Anda di halaman 1dari 32

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA
MAKNA KEHADIRAN NEGARA

MEMBERIKAN JAMINAN CITA-CITA PEMBENTUKAN NKRI DGN


MEWUJUDKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

MEWUJUDKAN TUJUAN NKRI UTK MELINDUNGI SEGENAP


BANGSA INDONESIA YG TERDIRI ATAS BERAGAM SUKU BANGSA,
AGAMA DAN BUDAYA.

MEMBERIKAN PERLINDUNGAN, PEMAJUAN, PENEGAKKAN &


PEMENUHAN HAK ASASI MELALUI UPAYA PENCIPTAAN SUASANA YG
AMAN, TENTERAM, DAMAI & SEJAHTERA
Provinsi 34

Kota 98

Kabupaten 416

Kecamatan 7.163

Desa 74.910

Kelurahan 8.430

Pulau 17.500

Bhs Lokal 749

Suku 1.340

Penduduk 265 Juta

Ormas 420.237

Usia 74
NAWA CITA
JOKO WIDODO – JUSUF KALLA

Nawacita Kesatu Nawacita Kedelapan


Menghadirkan kembali negara untuk melindungi Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan
segenap bangsa dan memberikan rasa aman penataan kembali kurikulum pendidikan nasional
pada seluruh warga negara, melalui politik luar dengan mengedepankan aspek pendidikan
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang kewarganegaraan, yang menempatkan secara
terpercaya dan pembangunan pertahanan proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran
negara Tri Matra terpadu yang dilandasi sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme
kepentingan nasional dan memperkuat jati diri dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi
sebagai negara maritim. pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia.

Nawacita Kesembilan
Nawacita Ketiga Memperteguh kebhinnekaan dan memperkuat
Membangun Indonesia dari pinggiran restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan
dengan memperkuat daerah-daerah dan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan
desa dalam kerangka negara kesatuan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga.
DASAR HUKUM
Pencegahan ; Memelihara Kondisi Damai
UU No. 7 Tahun 2012 Sistem Penyelesaian Damai, Meredam Potensi
Tentang Penanganan Konflik Sosial (PKS) Konflik, Bangun Sistem Peringatan Dini

Penghentian ; Penanganan Konflik


PP No. 2 Tahun 2015
Tentang Peraturan Pelaksanaan Pemulihan ; Rekonsiliasi, Rehabilitasi dan
UU No 7/2012 Rekontruksi

Permendagri No. 42 Tahun 2015 Tim Terpadu ; Pusat, Propinsi, dan


Tentang Pelaksanaan Koordinasi PKS Kabupaten / Kota

Pemda ; Prop, Kab / Kota, Kecamatan.


Permendagri No. 46 Tahun 2019
Tentang Kewaspadaan Dini di Daerah Masy ; FKDM Prop, Kab/Kota,
Kec Dalam rangka ATHG
POTENSI POLEMIK DI MASYARAKAT

Antar Kelas Politik dan


Sumberdaya Etnis, Agama & Antar Komunitas Teritorial
SDA & Sosial
Ekonomi Sektarian
Lingkungan
Konflik Agraria Pengelolaan Konflik Identitas Penghakiman Masyarakat Pilkades
DD & ADD (Pribumi dan Massa Tawuran dan Perushaan Batas Desa
Perebutan
Bumdes dll Pendatang) (miras dll) Buruh
Akses Hak Adat
Masalah Suku & SARA dll
Pengairan Konflik Wilayah
Etnis Pemilu
Pengelolaan Pertambangan
Perbedaan Masy dan
Hak Adat dll Konflik
Madhab Aparat Desa
Hubungan
Kerja
Dimensi
Dimensi Sosial-Budaya Dimensi Politik
Ekonomi
FUNGSI KEWASPADAAN DINI DI DAERAH

