Anda di halaman 1dari 42

PRESENTASI KASUS POLI

FASCIITIS PLANTARIS

Oleh:
Jeremia

Pembimbing:
dr. R.B.Wirawan, Sp.S (K)

PPDS I ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. KARIADI SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Plantar fasciitis adalah salah satu penyebab nyeri tumit yang paling
umum. Dan merupakan keluhan umum dari banyak pasien yang memerlukan
perawatan profesional. Plantar fasciitis ialah cedera yang berhubungan
dengan pekerjaan atau olahraga. Pada suatu waktu diperkiraan plantar
fasciitis mempengaruhi sebanyak 10 % dari populasi selama masa hidupnya.
Diperkirakan bahwa sekitar 2 juta orang di Amerika Serikat dirawat setiap
tahun untuk plantar fasciitis. Pada tahun 2000 the Foot and Ankle Special
Interest Group of the Orthopaedic Section, APTA, mensurvei lebih dari 500
anggotanya dan mendapat tanggapan dari 117 anggotanya, 47 dari jumlah
yang menanggapi, 100% mengindikasikan bahwa plantar fasciitis adalah
kondisi kaki paling umum yang terlihat di klinik mereka. Penelitian lain
melaporkan bahwa plantar fasciitis menyumbang 15% dari semua keluhan
kaki dewasa yang memerlukan perawatan dan lazim ditemukan pada
populasi non-atletis maupun atletik. Pada tahun 2002, dilaporkan bahwa
plantar fasciitis adalah kondisi yang paling umum didiagnosis di kaki dan
mewakili 8% dari semua luka pada kaki.1,2
Plantar fasciitis adalah kondisi umum yang memiliki dampak buruk
pada kualitas hidup seseorang. Studi kontrol kasus baru-baru ini menemukan
bahwa individu dengan nyeri tumit plantar yang kronis, kemampuan mereka
untuk melakukan aktivitas fisik sangatlah terbatas dan tidak memiliki
semangat untuk melakukan tugas sehari-hari, memiliki persepsi yang buruk
mengenai kondisi kesehatan mereka dan mengalami isolasi sosial.4
Keluhan awal biasanya adalah rasa sakit yang tajam pada tumit dan
lengkungan kaki pada beberapa langkah pertama di pagi hari. Biasanya,
setelah berjalan sekitar 10-12 langkah, plantar fascia akan meregang dan
rasa sakit secara bertahap berkurang. Namun, gejala mungkin timbul
kembali

2
seperti berdenyut, rasa sakit yang tumpul, atau sensasi seperti kelelahan di
lengkungan medial kaki setelah berdiri lama. Rasa sakit tersebut mungkin
akan kambuh lagi apabila periode menahanan berat terus berlanjut. Trauma
ringan berulang dapat menyebabkan nyeri kronis yang menetap dan
mungkin terdapat pembentukan osteofit di tempat penyisipan tulang
kalkaneus.2,6

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
“Plantar” adalah telapak kaki.
“Fascia” adalah jaringan pita yang sangat tebal (fibrosa) yang membentang
dibawah kulit dan membentuk pembungkus bagi otot dan berbagai organ
tubuh.1,2,8
Plantar Fascitis adalah penyakit yang mengenai sistem muskulus
skeletal, dimana terjadinya inflamasi fascia plantaris yang disebabkan oleh
cedera yang berulang sehingga mengakibatkan fascia mengalami kerobekan-
kerobekan kecil pada jaringannya. Plantar fascitis merupakan peradangan
yang terjadi pada fascia plantaris di anteromedial dari tuberositas calcaneus
yang menghubungkan tulang tumit ke dasar jari-jari kaki.1,2
Berbagai istilah telah digunakan untuk menggambarkan plantar
fasciitis, termasuk tumit pelari, tumit tenis, tumit polisi, dan bahkan tumit
gonorrheal. Meskipun keliru, kondisi ini kadang-kadang disebut sebagai
kapalan oleh masyarakat umum.9

