Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

SPONDILITIS TUBERKULOSIS

Pembimbing:
dr. Noorjanah Pujiastuti, Sp.S

Oleh:
Widhy Anindya Wardhani
H2A013041

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
DEFINISI

Spondilisis tuberkulosis (TB) adalah penyakit tuberkulosis


ekstrapulmonal yang mengenai satu atau lebih ruas tulang
belakang, merupakan infeksi granulomatosis dan bersifat
kronis destruktif disebabkan oleh infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis.
ETIOLOGI (M. TUBERCULOSIS)

Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.

Kuman BTA. Dalam pewarnaan Ziehl Neelsen berbentuk batang


berwarna merah .

Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein


Jensen, Ogawa.

Dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu antara
4°C sampai -70°C.

Peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar UV. Dalam dahak pada
suhu antara 30-37°C akan mati dalam waktu lebih kurang 1 minggu.
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
•Infeksi pada daerah yang bersebelahan dengan diskus (di area metafise di bawah
PARADISKAL ligamentum longitudinal anterior / area subkondral). Banyak pada regio lumbal.

•Infeksi terjadi pada bagian sentral korpus vertebra, terisolasi. Sering menimbulkan
kolaps vertebra lebih dini sehingga menghasilkan deformitas spinal lebih hebat. Dapat
SENTRAL terjadi kompresi yang bersifat spontan atau akibat trauma. Terbanyak di temukan di
regio torakal.

•Infeksi yang terjadi karena perjalanan perkontinuitatum dari vertebra sekitar.


Gambaran radiologisnya mencakup adanya scalloped karena erosi di bagian anterior
ANTERIOR
dari sejumlah vertebra (berbentuk baji).

•Fokus primernya tidak dapat diidentifikasikan (tuberkuloma, lesi di pedikel, lamina,


prosesus transversus dan spinosus, serta lesi artikuler yang berada di sendi
ATIPIKAL
intervertebral posterior).
PATOFISIOLOGI

STADIUM IMPLANTASI

STADIUM DESTRUKSI AWAL

STADIUM DESTRUKSI LANJUT

STADIUM GANGGUAN NEUROLOGIS

STADIUM DEFORMITAS RESIDUAL


GANGGUAN NEUROLOGIS

•Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan


aktivitas atau setelah berjalan jauh. Belum terjadi gangguan saraf
I sensoris.

•Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita


masih dapat melakukan pekerjaannya.
II

•Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi


gerak/aktivitas penderita serta hipoestesia/anesthesia.
III

•Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan


defekasi dan miksi.
IV
ANAMNESIS

Gambaran penyakit sistemik : kehilangan berat badan, keringat


malam, demam intermitten, nafsu makan turun

Pada anak: pembesaran KGB

Batuk lama (lebih dari 2 minggu) berdahak atau berdarah disertai


nyeri dada.

Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri
yang menjalar.
INSPEKSI

Servikal: pasien tidak dapat menolehkan kepalanya, torticollis, jika terdapat abses tampak
pembengkakan di kedua sisi leher, kompresi medulla spinalis pada orang dewasa akan
menyebabkan tetraparesis.

Thorakal: punggung tampak menjadi kaku. Jika terdapat abses tampak sebagai
pembengkakan lunak dinding dada, dapat menekan korda spinalis dan menyebabkan
paralisis.

Lumbal: abses tampak sebagai pembengkakan lunak sekitar lipat paha. Pasien tampak
berjalan dengan lutut dan hip dalam posisi fleksi dan menyokong tulang belakangnya
dengan meletakkan tangannya di atas paha. Adanya kontraktur otot psoas akan
menimbulkan deformitas fleksi sendi panggul.
KLASIFIKASI SEDDON DAN BUTTER

 Type I (parapleg ia of active disease)