Meningkatkan peran meningkatkan koordinasi


Pemerintah Daerah dan dan sinergitas antar
partisipasi masyarakat untuk Perangkat Daerah.
memelihara stabilitas
keamanan dan ketertiban
umum di daerah
WASDIN TANGGUNGJAWAB SIAPA..
Kewaspadaan Dini di provinsi menjadi tugas dan tanggung jawab gubernur

meliputi

membina dan memelihara ketentraman serta ketertiban masyarakat untuk menjaga stabilitas di
daerah provinsi;
mengoordinasikan Perangkat Daerah provinsi dalam penyelenggaraan Kewaspadaan Dini di daerah
provinsi;
mengoordinasikan bupati/wali kota dalam penyelenggaraan Kewaspadaan Dini lintas daerah
kabupaten/kota.

Kewaspadaan Dini di kab/kota menjadi tugas dan tanggung jawab bupati/walikota

meliputi

membina dan memelihara ketentraman serta ketertiban masyarakat untuk menjaga stabilitas di
daerah kabupaten/kota
mengoordinasikan Perangkat Daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan Kewaspadaan Dini di
daerah kabupaten/kota;
mengoordinasikan camat dalam penyelenggaraan Kewaspadaan Dini di kecamatan.
STRUKTUR TIM WASDIN PEMDA

TIM WASDIN
TIM WASDIN PROV TIM WASDIN KEC
KAB/KOTA

Ketua : Gubernur. Ketua : Bup/Walkot. Ketua : Camat


Sekretaris/Pelaksana Sekretaris/Pelaksana Sekretaris/Pelaksana
Harian : Kepala Badan Harian : Kepala Badan Harian : Sekcam
Kesatuan Bangsa dan Kesbangpol Kab/Kota Anggota : kepala unit
Politik Provinsi. Anggota : Unsur pelaksana teknis dinas dan
Anggota : Unsur Perangkat Daerah di lurah/kepala desa
Perangkat Daerah di Kab/Kota sesuai dengan
provinsi sesuai dengan kebutuhan
kebutuhan
FORUM KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT

FKDM PROVINSI
Unsur perwakilan dari: KAB/KOTA
organisasi kemasyarakatan,
tenaga pendidik, KECAMATAN
tokoh pemuda,
tokoh adat, DESA/KELURAHAN
tokoh agama atau
(apabila diperlukan)
elemen masyarakat lainnya
SUBSTANSI PASAL-PASAL YANG DIRUBAH

PERMENDAGRI NOMOR 46 THN 2019

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Kewaspadaan Dini di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 121)
diubah sebagai berikut:

Ketentuan Pasal 1 angka 8 dihapus dan ditambahkan 1 (satu) angka yakni angka 10, sehingga Pasal 1 berbunyi
sebagai berikut:

PERMENDAGRI NOMOR 2 THN 2018 PERMENDAGRI NOMOR 46 THN 2019

PASAL 1 PASAL 1
(8) (Dihapus)
(8) Akses Informasi adalah hubungan antar-
perorangan, kelompok maupun instansi tertentu (10) Instansi Vertikal adalah perangkat kementerian dan/atau
yang dapat memberikan data dan/atau informasi lembaga pemerintah nonkementerian yang mengurus
atau bahan keterangan untuk kepentingan tugas Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada
daerah otonom dalam wilayah tertentu dalam rangka
pendeteksian dan pencegahan dini.
Dekonsentrasi.
PERMENDAGRI NOMOR 2 TAHUN 2018 PERMENDAGRI NOMOR 46 THN 2019

Pasal 10 Pasal 10
(1) Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di daerah Provinsi (1) Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di daerah Provinsi
bertugas : bertugas :
(b) Mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan dan (b) Mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan dan
mengomunikasikan data serta informasi/bahan keterangan mengomunikasikan data serta informasi/bahan keterangan
dengan dengan unsur intelijen negara lainya mengenai dengan dengan instansi vertikal yang berkaitan dengan
potensi, gejala, atau peristiwa timbulnya ATHG di daerah kewaspadaan dini mengenai potensi, gejala, atau peristiwa
provinsi; timbulnya ATHG di daerah provinsi;

