat Rawa dan
Pantai
III. Visi dan Misi
IV. Permasalahan Pantai di Indonesia
V. Kebijakan Pengamanan Pantai
VI. Strategi Pengamanan Pantai
VII.Rencana Strategis Pengamanan Pantai di
Indonesia
• Pencapaian Renstra (2005 – 2009)
• Sasaran Renstra (2010 – 2014))
VIII.Kegiatan Pengamanan Pantai di Indonesia
I. Struktur Organisasi Direktorat Rawa dan Pantai

D I R E K T U R

KASUBAG
TATA USAHA

KASUBDIT KASUBDIT KASUBDIT KASUBDIT KASUBDIT O & P


PERENCANAAN BINLAK BINLAK PENGAMANAN dan PBA
TEKNIS WILAYAH BARAT WILAYAH TIMUR PANTAI

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
WILAYAH BARAT WILAYAH BARAT I WILAYAH TIMUR I WILAYAH BARAT WILAYAH BARAT

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
WILAYAH TIMUR WILAYAH BARAT II WILAYAH TIMUR II WILAYAH TIMUR WILAYAH TIMUR
II. Tugas dan Fungsi Direktorat Rawa dan Pantai
TUGAS :
Melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air dalam perumusan kebijakan dan strategi,
pembinaan dan evaluasi perencanaan teknis, pembinaan
program dan kegiatan, pelaksanaan konstruksi, pembinaan
persiapan dan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan dalam
rangka konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya
rusak air bidang rawa, tambak dan pengamanan pantai.

FUNGSI :
1. Perumusan kebijakan dan strategi serta program kegiatan
dibidang rawa, tambak dan pengamanan pantai;
2. Evaluasi kelayakan perencanaan dan program kegiatan di bidang
rawa atambak dan pengamanan pantai;
3. Monitoring dan evaluasi program kegiatan di bidang rawa,
tambak dan pengamanan pantai;
Lanjutan…..
FUNGSI :
4. Pembinaan dan evaluasi perencanaan teknis, pembinaan
pelaksanaan konstruksi, pembinaan persiapan dan pelaksanaan
operasi dan pemeliharaan serta pendayagunaan lahan reklamasi
rawa dalam rangka konservasi, pendayagunaan dan pengendalian
daya rusak air dibidang rawa, tambak dan pengamanan pantai;
5. Pembinaan dan bantuan teknik kepada provinsi dan
kabupaten/kota dalam perencanaan teknis, pelaksanaan
konstruksi, persiapan dan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan serta pendayagunaan lahan reklamasi rawa dalam
rangka konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak
air di bidang rawa, tambak dan pengamanan pantai;
6. Pembinaan penanggulangan dan penanggulangan bencana alam
di bidang rawa dan pantai;
7. Penyusunan dan penyiapan NSPM perecanaan dan pelaksanaan
konstruksi, persiapan dan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan dala rangka konservasi, pendayagunaan dan
pengendalian daya rusak air di bidang rawa, tambak dan
pengamanan pantai;
8. Penyelenggaraan rumah tangga Direktorat.
III. Visi dan Misi Direktorat Rawa dan Pantai
V I S I : Terwujudnya kemanfaatan lahan rawa dan pengamanan pantai
yang berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat .

M I S I : 1. Mengkonservasi rawa dan pantai secara berkelanjutan.


2. Mendayagunakan lahan rawa dan pengamanan pantai secara
adil serta memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas
untuk berbagai kebutuhan masyarakat.
3. Mengendalikan daya rusak lahan rawa dan pantai.
4. Memberdayakan dan meningkatkan peran masyarakat dan
Pemerintah dalam pengelolaan rawa dan pengamanan pantai.
5. Meningkatkan keterbukaan serta ketersediaan data dan
informasi.
IV. Permasalahan Pantai di Indonesia

A. Permasalahan Fisik :

 Mundurnya garis pantai akibat erosi dan abrasi oleh


penyebab :
 Alam : tsunami, gelombang laut, arus laut, pasang surut,
dan kenaikan muka air laut.
 Intervensi manusia yang kurang bijaksana :
penambangan pasir, penebangan hutan mangrove,
reklamasi pantai, dan kegiatan lainnya.
 Penutupan muara sungai akibat sedimentasi
menimbulkan banjir dan mengganggu lalu lintas
navigasi
Lanjutan…..