2.2 EPIDEMIOLOGI
Plantar fasciitis, dilaporkan sebagai penyebab nyeri yang paling
umum pada tumit inferior, diperkirakan mencapai 11 sampai 15 persen dari
semua gejala pada kaki yang memerlukan perawatan profesional pada orang
dewasa.Diperkirakan 1 dari 10 orang akan mengalami fasciitis plantaris
selama masa hidup mereka. Pada tahun 2000, the Foot and Ankle Special
Interest Group of the Orthopaedic Section (APTA), mensurvei lebih dari 500
anggota dan mendapat tanggapan dari 117 ahli terapi. Dari jumlah yang
menanggapi tersebut, 100% mengindikasikan bahwa plantar fasciitis adalah
kondisi kaki paling umum yang terlihat di klinik mereka.3,5
Plantar fasciitis telah dilaporkan mencapai sekitar 10 persen cedera
yang terjadi sehubungan dengan atletik dan anggota militer. Sebuah survei

4
terhadap tim sepak bola, tim bisbol dan tim basket profesional AS
menemukan bahwa plantar fasciitis adalah satu dari 5 cedera kaki dan
pergelangan kaki yang paling umum ditemukan pada atlet profesional.
Secara umum nyeri tumit plantar secara dominan mempengaruhi usia paruh
baya dan juga orang dewasa yang lebih tua. Kejadian tersebut dilaporkan
mencapai insiden puncaknya pada orang-orang berusia antara 40 dan 60
tahun. Dalam sebuah penelitian terhadap 784 warga masyarakat Amerika
Utara yang tinggal di rumah berusia 65 tahun atau lebih, 7% melaporkan
rasa sakit dan nyeri di bawah tumit.4,10
Meskipun nyeri tumit plantar mempengaruhi orang dewasa yang
lebih tua, ini juga umum terjadi pada populasi atletik, diperkirakan
berkontribusi pada 25% cedera kaki yang berhubungan dengan olahraga lari.
Kejadian berdasarkan jenis kelamin bervariasi dari satu penelitian ke
penelitian lainnya.10 Wanita terkena plantar fasciitis dua kali lebih sering
dibanding pria. Pada anak muda, kondisinya terjadi pada kedua jenis
kelamin. Ras dan etnisitas tidak berperan dalam kejadian plantar fasciitis.
Fascitis plantaris lebih umum terjadi pada wanita obesitas paruh baya dan
atlet pria muda, memiliki insidensi yang lebih tinggi pada populasi atletik
meski tidak semua penderita memerlukan perawatan medis.3,9
Sebagai tambahan, sebuah penelitian di Australia baru-baru ini pada
3206 orang dewasa ditemukan bahwa sekitar 20,9% menunjukkan bahwa
mereka memiliki rasa sakit tumit, walaupun penelitian ini tidak
membedakan antara nyeri tumit yang disebabkan fascitis plantaris atau nyeri
pada bagian tumit lainnya.4

2.3 ANATOMI
Kaki dan pergelangan kaki dibagi menjadi kaki belakang, midfoot,
dan kaki depan. Kaki belakang terdiri dari empat tulang: aspek distal tibia
dan fibula (tulang kaki), kalkaneus (tulang tumit), dan talus. Kaki tengah
terdiri dari lima tulang: cuboid, navicular, dan tiga cuneiforms. Kaki depan
terdiri dari metatarsal dan falang.2

5
Plantar fasia berasal dari tuberositas medial calcaneal plantar fascia
terdiri dari 3 bagian: lateral, medial, dan sentral. Bagian sentral bergerak
menuju jari-jari kaki sebagai jaringan padat yang membelah menjadi 5
sebelum metatarsal. Setiap bagian tersebut kemudian dibagi menjadi dua
untuk dimasukkan pada phalanx proksimal dari masing-masing jari kaki.1,2

Kaki memiliki medial longitudinal arch (MLA) yang membantu


dalam mendistribusikan kekuatan yang berkaitan dengan bantalan berat.
MLA kaki menyerupai dua batang : rear rod (batang belakang) terdiri dari
calcaneus dan talus, dan anterior rod (batang anterior) terdiri dari navicular,
tiga cuneiforms, dan tiga metatarsals pertama. Batang ini terhubung di dasar
dari plantar fascia. Ketika gaya yang diterapkan pada puncak dari MLA,
lengkungan menekan, dua batang yang terpisah, dan ketegangan
didistribusikan di seluruh plantar fascia.2