(2) Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di daerah


(2) Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di daerah Kab/upatenKota bertugas :
Kab/upatenKota bertugas : (b) mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan dan
(b) mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan dan
mengomunikasikan data serta informasi/bahan
mengomunikasikan data serta informasi/bahan
keterangan dengan dengan unsur intelijen negara keterangan dengan dengan instansi vertikal yang
lainya mengenai potensi, gejala, atau peristiwa berkaitan dengan kewaspadaan dini mengenai
timbulnya ATHG di daerah kabupaten/kota; potensi, gejala, atau peristiwa timbulnya ATHG di
daerah kabupaten/kota;
(3) Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di Kecamatan
bertugas : (3) Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di Kecamatan bertugas :
(a) mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan dan (a) mencari, mengumpulkan, mengoordinasikan dan
mengomunikasikan data serta informasi/bahan keterangan mengomunikasikan data serta informasi/bahan keterangan dari
FKDM di kecamatan, dan berbagai sumber lainnya dengan
dari FKDM di kecamatan, dan berbagai sumber lainnya
instansi vertikal yang berkaitan dengan kewaspadaan dini di
dengan instansi vertikal yang berkaitan dengan wilayah kecamatan mengenai potensi, gejala, atau peristiwa
kewaspadaan dini di wilayah kecamatan mengenai potensi, timbulnya ATHG di kecamatan
gejala, atau peristiwa timbulnya ATHG di kecamatan
SUBSTANSI PASAL-PASAL YANG DIRUBAH

PERMENDAGRI NOMOR 2 TAHUN 2018 PERMENDAGRI NOMOR 46 THN 2019

Pasal 11
(1) Keanggotaan Tim Kewaspadaan Dini
Pemerintah Daerah di daerah provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) dapat melibatkan
penyelenggara intelijen negara di daerah
Pasal 11 sesuai dengan kebutuhan.
Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana (2) Penyelenggara Intelijen Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, Tim Kewaspadaan dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
Dini Pemerintah Daerah dapat berkoordinasi a.Badan Intelijen Negara;
dan bersinergi dengan Intelijen Negara. b.Intelijen Tentara Nasional Indonesia;
c.Intelijen Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
d.Intelijen Kejaksaan Republik Indonesia; dan
e.Intelijen Kementerian/Lembaga Pemerintah
f. Nonkementerian.
SUBSTANSI PASAL-PASAL YANG DIRUBAH

PERMENDAGRI NOMOR 2 TAHUN 2018 PERMENDAGRI NOMOR 46 THN 2019

Pasal 16 Pasal 16 (ditambahkan)


(1)Untuk pelaksanaan Kewaspadaan Dini oleh (4) Jumlah keanggotaan FKDM di daerah provinsi,
masyarakat sebagaimana dimaksud dalam FKDM didaerah kabupaten/kota, dan FKDM di
Pasal 4 huruf b, dibentuk FKDM di daerah kecamatan, disesuaikan dengan kebutuhan
provinsi, daerah kabupaten/kota, dan daerah yang terdiri dari ketua, wakil ketua,
kecamatan. sekretaris dan anggota.
(2)Pembentukan FKDM sebagaimana dimaksud (5) Dalam hal diperlukan FKDM dapat dibentuk di
pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat dan kelurahan/desa sesuai ketentuan sebagaimana
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat
www.peraturan.go.id 2018, (4).
(3)Keanggotaan FKDM sebagaimana dimaksud (6) FKDM sebagaimana dimaksud pada ayat (5) di
pada ayat (1) terdiri atas unsur wakil organisasi kelurahan/desa bertugas menjaring,
kemasyarakatan, tenaga pendidik, tokoh menampung, mengoordinasikan data dan
pemuda, tokoh adat, tokoh agama atau informasi dari masyarakat mengenai potensi
elemen masyarakat lainnya. ATHG serta melaporkannya kepada Tim
Kewaspadaan Dini Kecamatan.
SUBSTANSI PASAL-PASAL YANG DIRUBAH