IV. Permasalahan Pantai di Indonesia


A. Permasalahan Fisik :

 Banjir pasang (rob), genangan atau banjir yang terjadi


akibat :
 Alami : kejadian pasang surut yang luar biasa disertai
wave set up dan wind set up
 Intervensi manusia : land subsidence akibat
pengambilan air tanah yang berlebihan
 Kenaikan muka air laut akibat pemanasan global
mengakibatkan :
 Erosi/Abrasi makin cepat
 Mundurnya garis pantai
Lanjutan…..

IV. Permasalahan Pantai di Indonesia


 Dasar sungai makin landai mengakibatkan banjir
dan penutupan muara
 Lahan rendah makin banyak tergenang
 Frekwensi rob makin sering terjadi
 Intrusi air asin makin jauh
 Berdampak pada bangunan pengamanan pantai
 Kestabilan terganggu
 Overtopping
 Perlu penyesuaian elevasi puncak bangunan
 Perlu penyesuaian parameter perencanaan; gelombang
rencana.
Lanjutan…..

IV. Permasalahan Pantai di Indonesia


B. Permasalahan Non Fisik :
 Pembangunan daerah pantai tidak tertata dengan
baik, prasarana berada pada daerah yang rawan
bencana
 Payung hukum penyelenggaraan pengamanan pantai
 Belum diatur secara tegas baik dalam UU no 7/2004
maupun UU no 27/2007
 Kelembagaan
 Banyak pihak yang berkepentingan di daerah pantai,
tetapi tugas dan tanggung jawab masing-masing
instansi terkait belum jelas
 Tidak jelas siapa leading sectornya
Lanjutan…..

IV. Permasalahan Pantai di Indonesia


B. Permasalahan Non Fisik :
 Pendanaan
 Kemampuan pendanaan Pemerintah sangat terbatas
tidak sebanding dengan beban permasalahan yang
dihadapi
 Sumber Daya Manusia
 Tenaga ahli pengamanan pantai sangat terbatas,
umumnya ada di perguruan tinggi, dan lembaga-
lembaga penelitian instansi pemerintah seperti BPPT
dan LIPI
 Di lingkungan Departemen PU sendiri, hampir
semuanya sudah memasuki masa purna bakti
Lanjutan…..

IV. Permasalahan Pantai di Indonesia


B. Permasalahan Non Fisik :
 Data dan Informasi
 Belum jelas instansi pemerintah mana yang
bertanggung jawab mengumpulkan dan mengelola data
dan informasi mengenai kepantaian, umumnya tersebar
di beberapa instansi pemerintah dan belum
terkoordinasi
 Data teknis untuk keperluan perencanaan sangat
terbatas; data angin ada di BMKG tetapi masih banyak
daerah yang belum tercover, sementara data gelombang
hampir tidak ada sama sekali.
Lanjutan…..

IV. Permasalahan Pantai di Indonesia


B. Permasalahan Non Fisik :
 Keterpaduan pembangunan di daerah pantai
 Belum jelas instansi mana yang bertanggung jawab
mengkoordinasikan pembangunan di daerah pantai
 Tata ruang
 Umumnya rencana tata ruang belum mengatur secara
tegas mengenai sempadan pantai
 Penetapan sempadan pantai dimaksudkan sebagai
perlindungan terhadap sumber daya pantai dari bahaya
yang datang dari laut, pengaturan untuk akses publik,
saluran air dan limbah
Lanjutan…..

IV. Permasalahan Pantai di Indonesia


B. Permasalahan Non Fisik :
 Tata ruang
 Saat ini sedang diproses penyusunan Perpres Sempadan
Pantai di Departemen Kelautan dan Perikanan
 Direktorat Rawa dan Pantai tengah menyiapkan
Pedoman Penentuan Garis Sempadan Pantai sebagai
pelengkap terhadap Perpres tersebut, dengan
mempertimbangkan bahaya yang datangnya dari laut,
morfologi pantai dan jenis pemanfaatan pantai
V. Kebijakan Pengamanan Pantai
 Melakukan pengamanan pantai dari erosi/abrasi
terutama pada daerah perbatasan, pulau-pulau kecil,
kawasan permukiman, kawasan wisata, kawasan
pertanian, serta pusat-pusat kegiatan pemerintahan
dan ekonomi.
 Melakukan pengamanan dari banjir pasang (banjir
rob) akibat gelombang badai dan pasang air laut.
 Stabilisasi muara untuk mencegah banjir dan
mendukung lalu lintas navigasi.
Lanjutan…..