Gambar 1: Tulang Kaki dan Pergelangan2

6
Gambar 2: Tulang Medial Longitudinal Arch6

Gambar 3: Plantar Facia2

7
Gambar 4: Anatomi10

8
Gambar 5: Diagram illustrating the Medial Longitudinal Arch2

2.4 PATOFISIOLOGI
Disfungsi biomekanis kaki adalah etiologi plantar fasciitis yang
paling umum. Namun, infeksi, neoplastik, rematik, neurologis, traumatis,
dan kondisi sistemik lainnya pun dapat menyebabkan kausatif. Patologi
diyakini disebabkan oleh mikrotrauma, sebagai hasil dari kerusakan pada
calcaneus- fasia akibat penekanan berulang lengkungan.1,9
Peregangan fasia plantar yang berlebihan dapat menyebabkan
mikrotrauma. Mikrotrauma ini, jika berulang, dapat menyebabkan degenerasi
kronis pada serat fasia plantar.Pem bentukan jaringan degeneratif pada
plantar fascia dapat menyebabkan nyeri plantar yang signifikan, terutama
pada beberapa langkah pertama setelah tidur atau periode istirahat lainnya.1,9
Istilah fasciitis mungkin pada kenyataannya menjadi sesuatu yang tidak tepat,
karena sebenarnya penyakit ini adalah proses degeneratif yang terjadi dengan
atau tanpa perubahan inflamasi, yang mungkin termasuk proliferasi
fibroblastik.

9
Ini telah terbukti dari biopsi fasia dari orang yang telah menjalani
operasi pelepasan plantar fascia. Fasia biasanya sangat menebal dan berpasir.3
Fasciosis, seperti tendinosis, didefinisikan sebagai kondisi degeneratif
kronis yang ditandai secara histologis oleh hipertrofi fibroblastik, tidak
adanya sel inflamasi, kolagen nekrosis, metaplasia chondroid, kalsifikasi dan
hiperplasia vaskular yang tidak stabil dengan adanya zona avaskularisasi.2
Perubahan ini menunjukkan kondisi non inflammatory dan
disfungsional vaskularisasi, yang dapat dilihat dengan ultrasound. Dengan
berkurangnya vaskularisasi dan suplai nutrisi ke fasia yang terganggu
sehingga sulit bagi sel untuk mensintesis matriks ekstraselular yang
diperlukan untuk memperbaiki dan merombak ulang.9

Biomekanik saat berlari

Saat berlari, kekuatan vertikal di kaki mencapai 2-3 kali berat badan
seseorang. Fasia plantar dan MLA juga merupakan bagian dari mekanisme
penyerapan kejutan kaki. Selama fase tumit terangkat saat berlari, tekanan
meningkat pada fasia plantar, yang bertindak sebagai penyimpanan energi
potensial. Selama fase bagian jari-jari terangkat, plantar fascia berkontraksi
secara pasif, mengubah energi potensial menjadi energi kinetik dan
memberikan akselerasi kaki yang lebih besar.9

10
Gambar 6: Tahapan saat Lari2

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Biasanya pasien mengeluh dengan rasa sakit pada satu atau kedua
plantar kaki. Rasa sakit itu terlokalisir dengan baik di tumit inferior,
cenderung menjadi lebih buruk di pagi hari saat kaki pertama diletakkan di
lantai atau setelah masa istirahat. Rasa sakit cenderung berkurang dengan
aktivitas yang meningkat secara bertahap namun memburuk menjelang akhir
hari dengan meningkatnya durasi aktivitas menahan beban, seperti berlari.
Rasa nyeri sering digambarkan sebagai 'merobek'.1 Pasien mungkin
menggambarkan pincang dengan tumit terangkat dari tanah. Parestesia
terkait sangat jarang terjadi.5

11
Gambar 7: Lokasi Nyeri dari Plantar Fasciitis11

Pasien biasanya melaporkan bahwa sebelum timbulnya gejala telah


terjadi kenaikan berat badan dan perubahan tingkat aktivitas baru-baru ini,
seperti meningkatkan intensitas, durasi dan/atau jarak berjalan atau berlari,
mengganti alas kaki atau menggunakan alas kaki yang sudah lama,
berolahraga pada permukaan yang berbeda, atau perubahan pekerjaan yang
memerlukan lebih banyak waktu berdiri atau berjalan. Pada pemeriksaan
kaki tampak normal, tanpa atau dengan sedikit pembengkakan. 1 Pada palpasi
kaki mungkin teraba lunak pada tumit inferior dan saat diberi tekanan akan
menyebabkan rasa sakit. Dorsofleksi pasif pada jari kaki dan pergelangan
kaki juga dapat menyebabkan rasa sakit.1,2,10