PERMENDAGRI NOMOR 2 TAHUN 2018 PERMENDAGRI NOMOR 46 THN 2019

Pasal 17 Pasal 17
Tugas FKDM Tugas FKDM:
a. menjaring, menampung, mengoordinasikan, dan mengomunikasikan a. menjaring, menampung, mengoordinasikan, dan mengomunikasikan
data serta informasi dari masyarakat mengenai potensi ATHG; dan data serta informasi dari masyarakat mengenai potensi ATHG; dan
b. memberikan laporan informasi dan rekomendasi sebagai bahan b. memberikan laporan informasi dan rekomendasi sebagai bahan
pertimbangan Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di daerah pertimbangan Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah di daerah
provinsi. provinsi.

FKDM TINGKAT PROVINSI FKDM TINGKAT PROVINSI


FKDM TINGKAT KABUPATEN / KOTA FKDM TINGKAT KABUPATEN / KOTA
FKDM TINFKAT KECAMATAN FKDM TINGKAT KECAMATAN
PRA INDOKTRINASI
IDENTIFIKASI
RADIKALISASI TINDAKAN
DIRI
Mulai mengintensifkan
Kehidupan sblm Individu mulai dan memfokuskan Mulai mengambil
terjadi Radikalisasi Mengidentifikasi kepercayaannya Tindakan atas
diri kearah Radikal
keyakinannya
PERISTIWA TEROR BOM DI INDONESIA
2000-2012
Teror Bom Kedubes Filipina Teror Bom Bursa Efek Teror Bom Gereja di Malam Teror Bom Bali 1
Agustus 2000 Jakarta, September 2000 Natal Tahun 2000 Oktober 2002

Teror Bom JW Marriot 1 Teror Bom Kedubes Teror Bom Bali 2 Teror Bom JW Marriot 2
Agustus 2003 Australia , September 2004 Oktober 2005 Juli 2009
PERISTIWA TEROR BOM DI INDONESIA
2000-2012
Bom Buku Bom Malporesta Cirebon Teror Bom Gereja di Bom Gereja di Solo
Maret 2011 April 2011 Serpong, digagalkan September 2011
April 2011

PERiSTIWA TERKAIT AKTIVITAS TERORISME DI INDONESIA


Pelatihan Paramiliter Aceh, Perampokan CIMB Niaga Serangan terhadap Polsek Hamparan
Maret 2010 September 2010 Perak, September 2010
PERISTIWA TERKAIT AKTIVITAS TERORISME DI INDONESIA

Paramiliter di Malino Serangan Terhadap Polisi di BCA Rencana Pemberian Racun


Mei 2011 Palu, Mei 2011 Kepada Polisi, Juni 2011

KEMAMPUAN MERAKIT BOM PADA GENERASI MUDA


Pelajar SMP Feby Yulianda Ibnu Azis Rifa’i Pelajar Ponpes Umar bin Arga Wiratama SMKN 2
Merakit Bom Buku, Mei Merakit bom dari Tabung Khatab Klaten
2011 Gas 3 Kg, Agustus 2011 Bima, NTB, Juli 2012 Pemilik bahan Peledak
KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM RADIKALISME TERORISME

Mahasiswa UIN Jakarta


Hutan UI dijadikan
Mahasiswa Univ.Muhammadiyah penyimpanan senjata oleh
Solo teroris kel. Abu Omar

Afham Ramadhan, Soni Jayadi, dan


Fajar Firdaus

Abdul Rohman dan Abdul Rohim


PEMUDA SEBAGAI PELAKU BOM BUNUH DIRI
Sari Club, Bali (1) Paddy’s Club, Bali (1) JW Marriot (1) JW Marriot (1) Raja Bar’s, Bali (2)

Arnasan a.k.a Acong Ferry a.k.a Isa Asmar Latin Sani Heri Kurniawan Ayip Hidayat
Malimping, Banten Pemalang, Jatim Bengkulu Sukabumi, Jabar Ciamis, Jabar
20-30 Tahun 20-30 Tahun 28 Tahun 26 Tahun 21 Tahun

