Anda di halaman 1dari 45

REFERAT

TUBERKULOSIS PARU DENGAN


HIV POSITIF
Pembimbing : dr Muhardi Djabang, Sp.P
Presentan : Fitria Hafidzoh

Kepaniteraan Klinik KSM Pulmonologi RSUP Fatmawati


Periode 1-29 April 2018
FK UIN Jakarta
Penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Faktor yang berperan : Agent, Host,
Environment
TUBERKULOSIS
Bentuk batang
lurus / sedikit
melengkung

Tidak berspora
Bersifat tahan
dan tidak
asam
berkapsul
ETIOLOGI

Dinding sangat
Lebar 0,3 – 0,6 µm
kompleks, terdiri
dan panjang 1-4
dari lapisan lemak
µm
(60%)
 Penularan M.tb melalui udara (airborne) yang menyebar
melalui droplet nuclei saat batuk, bersin, berbicara.
PATOGENESIS  Bertahan di udara selama beberapa jam (1-2 jam)
TB tergantung ada atau tidaknya ventilasi yang baik, sinar
matahari dan kelembaban.
 Port de entry kuman : Saluran respirasi atas  bawah
- Masa inkubasi TB
berkisar antara 4-8
minggu.

- Kuman yang terus


berkembang ini akan
membentuk koloni awal
yang disebut fokus
primer Gohn.

- Dari fokus primer


Gohn, M.tb akan
menyebar secara
limfogen ke kelenjar
limfe regional 
limfangitis / limfadenitis
 A. Gejala Sistemik
 Demam hilang timbul
 Anoreksia
 Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
 Keringat malam
MANIFESTASI  Mudah lelah
KLINIS  B. Gejala Respiratorik
 Batuk >+ 3 minggu (GEJALA UTAMA)
 Sesak nafas
 Batuk darah (dapat ya atau tidak)
 Nyeri dada (dapat ya atau tidak)
A n amn e sis
DIAGNOSIS
Pe me r ik saan F isik

Pe me r ik saan B akteriolog ik

Radiologi
KLASIFIKASI

01 02 03 04

Berdasarkan Berdasarkan Riwayat Berdasarkan Berdasarkan


Lokasi Pengobatan Hasil Uji Status HIV
1. TB kasus baru Kepekaan
Pasien TB dengan HIV positif
1. TB Paru 2. TB yg pernah MR, PR, MDR, XDR, Pasien TB dengan HIV negatif
2. TB Ekstra Paru mendapat pengobatan; RR Pasien TB yang tidak diketahui
TB kambuh, TB putus status HIV
obat, TB gagal
pengobatan
 Sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus yang
menginfeksi, merusak, atau menggangu fungsi sel
sistem kekebalan tubuh manusia  sistem pertahanan
HUMAN tubuh menurun.
IMMUNODEFICIENCY  AIDS merupakan tahap infeksi yang terjadi akibat
VIRUS menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus
HIV. AIDS merupakan stadium ketika sistem imun
penderita buruk dan rentan terhadap infeksi
oportunistik.
 Infeksi HIV terjadi melalui tiga jalur transmisi, yaitu
transmisi mukosa genital, jarum suntik, dan vertikal
yaitu dari ibu ke janin.
 Sel limfosit CD4+ merupakan target utama bagi infeksi
PATOGENESIS HIV.

HIV  Pada awal infeksi, sel ini dapat melawan HIV 


kemampuan sel semakin menurun  menurunnya
jumlah sel limfosit CD4+  terganggunya homeostasis
dan fungsi sel-sel lainnya dalam sistem imun. Oleh
karena terjadi penurunan sistem imun, maka akan
muncul berbagai gejala-gejala penyakit.
PATOGENESIS
HIV
Indikasi tes HIV pada Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV
dan AIDS:
 Setiap orang dewasa, anak, dan remaja dengan kondisi
medis yang diduga terjadi infeksi HIV terutama
DIAGNOSIS dengan riwayat tuberkulosis dan IMS
HIV  Asuhan antenatal pada ibu hamil dan ibu bersalin