2.6 FAKTOR RISIKO

Penyebab plantar fasciitis seringkali tidak jelas dan mungkin


multifaktorial.5,10

12
Faktor Instrinsik
a. Kaki melengkung, atlet dengan kaki melengkung lebih meningkatkan
tekanan pada plantar fascia saat berjalan atau berlari. Pronasi adalah
gerakan normal saat berjalan dan berlari, menyebarkan tekanan dari kaki
ke permukaan tanah dan penyerapan dampak dengan membiarkan kaki
terbuka sehingga menjadi struktur yang fleksibel. Overpronasi, di sisi
lain, dapat menyebabkan meningkatnya ketegangan pada plantar fascia.
b. Perbedaan panjang kaki, torsi tibialis lateral yang berlebihan, dan
anteversion femoralis yang berlebihan dapat menyebabkan perubahan
biomekanika yang berjalan, yang dapat meningkatkan stres fasia
plantar.9
c. Penurunan dorsofleksi pergelangan kaki.
d. Tendon Achilles yang pendek.
e. Penuaan dan tumit fat pad atrophy adalah 2 faktor risiko degeneratif
untuk plantar fasciitis.
f. Obesitas. Menurut literatur, ada hubungan yang kuat antara peningkatan
indeks massa tubuh (BMI) dan PF pada populasi non-atletik. 3,5
Menariknya, tidak ada korelasi antara PF dan berat badan, tinggi badan
atau BMI pada populasi atletik.

Faktor Ekstrinsik
Beberapa faktor risiko plantar fasciitis meliputi pekerjaan yang
membutuhkan berdiri lama. Termasuk dalam kategori ini termasuk guru,
pekerja konstruksi, koki, pelayan, pembantu rumah tangga, perawat, personil
militer, dan atlet.
Peningkatan latihan merupakan penyebab utama plantar fasciitis. Atlet
biasanya memiliki riwayat peningkatan jarak, intensitas, atau durasi
aktivitas. Penambahan kecepatan dan latihan di tempat berbukit sangat
berisiko tinggi menjadi plantar fasciitis. Latihan pada permukaan keras juga
merupakan faktor risiko.
Peralatan yang tepat itu penting. Atlet ataupun orang yang
menghabiskan waktu lama untuk berdiri, berjalan ataupun berlari mereka
harus memakai

13
jenis sepatu yang sesuai untuk jenis dan aktivitasnya. Sepatu atletik dengan
cepat kehilangan sifat bantalan, sehingga atlet berisiko jika tidak sering
mengganti sepatu. Atlet yang berlatih dengan sepatu ringan dan bantalan
alas sepatu yang tipis juga berisiko tinggi menjadi plantar fasciitis.9,10

2.7 DIAGNOSIS
Diagnosis plantar fasciitis bersifat klinis berdasarkan riwayat dan
pemeriksaan fisik. Namun, dalam keadaan tertentu atau gagal merespons
pengobatan, klinisi mungkin ingin mempertimbangkan tes lain untuk
membantu diagnosis dan diagnosis banding heel pain syndrome.1

Pemeriksaan fisik5

a. Palpasi fasia plantar


b. Range of motion sendi dorsifleksi pada saat aktif dan pasif 12

Gambar 8. (A) Range of motion sendi dorsifleksi pasif pada 0° fleksi


lutut, (B) Range of motion sendi dorsifleksi pasif pada 90° fleksi lutut,

14
(C) Range of motion sendi dorsifleksi aktif pada 0° fleksi lutut, dan
(D) Range of motion sendi dorsifleksi aktif pada 90° fleksi lutut.12
c. Tarsal tunnel syndrome test
d. Windlass test
e. The longitudinal arch angle

Pemeriksaan Darah
Dalam kebanyakan kasus, ini tidak berperan dalam diagnosis
meskipun kadang-kadang klinisi mungkin ingin melakukan tes darah
tertentu jika mempertimbangkan kondisi sistemik atau penyebab alternatif.
Tingkat sedimentasi eritrosit yang meningkat atau protein C-reaktif dapat
mengindikasikan adanya peradangan atau infeksi yang mendasarinya.
Demikian juga, pengujian untuk gen HLA B27 dapat membantu jika
mencurigai salah satu dari HLA B27 spondyloarthropathies seperti
ankylosing spondylitis, psoriatic arthritis, reactive arthritis atau enteropathic
arthritis. Contoh lebih lanjut termasuk asam urat dimana asam urat serum
biasanya diangkat dan diagnosis Paget’s disease didukung oleh alkali
fosfatase yang meningkat dengan fosfat dan kalsium normal.1