Menega Cafe, Bali (2) Menega Cafe, Bali (2) JW Marriot (2) Ritz Carlton (2) Masjid Cirebon

Wisnu a.k.a Misno M.Salik Firdaus Dani Dwi Permana Nana Ikhwan M M.Syarief
Cilacap, Jateng Majalengka, Jabar Bogor, Jabar Pandeglang, Banten Cirebon, Jabar
23 Tahun 23 Tahun 18 Tahun 27 Tahun 31 tahun

Ahmada Yosefa Hayat


Gereja Solo Cirebon, Jabar
31 Tahun
TIPOLOGI KELOMPOK RADIKAL
RADIKAL GAGASAN
• KELOMPOK YANG SECARA GAGASAN RADIKAL, NAMUN TIDAK TERLIBAT KEKERASAN

RADIKAL MILISI
• KELOMPOK RADIKAL DALAM BENTUK MILISI YANG TERLIBAT DALAM KONFLIK KOMUNAL

RADIKAL SEPARATIS
• KELOMPOK RADIKAL YANG MENGUSUNG MISI-MISI SEPARATISME

RADIKAL PREMANISME
• KELOMPOK RADIKAL DALAM BENTUK RESIDIVISME, GANGSTERISME, DAN VANDALISME

RADIKAL LAINNYA
• KELOMPOK RADIKAL YANG MENYUARAKAN KEPENTINGAN KELOMPOK POLITIK, SOSIAL,
BUDAYA, EKONOMI, DLL.

RADIKAL TERORIS
• KELOMPOK RADIKAL YANG MENGUSUNG GAGASAN IDEOLOGI KEAGAMAAN DAN
MELAKUKAN AKSI TERORIS
ANCAMAN RADIKALISME DI INDONESIA

ANCAMAN RADIKALISME MARAK TERJADI DI BERBAGAI DAERAH, YANG DIIRINGI


DENGAN AKSI TEROR BOM/BAHAN PELEDAK MAUPUN AKSI-AKSI PENEMBAKAN
YANG DILAKUKAN KELOMPOK TERTENTU KEPADA MASYARAKAT SIPIL MAUPUN
APARAT KEAMANAN.

JUMLAH PERISTIWA KONFLIK (BERLATAR


BELAKANG RADIKALISME DAN TERORISME)

2013 2014 2015 2016 TOTAL

5 89
30 26 28 PERISTIWA
KONFLIK
PERISTIWA PERISTIWA PERISTIWA PERISTIWA
KONFLIK KONFLIK KONFLIK KONFLIK (PER (PERIODE 4
BLN JANUARI) TAHUN)
28
PERISTIWA KONFLIK (PER BLN OKTOBER)

SUMBER DATA : PUSAT KOMUNIKASI DAN INFORMASI DITJEN


POL DAN PUM, KEMENDAGRI
UPAYA PENANGANAN
OLEH KEMENDAGRI

1. Mengeluarkan Surat Edaran Nomor 450/3806/Sj tanggal 7 Agustus


2014 tentang Peran Aktif Kepala Daerah alam Penanganan
Penyebaran Paham dan Ideologi Gerakan Islamic State of Iraq and
Syiria (ISIS) di Indonesia kepada Gubernur, Bupati Dan Walikota
Se-Indonesia.
2. Mengeluarkan Surat Edaran Nomor 080/6498/Sj tanggal 18
Nopember 2015 tentang Antisipasi Dampak Aksi Terorisme.
3. Mengirimkan Radiogram kepada Gubernur, Bupati dan Walikota
Nomor 300/141/Polpum tanggal 19 Januari 2016 perihal langkah-
langkah dalam meningkatkan keamanan dan kewaspadaan di
daerah serta antisipasi terorisme pasca peristiwa bom di DKI
Jakarta.
4. Melaksanakan kegiatan Forum Komunikasi dan Koordinasi
Penanganan Faham Radikal yang melibatkan berbagai
unsur/instansi maupun stake holder di daerah.
SUMBER KONFLIK
1. Permasalahan yang berkaitan dengan
politik, ekonomi, dan sosial budaya;
2. Perseteruan antarumat beragama
dan/atau interumat beragama,
antarsuku, dan antaretnis;
3. Sengketa batas wilayah desa,
kabupaten/kota, dan/atau provinsi;
4. Sengketa sumber daya alam
antarmasyarakat dan/atau
antarmasyarakat dengan pelaku
usaha; atau
5. Distribusi sumber daya alam yang tidak
seimbang dalam masyarakat.
Data Peristiwa Konflik Bentuk peristiwa
(Puskomin Kemendagri)