V. Kebijakan Pengamanan Pantai


 Prioritas Penanganan
 Pada daerah atau wilayah yang perlu penanganan
segera/kritis/mendesak.
 Penanganan darurat paska bencana dengan sasaran
untuk segera memfungsikan prasarana yang ada, seperti
jalan, dan prasarana penting lainnya.
VI. Strategi Pengamanan Pantai
 Strategi pengamanan pantai selama ini sifatnya
“reaktif” dan parsial.
 Strategi ke depan harus berubah, dimulai dengan
perencanaan tata ruang yang mengatur peruntukan
lahan di kawasan pantai.
 Mencegah bertambahnya daerah pantai yang harus
dilindungi dan diamankan dengan mencegah kegiatan
pembangunan dan investasi (baru), baik oleh swasta
maupun oleh pemerintah, pada daerah pantai yang
memang rawan bencana.
Lanjutan…..

VI. Strategi Pengamanan Pantai


 Strategi pengamanan pantai pada pantai yang sudah
rusak, terdapat beberapa alternatif penanganan sebagai
berikut :
 Do Nothing (tidak melakukan apa-apa) : untuk lokasi-
lokasi yang rusak tetapi tidak ada sesuatu yang penting
yang perlu ditangani.
 Non Structural : regulasi dan relokasi
 Regulasi : pengaturan tata ruang, perijinan ,dan penerapan garis
sempadan pantai
 Relokasi : dengan memindahkan penduduk dan prasarana dari
lokasi yang memang rawan bencana ke tempat yang lebih aman
Contoh kerusakan pantai Kalsel Sebaban Pagatan Sta. 29/900
Batulicin, yang terkena erosi 1,5 km, alternatif penanganan
dengan relokasi jalan perlu biaya ± Rp. 2,5 M (belum termasuk
biaya pembebasan ruas jalan) bandingkan dengan bangunan
pengamanan pantai perlu biaya Rp. 22,5 M.
Lanjutan…..

VI. Strategi Pengamanan Pantai


 Strategi pengamanan pantai pada pantai yang sudah
rusak, terdapat beberapa alternatif penanganan sebagai
berikut :
 Structural : dengan membangun bangunan pengaman
pantai, baik struktur lunak (penanaman mangrove, zona
penyangga, pengisian pasir, pemindahan pasir) maupun
dengan struktur keras (tembok laut, revetment, breakwater,
groin, jetty)
 Kombinasi pendekatan struktural dan non struktural
 Pilihan strategi “relokasi” atau strategi “struktural”
tergantung pada biaya sosial, ekonomi dan lingkungan
yang harus ditanggung.
VII. Renstra Pengamanan Pantai
A. Renstra Direktorat Rawa dan Pantai (2005 – 2009)
SASARAN PENCAPAIAN RENSTRA
No KEGIATAN RENSTRA UNIT
2005 2006 2007 2008 2009
(2005 - 2009)
1 Pembangunan Sarana/Prasarana 250 km 30.62 29.79 35.56 47.14 35.04
Pengamanan Pantai Rp. 333.45 148.90 471.42 327.28 470.55
TOTAL 178.15 km
Rp. 1,751.59 (dalam juta)

B. Renstra Direktorat Rawa dan Pantai (2010 – 2014)

SASARAN
No KEGIATAN RENSTRA UNIT 2010 2011 2012 2013 2014
(2010 - 2014)
1 Pembangunan Sarana/Prasarana 300 km 60 60 60 60 60
Pengamanan Pantai
2 Rehabilitasi Sarana dan Prasarana 50 km 10 10 10 10 10
Pengamanan Pantai
3 Pemeliharaan Pantai, Pemeliharaan 50 km 10 10 10 10 10
Sarana dan Prasarana Pengamanan
Pantai
VIII. Kegiatan Pengamanan Pantai
BALI BEACH CONSERVATION PROJECT
Latar Belakang :
1. Bali berkontribusi 30% untuk pariwisata.
2. Erosi mulai terjadi secara signifikan sejak tahun
70an
3. Lokasi pekerjaan adalah:
a.Sanur
b.Nusa Dua
c.Tanah lot
d.Kuta
Lokasi :
SANUR