Pencitraan diagnostik
Pencitraan diagnostik tidak dianjurkan untuk evaluasi awal plantar
fasciitis. Dalam pengelolaan klinis, pencitraan diagnostik dapat memberikan
informasi yang obyektif. Informasi ini mungkin diperlukan untuk
menyingkirkan pertimbangan lain dalam diagnosis banding, terutama bila 4
sampai 6 bulan pengobatan nonsurgical telah gagal atau saat
mempertimbangkan perawatan yang lebih invasif (misalnya injeksi
kortikosteroid).3,5
Radiografi lateral pergelangan kaki harus menjadi studi pencitraan
pertama.3,5 Ini adalah modalitas yang bagus untuk penilaian tumit, ketebalan
fasia plantar, dan kualitas dari bantalan lemak. stress fracture, kista tulang,
dan tumor giant cell biasanya dikenali dengan radiografi polos.1,3

15
Ultrasonografi
Dalam kasus yang sulit, ultrasonografi mungkin berguna secara
diagnostik, namun pemeriksaan ultrasonografi tergantung pada operator.
walaupun, seperti teknik pencitraan lainnya, ultrasonografi tidak rutin
digunakan, namun terbukti signifikan bila diagnosisnya tidak jelas. Dalam
literatur, ketebalan normal plantar fascia saat diukur dalam ultrasound
bervariasi, rata-rata 2-4 mm. Orang dengan nyeri tumit kronis cenderung
memiliki fascia plantar yang menebal (nilai ketebalan> 4,0 mm) dengan
adanya penimbunan cairan (hypoechoic fascia) adalah plantar fasciitis.1,3,10
Nilai ketebalan plantar fasia juga digunakan untuk mengukur pengaruh
pengobatan dan ada korelasi yang signifikan antara penurunan ketebalan
fasia plantar dan perbaikan gejala.3 Sejumlah penelitian telah berusaha untuk
mengevaluasi kegunaan dari modalitas ini sehubungan dengan mendiagnosis
plantar fasciitis. Mereka menyimpulkan bahwa ultrasound mungkin
merupakan teknik noninvasif yang berharga untuk diagnosis plantar
fasciitis.1

Gambar 9: Pengukuran ketebalan plantar fascia7

Untuk pemeriksaan ini pasien berada dalam posisi tengkurap dengan


lutut pada fleksi 900 dan pergelangan kaki pada posisi netral. Probe
ultrasound ditempatkan pada permukaan plantar. Lokasi pengukuran untuk
ketebalan fasia plantar berada pada 0,5 cm distal ke batas kalkaneus
anterior dimana

16
peradangan biasanya ditemukan. Tanda hypoechoic adalah "+" [positif]. Jika
tidak ada tanda hypoechoic ditemukan, itu ditandai "-" [negatif].7

Bone Scintigraphy
Bone Scintigraphy adalah investigasi yang menggunakan
technetium- 99m berlabel diphosphonate. Ini adalah salah satu prosedur
radionuklida yang paling sering dilakukan. Isotop tersebut disuntikkan ke
pasien secara intravena dan kemudian diserap oleh tulang, aliran darah dan
aktivitas osteoblastik menentukan serapan tulang. Cara pencitraan ini tidak
spesifik namun sangat sensitif dan sangat berguna dalam skrining untuk
banyak kondisi patologis. Hal ini sering digunakan untuk menyelidiki
kemungkinan lesi tulang ganas, namun mungkin diminta seperti dalam
konteks nyeri tumit, untuk mengeksplorasi nyeri kaki kronis yang tidak
merespons pengobatan sebelumnya. Dalam kasus trauma muskuloskeletal,
pencitraan tulang radionuklida berguna untuk mengidentifikasi kondisi
patologis yang mungkin tidak terdiagnosis. Ini sering digunakan untuk
menyingkirkan stress fracture.1