Pemeriksaan diagnostik umumnya: pemeriksaan


serologis dengan tes cepat (Rapid Test HIV) atau
ELISA.
TB HIV
 Indonesia negara ke-2 di dunia dengan kasus TB
terbanyak
EPIDEMIOLOGI  Menurut WHO tahun 2013 diperkirakan 8,6 juta kasus
TB pada tahun 2012 di mana 1,1 juta orang (13%) di
TB HIV antaranya adalah pasien TB dengan HIV positif
 Risiko orang HIV terinfeksi TB dibandingkan orang
sehat meningkat hingga 6x
Persentase pasien TB
yang mengetahui
status HIV di antara
pasien TB yang
ternotifikasi
meningkat dari tahun
2009 sebesar 2.393
menjadi 7.796 pada
tahun 2017.
Persentase Pasien TBC yang Positif HIV di antara Pasien TBC
Ternotifikasi Tahun 2009-2017
 Pada sebagian besar ODHA gejala klinis yang sering
ditemukan adalah demam dan penurunan berat
MANIFESTASI badan yang signifikan, sedangkan keluhan batuk
KLINIS TB HIV pada ODHA seringkali tidak spesifik seperti yang
dialami terduga TB pada umumnya.
 Oleh karena itu direkomendasikan bila ODHA datang
“tidak spesifik” dengan keluhan batuk berapapun lamanya harus
dievaluasi untuk diagnosis TB.
Penegakkan diagnosis TB paru pada ODHA tidak terlalu berbeda
dengan orang dengan HIV negatif.

PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIK PENUNJANG

DIAGNOSIS Suara napas bronkial, Pemeriksaan bakteriologis:


TB HIV suara napas melemah, pemeriksaan mikroskopis
dan ronki basah. langsung, tes cepat dan
biakan.

Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif, maka


penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinis
menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang
(setidaktidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai.
Pemeriksaan Mikroskopis Langsung
• Pemeriksaan uji dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS). Apabila
minimal satu dari pemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya positif
TB maka ditetapkan sebagai pasien TB.
Pemeriksaan Tes Cepat TB
• Dilakukan dengan pemeriksaan MTB/RIF. Selain ditemukan adanya
Mycobacterium tuberculosis juga menentukan apakah M.
tuberculosis tersebut sensitif atau resistan terhadap Rifampisin.
Pemeriksaan Foto Thoraks
• Umumnya terdapat di apeks
• Namun pada ODHA dengan TB infiltrat sering ditemukan di basal.
Pada HIV stadium awal gambaran foto toraks dapat sama dengan
pada pasien TB umumnya.
Pemeriksaan standar: foto toraks PA.
Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan.

Lesi TB aktif:
− Bayangan berawan / nodular di segmen apikal
dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah Lesi TB inaktif:
− Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh − Fibrotik
bayangan opak berawan atau nodular − Kalsifikasi / Schwarte
− Bayangan bercak milier
− Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral
(jarang)
PEMERIKSAAN
LAB DAN
SPUTUM BTA