1. Panjang Konservasi : 5,1 km


2. Pengisian Pasir : 300.000 m3
3. Struktur : Groin 13 Buah, Pemecah Gelombang 1
Buah
4. Walkway : 5,1 km
GROIN

Sebelum Sesudah

Pembangunan Groin Pantai Sanur


PENGISIAN PASIR

Sebelum Sesudah

Pengisian Pasir di Pantai Sanur


REVETMENT + WALKWAY

Sebelum Sesudah

Pembangunan Revetment dan Walkway di Pantai Sanur


NUSA DUA

1. Panjang Konservasi : 5,5 km


2. Pengisian Pasir : 340.000 m3
3. Struktur : Groin 14 Buah
4. Walkway : 4,2 km
GROIN

Sebelum Sesudah

Groin di Pantai Nusa Dua


REVETMENT + WALKWAY

Sebelum Sesudah

Pembangunan Revetment dan Walkway di Pantai Nusa Dua


PENGISIAN PASIR

Sebelum Sesudah

Pengisian Pasir di Pantai Nusa Dua


TANAH LOT

1. Pemecah gelombang di bawah muka air


: 182 x 70 m
 Tetrapod 16 T ; 2700 buah
 Tetrapod 6,3 T ; 4400 buah

2. Batu Karang Buatan : 3300 m2


PEMECAH GELOMBANG DI BAWAH MUKA
AIR

Sebelum Sesudah

Pemecah gelombang di bawah muka air laut di Tanah Lot


BATU KARANG BUATAN

Sebelum Sesudah

Batu Karang Buatan di Pura Tanah Lot


KUTA

1. Panjang Konservasi : 5,5 km


2. Pengisian Pasir : 519.000 m3
3. Struktur : Pemecah Gelombang 3 Buah
4. Penanaman Terumbu Karang : 111.750 Buah
5. Walkway : 8,1 km
PENGISIAN PASIR, REVETMENT, DAN
WALKWAY

Sebelum Sesudah

Pengisian Pasir, Pembuatan Revetment dan Walkway di Pantai Kuta


PEMECAH GELOMBANG

Pemecah Gelombang di Pantai Kuta


PENANAMAN TERUMBU KARANG

Penanaman Terumbu Karang di Pantai Kuta


KONSERVASI PULAU NIPAH
Latar Belakang :
1. Pulau Nipah adalah salah satu pulau terluar.
2. Terdapat titik dasar sebagai acuan pengukuran dan
penetapan garis batas negara.
3. Perbatasan antara Indonesia - Singapura.
4. Pada saat air laut pasang yang tampak hanya ± 0,62 ha.
Lokasi :

Lokasi Pulau Nipah


LINGKUP PEKERJAAN :
1. Pembuatan tembok laut di sekeliling Pulau Nipah
sepanjang 4,3 km hingga mencapai elevasi + 5,2 m
dilanjutkan dengan pemasangan tetrapod
2. Pengisian pasir laut di zona utara dan selatan hingga
elevasi + 4,6 m
3. Pengisian pasir laut di zona hutan bakau hingga
elevasi +1,8 m
4. Pengisian tanah timbunan di zona utara dan selatan
setebal 0,6 m hingga mencapai elevasi + 5,2 m.
Kondisi Pulau Nipah Saat Pasang Sebelum Konstruksi (seluas 0,62 ha)
Foto Pulau Nipah Hasil Pemotretan dari Udara Setelah Konstruksi
Lokasi Pekerjaan:
1. Pantai Punggur
2. Pantai Kota Bengkulu
3. Pantai Bawah Manna
4. Pantai Bintuhan Linau
PANTAI PUNGGUR AIR DIKIT KAB. MUKO -
MUKO

1. Abrasi mencapai 5 - 8 meter per tahun


2. Mengancam jalan lintas barat Sumatera dan perumahan
penduduk di pinggir pantai
3. Tanah dasar dibentuk dan dihampar dengan lapisan
geotexstile
4. Tembok tepi dibuat dari pasangan batu 1 : 4
5. Pemecah gelombang dari Buis beton K175, dan hamparan
batu kosong dengan berat 100 – 150 kg dan 300 – 800 kg
6. Break Water dari Batu Kosong dengan berat 800 – 1000 kg
KERUSAKAN PANTAI

Kerusakan Pantai Punggur Air Dikit Kab. Muko-Muko


REVETMENT

Pantai Punggur Air Dikit Kab. Muko-Muko yang Sudah Ditangani


PANTAI KOTA BENGKULU
1. Abrasi mencapai 5 meter per tahun
2. Menyebabkan kerusakan pada rumah-rumah penduduk
dan sarana transportasi
3. Kawasan yang di lindungi adalah Pantai Panjang sampai
kawasan Tapak Paderi serta kawasan Kampung Cina dan
kawasan Pantai Berkas, Malabero, sampai Pasar
Bengkulu.
4. Tanah dasar dibentuk dan dihampar dengan lapisan
geotexstile.
5. Tembok tepi dibuat dari pasangan batu 1 : 4
6. Pemecah gelombang dari Buis beton K175, dan hamparan
batu kosong dengan berat 100 – 125 kg.
REVETMENT