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI adalah penyelidikan lebih lanjut yang mungkin digunakan
dalam kasus sulit, yang gagal dalam penanganan konservatif atau diduga
penyebab sakit tumit lainnya, seperti tarsal tunnel syndrome, tumor jaringan
lunak dan tulang, osteomielitis, artritis subtalar, dan stress fracture.1,3 MRI
juga dapat digunakan untuk memvisualisasikan fasia plantar, dengan gambar
sagital dan koronal.10 Dan berguna dalam mendeteksi robekan atau ruptur
fasia.1

Pemeriksaan konduksi saraf


Ini digunakan untuk melihat kemampuan konduksi listrik saraf untuk
mendiagnosis kerusakan saraf atau disfungsi. Dengan cara menempatkan
elektroda pada kulit pada interval sepanjang saraf yang ingin diperiksa. Arus
listrik intensitas rendah kemudian dialirkan untuk menghasilkan impuls.
Kecepatan konduksi saraf diukur dengan merekam respons motorik otot

17
terhadap stimulasi saraf motoriknya. Pemeriksaan konduksi saraf jarang
diperlukan pada kasus plantar fasciitis, namun dapat dipertimbangkan jika
klinisi menduga adanya “saraf terjepit” sebagai penyebab rasa sakit pasien,
seperti sindrom terowongan tarsal.1

2.8 DIAGNOSIS BANDING1,3,5,6,10


Diagnosis Riwayat Pemeriksaan Penunjang/Terapi
Fisik
Skeletal
Acute calcaneal Riwayat terjatuh Ekimosis akut dan Foto polos
tuberosity/body dengan bertumpu pembengkakan
fracture pada tumit tumit
Calcaneal stress Cedera berlebihan Squeeze test (+) MRI, Foto Polos
fracture akibat peningkatan
aktivitas atletik
secara tiba-tiba;
Nyeri diperburuk
dengan berjalan di
permukaan yang
keras dan berkurang
dengan istirahat
Arthritis subtalar, Nyeri pada tumit Nyeri, edema, dan Foto polos,
Terapi : COX 2,
lateral dan medial kekakuan
Steroid injeksi,
dan berkurang diperburuk parasetamol
dengan istirahat dengan aktivitas
menahan beban

Artritis midtarsal Nyeri pada kaki COX 2, parasetamol,


bagian atas injeksi steroid

Artritis metatarsal Nyeri pada jari-jari COX 2, parasetamol


kaki
Infeksi Gejala infeksi, Pemeriksaan darah
seperti demam;
nocturnal pain

18
Kanker Nyeri dalam pada Foto Polos
tulang, nocturnal
pain
Paget’s disease13 nyeri tulang hebat peningkatan kadar Pemeriksaan
pada tempat lain alkalin fosfatase darah, Foto Polos

Jaringan lunak
Ruptur facia plantar nyeri tumit akut Ekimosis dan MRI non
akut seperti tertusuk edema pada tumit kontras, USG
dengan plantar; Mungkin
pembengkakan kaki terdapat massa
dan yang teraba di
ketidakmampuan bawah
menahan beban lengkungan
setelah aktivitas medial dan
fisik, yang timbul penurunan
mendadak lengkung yang
nyata
Fat pad atrophy Nyeri tumit pada Nyeri berat MRI
bagian sentral dengan palpasi
diperburuk dengan pada medial tumit
berjalan di
permukaan yang
keras; umum pada
pasien lansia dan
penderita DM
Tendinitis Achilles Nyeri tumit Mungkin terdapat Jangan disuntik
posterior kontraktur achilles
diperburuk dengan

19
naik tangga atau
perbukitan
Bursitis Nyeri tumit Nyeri saat MRI non
Retrocalcaneal posterior, rasa dorsofleksi pasif kontras, foto
seperti terbakar; dan eversi kaki. polos
umum terjadi pada Edema dan
pelari dan polisi eritema pada
tumit posterior
Ankle sprain Nyeri saat naik Kaki tampak RICE (Rest Ice,
(keseleo) turun tangga, bengkak, kaku, Compresion,,
ketidakstabilan nyeri tekan dan Elevation
pada pergelangan ekimosis di
kaki, akibat malleolus lateral
robekan parsial
ligamen
Neurogenik
Tarsal tunnel Nyeri penyebar dari Tinel sign (+). Analgetik, ortosis,
operatif.
syndrome malleolus medial ke Kehilangan
seluruh kaki, yang sensoris plantar
bisa dirasakan
sepanjang hari
Lateral Nyeri plantar kaki LPN: Mungkin MRI, USG
Plantar Nerve/Medial yang konsisten terdapat atrofi otot
Calcaneal Nerve sepanjang hari MCN: Tidak
entrapment terdapat atrofi otot