• 2010 : 93 Peristiwa •Konflik Bernuansa Sara.


• 2011 : 77 Peristiwa •Bentrokan Warga,
Ormas, dll
• 2012 : 128 Peristiwa
•Kekerasan dalam Unras
• 2013 : 92 Peristiwa
(Anarkis)
• 2014 : 83 Peristiwa
•Bentrokan dlm
• 2015 : 58 Peristiwa Pemilukada
• 2016 : 68 Peristiwa •Sengketa Lahan
• 2017 : 83 Peristiwa Pertanahan/SDA
• 2018 : 36 Peristiwa
SINERGITAS DALAM MENINGKATKAN
PELAKSANAAN KOORDINASI
PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
PERMENDAGRI NO.42 THN 2015 TTG PELAKSANAAN
KOORDINASI PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

MENGAMANATKAN PEMBENTUKAN
TIM TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROVINSI TINGKAT KAB/KOTA

TERCIPTA KETERPADUAN DAN SINERGISITAS DALAM MELAKUKAN LANGKAH PENCEGAHAN, PENGHENTIAN DAN PEMULIHAN
PASCAKONFLIK
GUNA MENINGKATKAN PELAKS KOORDINASI
PENANGANAN KONFLIK SOSIAL A. MENYUSUN RENCANA AKSI TERPADU PENANGANAN KONFLIK SOSIAL TINGKAT
NAS/PROV/KAB/KOTA
DIBENTUK B. MENGKOORDINASIKAN, MENGARAHKAN, MENGENDALIKAN, DAN MENGAWASI PENANGANAN
KONFLIK SCR NASIONAL, SKALA PROV, DAN SKALA KAB/KOTA
C. MEMBERIKAN INFO KEPADA PUBLIK TTG TERJADINYA KONFLIK DAN UPAYA PENANGANANNYA
TIM TERPADU D. MELAKUKAN UPAYA-UPAYA PENCEGAHAN MELALUI SISTEM PERINGATAN DINI;
PENANGANAN KONFLIK TUGAS E. MERESPON DGN CEPAT DAN MENYELESAIKAN SECARA DAMAI SEMUA PERMASALAHAN DI DLM
MASY YG BERPOTENSI MENIMBULKAN KONFLIK;
SOSIAL F. MEMBANTU UPAYA PENANGANAN PENGUNGSI DAN PEMULIHAN PASCAKONFLIK YG MELIPUTI,
REKONSILIASI, REHABILITASI, DAN REKONSTRUKSI.