Onset dini, terjadi dalam dua tahun per tama sejak o nset penyakit, dan
dihubungkan dengan penyakit yang aktif. Dapat membaik (tidak permanen).
 Type II
Onset dini , di hubungkan dengan penyakit yang aktif , ber sifat permanen
bahkan walaupun infeksi tuberkulosa menjadi tenang.
 Type III / yang berjalan kronis
Onset paraplegi terjadi pada fase lanjut . Tidak dapat di tentukan apakah
dapat membaik . Bi sa terj adi karena tekanan corda spinalis oleh granuloma
epidural, fibrosi s meningen dan adanya jari ngan granulasi ser ta adanya
tekanan pada corda spinal is, peni ngkatan deformitas kifotik ke anteri or,
reakti vasi penyakit atau insufisiensi vaskuler (trombosi s pembuluh darah
yang mensuplai corda spinalis)
Penyebab timbulnya paraplegia pada tipe I dan II dapat disebabkan oleh:
 Tekanan eksternal pada korda spinalis dan duramater. Dapat
disebabkan oleh karena adanya granuloma di kanalis spinalis,
adanyaabses, material perkijuan, sekuestra tulang dan diskus atau
karena subluksasi atau dislokasi patologis ver tebra. Secara klinis
pasien akan menampakkan kelemahan alat gerak bawah dengan
spastisitas yang ber variasi , tetapi tidak tampak adanya spasme otot
involunter dan reflek withdrawal.
 Invasi duramater oleh tuberkulosa
 Tampak gambaran meningomielitis tuberkulosa atau araknoiditis
tuberkulosa .Secara klinis pasien tampak mempunyai spastisitas yang
berat dengan spasme otot involunter dan reflek withdrawal.Prognosis
tipe ini buruk dan ber variasi sesuai dengan luasnya kerusakan korda
spinalis.Secara umum dapat terjadi inkontinensia urin dan feses,
gangguan sensoris dan paraplegia.
FOTO RONTGEN

 Diperlukan pengambilan (AP) dan (L).


 Pada fase awal, akan tampak lesi osteolitik pada bagian anterior
korpus vertebra dan osteoporosis regional. Penyempitan ruang
diskus inter vertebralis, menujukkan terjadinya kerusakan diskus.
Pembengkakan jaringan lunak di sekitar vertebra menimbulkan
bayangan fusiform.
 Pada fase lanjut, kerusakan bagian anterior semakin parah.
Korpus menjadi kolaps dan terjadi fusi anterior yang
menghasilkan angulasi yang khas disebut gibbus. Bayangan
opaque pada sisi lateral vertebra, memanjang kearah distal,
merupakan gambaran abses psoas pada torakal bawah dan
torakolumbal yang berbentuk fusiform.
FOTO RONTGEN
CT SCAN
Memperlihatkan bagian vertebra secara rinci dan melihat
kalsifikasi jaringan lunak. Membantu mencari fokus yang lebih
kecil, menentukan lokasi biopsi dan menetukan luas kerusakan.
MRI
Membedakan komplikasi yang ber sifat kom presif dengan yang ber sifat non
kompresif pada tuberkulosa tulang belakang.
Kerusakan tul ang secara ekstensif di ser tai dengan osteomyelitis tubercul osa
tampak jel as. Sumsum tulang belakang memiliki kaliber normal. Tidak ada
bukti kompresi saraf tulang belakang atau stenosis spinal.
DIAGNOSIS BANDING

INFEKSI PYOGENIC

INFEKSI ENTERIC

TUMOR/ KEGANASAN

Scheuermann’s disease
PENATALAKSANAAN

NUTRISI BERGIZI

KEMOTERAPI/ •Fase awal


ANTITUBERKULOSA •Fase lanjutan

•Turning frame/ plaster bed


TIRAH BARING
•Continous bed rest

OPERATIF •Evakuasi pus


DOSIS OAT
KOMPLIKASI

Pott’s Ruptur
paraplegia abses

Cedera
corda
spinalis
PROGNOSIS

Prognosa pasien dengan spondilitis tuberkulosa sangat


tergantung dari usia dan kondisi kesehatan umum pasien,
derajat berat dan durasi defisit neurologis serta terapi yang
diberikan

Anda mungkin juga menyukai