Typical tuberculous granuloma showing an area of central


necrosis, epithelioid cells, multiple Langhans-type giant cells, and
lymphocytes
HIV
ALUR
DIAGNOSIS
TB HIV
 Pengendalian TB tidak akan berhasil dengan baik tanpa
keberhasilan pengendalian HIV. Kolaborasi bagi kedua
program merupakan suatu keharusan agar mampu
menanggulangi kedua penyakit tersebut secara efektif
dan efisien.
 Penapisan TB secara klinis, dilakukan pada semua
TATALAKSANA ODHA pada setiap kunjungan di faskes dengan cara
menanyakan apakah ada gejala TB atau tidak.
Pengobatan pencegahan dengan Isoniazid (INH)
diberikan jika dapat menyingkirkan diagnosis TB
aktif.
Pemberian INH dianjurkan untuk mencegah infeksi TB pada
ODHA.
Dosis pemberian obat INH 300 mg dan Vitamin B6 25mg
diberikan setiap hari selama 6 bulan
Namun pemberian INH tidak boleh diberikan pada keadaan
berikut:
PROFILAKSIS  TB aktif
INH  Memiliki kelainan fungsi hati (SGPT > 3 kali batas normal
tertinggi)
 Memiliki gejala neuropati perifer beratMemiliki riwayat
pemakaian INHMemiliki riwayat mengalami alergi INH
sebelumnya
 Memiliki ketergantungan terhadap alkohol
ALUR
PEMBERIAN
PROFILAKSIS
INH
 HIV pada kondisi khusus, salah satunya pada kondisi infeksi TB
memiliki proses penatalaksanaan yang berbeda dibanding
biasanya. Perbedaan yang ada berasal dari waktu memulai
pengobatannya.
 Rekomendasi terapi ARV pada ko-infeksi TB menurut PODIKSUS
(2011) antara lain :
- Pemberian ARV diberikan pada semua individu HIV dengan infeksi
TB aktif tanpa mempertimbangkan jumlah CD4+
- Selama terapi TB, pengobatan ARV yang digunakan adalah EFV
 Pengobatan TB harus dimulai lebih dahulu, kemudian obat ARV
diberikan dalam 2-8 minggu sejak mulai obat TB, tanpa
menghentikan terapi TB. Pada ODHA dengan CD4 kurang dari 50
sel/mm3, ARV harus dimulai dalam 2 minggu setelah mulai
pengobatan TB.
TERAPI ARV
UNTUK KO-
INFEKSI TB
HIV
PANDUAN
OAT PADA
HIV
Lini Pertama
1 Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Streptomisin,
Enthambutol

Lini Kedua
Kanamisin, Kuinolon, Derivat rifampisin dan INH
2 dan obat lain yang masih diteliti makrolid
amoksilin + asam klavulanat

KDT
3 Kombinasi Dosis Tetap (KDT) : Kombinasi 4 obat
dalam 1 tablet HRZE atau HRZ
 Pengobatan TB pada pasien ko-infeksi TB HIV harus diberikan
segera sedangkan pengobatan ARV dimulai setelah pengobatan
TB dapat ditoleransi dengan baik.
 ARV diberikan paling cepat 2 minggu dan paling lambat 8 minggu
setelah mulai pengobatan TB.
Thanks
THANK YOU FOR LISTENING
TERAPI ARV
Terapi ARV bertujuan untuk:
• Mengurangi laju penularan
HIV di masyarakat,
• Menurunkan angka kesakitan
dan kematian yang
berhubungan dengan HIV,
• Memperbaiki kualitas hidup
ODHA,
• Memulihkan dan memelihara
fungsi kekebalan tubuh, dan e.
Menekan replikasi virus secara
maksimal.
OAT LINI 1
 Kanamisin (Km)
 Amikasin (Ak)
 Kapreomisin (Km)
OAT LINI 2  Levofloxacin (Lfx)
 Ofloxacin (Ofx)
 Moxifloxacin
 Ethionamide (Eto)
OAT KATEGORI 1
2 (HRZE) / 4 (HR)3
OAT KATEGORI 2
2 HRZES / HRZE / 5 (HR)3 E3
Evaluasi Klinis Evaluasi Bakteriologik Evaluasi Radiologik (0-2-6/9)
 Penderita dievaluasi setiap 2 Tujuan untuk mendeteksi ada • Sebelum pengobatan dimulai
minggu pada 1 bulan pertama tidaknya konversi dahak.
• Setelah 2 bulan pengobatan
pengobatan selanjutnya setiap
• Sebelum pengobatan dimulai
1 bulan • Pada akhir pengobatan
• Setelah 2 bulan pengobatan
 Evaluasi respons pengobatan (setelah fase intensif)
dan ada tidaknya efek samping
obat serta ada tidaknya • Pada akhir pengobatan
komplikasi penyakit
 Evaluasi klinik meliputi keluhan,
berat badan, pemeriksaan fisik.

Anda mungkin juga menyukai