TINGKAT NASIONAL TINGKAT PROV TINGKAT KAB/KOTA

KETUA ; GUBERNUR KETUA : BUP/WALKOT


PENGARAH : 1. MENKO POLHUKAM WAKIL KETUA I : SEKDA KAB/KOTA
WAKIL KETUA I : SEKDA PROVINSI
2. MENKO PMK WAKIL KETUA II : KAPOLRES/TA/BES
3. MENKO PEREKONOMIAN WAKIL KETUA II : KAPOLDA
WAKIL KETUA III : WAKIL KETUA III : DANDIM/KEPALA
4. MENKO KEMARITIMAN
PANGDAM/DANREM/KEPALA SATUAN TNI WIL SATUAN TNI WIL SETEMPAT
KETUA : MENTERI DALAM NEGERI
WAKIL KETUA I : KAPOLRI SETEMPAT. WAKIL KETUA IV : KAJARI
WAKIL KETUA II : PANGLIMA TNI WAKIL KETUA IV : KAJATI SEKRETARIS : KABAN KESBANGPOL
WAKIL KETUA III : JAKSA AGUNG WAKIL KETUA V : KABINDA KAB/KOTA
WAKIL KETUA IV : MENTERI SOSIAL SEKRETARIS : KABAN KESBANGPOL PROV WKL SEKRE I : KABAG OPS
WAKIL KETUA V : MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLRES/TA/TABES
WKL SEKRE I : KA BIRO OPS POLDA
WAKIL KETUA VI : MENTERI KESEHATAN WKL SEKRE II : KASI OPS KODIM
WAKIL KETUA VII : MENTERI KEUANGAN WKL SEKRE II : ASOPS KODAM/KASREM
WAKIL SEKRE III : ASINTEL KEJATI WKL SEKRE III: KASI INTEL KEJARI
WAKIL KETUA VIII : KEPALA BIN
ANGGOTA : PEJABAT SKPD PROV ANGGOTA : PEJABAT SKPD KAB/KOTA
SEKRETARIS : DIRJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM
WKL SEKRE I : KABAHARKAM POLRI DAN/ATAU INSTANSI DAN/ATAU INSTANSI
WAKIL SEKRE II : KASUM TNI VERTIKAL LAIN SESUAI VERTIKAL TERKAIT SESUAI
WAKIL SEKRE III : JAM INTEL KEJAKSAAN RI KEBUTUHAN KEBUTUHAN
WAKIL SEKRE IV : DIRJEN PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL
WAKIL SEKRE V : DIRJEN PD KEMENDIKBUD
WAKIL SEKRE VI : DIRJEN PD KEMENKES
WAKIL SEKRE VII : DEPUTI BAPPENAS
WAKIL SEKRE VIII : DEPUTI II BIN
ANGGOTA : UNSUR PEJABAT K/L TERKAIT SESUAI
KEBUTUHAN.

TINGKAT NASIONAL DITJEN POL PUM

TINGKAT PROV BADAN KESBANGPOL PROV


SEKRETARIAT TIM
TERPADU
TINGKAT KAB/KOTA BADAN KESBANGPOL KAB/KOTA
OPTIMALISASI PERAN STRATEGIS
FORUM-FORUM DAERAH

DALAM RANGKA MENGANTISIPASI MUNCULNYA GANGGUAN KEAMANAN, KETERTIBAN


UMUM, DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT

PERINGATAN DINI DETEKSI DINI CEGAH DINI

TIM TERPADU
FKDM PENANGANAN KONFLIK
SOSIAL FKUB FPK

(PERBERMENAG DAN
(PERMENDAGRI (Permendagri MENDAGRI NO 8 DAN 9 (PERMENDAGRI NO
NO 12/2006 No 42/2015) 34/2006)
THN 2006)

TERCIPTANYA KANTRAMTRIBUM
Sesuai Undang-Undang No. 7 Tahun 2012 tentang Pen Konflik Sosial

Memelihara Kondisi Damai Dalam


PENCEGAHAN
Masyarakat

 Penghentian kekerasan fisik


 Penyelesaian Konflik secara bersama
Peran masy. antara Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dalam pen PENGHENTIAN Pranata Adat dan/atau Pranata Sosial,
konflik serta Satuan Tugas Penyelesaian Konflik
sosial Sosial
 Tomas menjadi unsur Satgas Penyelesaian
Konflik Sosial

Ikut Serta dalam upaya rekonsiliasi,


PEMULIHAN rehabilitasi dan rekonstruksi.
PESAN DAN HARAPAN

SELURUH FORUM UNTUK TERUS AKTIF


DAN BERPARTISIPASI DALAM
MENINGKATKAN KEWASPADAAN DAN
ANTISIPASI TERHADAP DI WILAYAH
MASING-MASING

Anda mungkin juga menyukai