Revetment Pantai Panjang Kota Bengkulu


REVETMENT

Revetment Pantai Berkas Kota Bengkulu


PANTAI PASIR BAWAH MANNA

1. Abrasi mencapai 5 meter per tahun


2. Panjang pantai yang perlu penanganan segera
sepanjang 2.019 meter
3. Tanah dasar dibentuk dan dihampar dengan lapisan
geotexstile.
4. Tembok tepi dibuat dari pasangan batu 1 : 4
5. Pemecah gelombang terdiri dari Buis beton K175,
dan hamparan batu kosong dengan berat 100 – 125
kg
Pembuatan Revetment Pantai Pasir Bawah Manna
Revetment Pantai Pasir Bawah Manna
PANTAI BINTUHAN LINAU

1. Panjang pantai Bintuhan – Linau ± 5000,0 meter


2. Tanah dasar dibentuk dan dihampar dengan lapisan
geotexstile.
3. Tembok tepi dibuat dari pasangan batu 1 : 4
4. Pemecah gelombang terdiri dari Buis beton K175,
dan hamparan batu kosong dengan berat 100 – 150
kg.
5. Bangunan break water pasangan batu kosong
dengan berat 800 – 1000 kg.
Revetment Pantai Bintuhan Linau
PENGAMANAN PANTAI
SULAWESI UTARA
1. Pengamanan Pantai Ratatotok
2. Pengamanan Pantai Belang
3. Pengamanan Pantai Tahuna
4. Pengamanan Pantai Kotabunan
5. Pengamanan Pantai Kema
PANTAI RATATOTOK

1. Lokasi : Kecamatan Ratatotok, Kabupaten Minahasa


Tenggara Panjang Pantai : 1 km
2. Panjang pantai yang telah mendapat penanganan
konstruksi : 0.78 km
3. Tipe Konstruksi : Tembok Laut dari Susunan Buis
Beton dan Pasangan Batu
Tembok Laut Pantai Ratatotok
PANTAI BELANG

1. Lokasi : Kecamatan Belang, Kabupaten Minahasa


Tenggara
2. Panjang Pantai : 1.5 km
3. Panjang pantai yang telah mendapat penanganan
konstruksi : 0.81 km
4. Tipe Konstruksi : Tembok Laut dari Susunan Buis
Beton dan Pasangan Batu.
Tembok Laut Pantai Belang
PANTAI TAHUNA

1. Lokasi : Kecamatan Tahuna, Kabupaten Kepulauan


Sangihe
2. Panjang Pantai : 4.0 km
3. Panjang pantai yang telah mendapat penanganan
konstruksi : 0.22 km
4. Tipe Konstruksi : Tembok Laut dari Susunan Buis
Beton, Batu Boulder dan Wave Reflector.
Tembok Laut Pantai Tahuna
PANTAI KOTABUNA

1. Lokasi : Kecamatan Kotabunan, Kabupaten Bolaang


Mongondow Timur
2. Panjang Pantai : 2.0 km
3. Panjang pantai yang telah mendapat penanganan
konstruksi : 0.55 km
4. Tipe Konstruksi : OffShore Breakwater dari susunan
batu boulder
5. Tembok laut dari susunan batu boulder dan buis
beton/block beton.
Breakwater di Pantai Kotabuna
PANTAI KEMA

1. Lokasi : Kecamatan Kema, Kabupaten Minahasa


Utara
2. Panjang Pantai : 1.0 km
3. Panjang pantai yang telah mendapat penanganan
konstruksi : 0.75 km
4. Tipe Konstruksi : Tembok laut/Revetment dari
susunan batu boulder
Tembok Laut di Pantai Kema
Pembangunan pemecah
gelombang Glagah
 Lokasi : Muara Sungai Serang, Yogyakarta
 Pemecah gelombang untuk mencegah penutupan
muara sungai yang dikombinasikan dengan kolam
pelabuhan
 Pembangunan dilakukan dalam beberapa tahap
Tahap I
Tahap II
B
A

B A

C
C

D
D

Tahap III
Glagah Timur
TAHAP I
TAHAP II
TAHAP III
LOKASI YANG DIKERJAKAN 2008/2009

Anda mungkin juga menyukai