20
Radikulopati S114 Nyeri menyebar di Refleks MRI, USG
sepanjang kaki pergelangan kaki
sampai tumit yang berkurang
atau tidak ada;
fleksi plantar yang
lemah dan
kelemahan
dorsofleksi pada
jempol kaki;
kelemahan saat
berjalan
Neuropati perifer Nyeri bertahap yang Sensasi berkurang Biopsi, MRI non
menyebar, mati rasa terhadap getaran, kontras, USG
atau kesemutan pada sentuhan ringan,
kaki seperti tertusuk suhu dan rasa
benda tajam nyeri; rambut
rontok, atrofi otot
dan ulserasi

Lain-lain Nyeri pada daerah Peningkatan Kolkisin,


Gout Artritis
metatarsophalangeal, kadar asam urat allopurinol,
tumpul, bengkak analgetik
kemerahan, tophi

21
2.9 PENATALAKSANAAN
PF seringkali dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, rata-rata
masa penyembuhan antara 6 sampai 18 bulan dan kadang-kadang lebih
lama, yang dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien terhadap dokter.
Sekitar 85% sampai 90% pasien dengan plantar fasciitis dapat berhasil
diobati tanpa operasi, 80% pasien yang diobati secara konservatif tidak
memiliki rasa sakit jangka panjang.3,6 Inisiasi pengobatan konservatif dalam
enam minggu setelah onset gejala, umumnya diyakini mempercepat
pemulihan dari plantar fasciitis.10 Kebanyakan ahli sepakat bahwa
pengobatan singkat dan kesempatan sukses yang lebih besar dengan terapi
konservatif.3,6
Pengobatan konservatif untuk plantar fasciitis harus berfokus pada
penurunan rasa sakit, mendorong penyembuhan, memulihkan berbagai
gerakan dan kekuatan, memperbaiki kesalahan latihan, mengurangi
penyimpangan biomekanik yang disebabkan oleh kelainan struktural, dan
memaksimalkan nutrisi yang baik.2
Berbagai intervensi telah dijelaskan untuk pengobatan PF, yang
meliputi: istirahat, kompres panas atau dingin, obat antiinflamasi non steroid
(NSAIDS), orthosis, night splints, taping, peregangan plantar dan achilles,
injeksi steroid, extra-corporeal shock wave therapy dan pembedahan.
Percobaan pengobatan konservatif biasanya tetap lebih disarankan sebelum
intervensi invasif lebih lanjut dicoba.3,6

22
Kompres Hangat dan Dingin
Kompres dingin yang sebentar-sebentar tampaknya memberi manfaat
terhadap pasien dengan plantar fasciitis bila dibandingkan dengan kompres
hangat.3,6

Obat Antiinflamasi Non Steroid (NSAIDS)


Pengobatan awal harus mencakup istirahat kaki yang cukup dengan
penggunaan analgesik konservatif. NSAID telah terbukti merupakan alat
pengendalian nyeri yang memadai bila digunakan dalam kombinasi dengan
bentuk pengobatan lainnya.3

Taping
Dibuat dari kain katun tipis berpori dengan perekat akrilik yang
diperuntukan untuk keperluan medis. Taping bisa diregangkan sampai 140
persen dari panjang aslinya. Setelah pemakaian, mobilitas otot atau sendi
masih dapat dipertahankan dengan baik. Adhesive strapping tampak
memberikan efek menghilangkan nyeri jangka pendek pada pasien dengan
diagnosis klinis plantar fasciitis, saat dievaluasi 4 minggu setelah perawatan.
Penelitian menunjukkan bahwa taping memang menyebabkan perbaikan
fungsi.5 Berdasarkan penelitian lain pun mengatakan ketebalan fasia plantar
dapat dikurangi setelah taping. Taping pada kaki dapat memperbaiki
pergerakan kaki yang abnormal agar tidak terjadi cedera kaki akibat trauma
minor berulang dari pergerakan kaki yang tidak normal.7

23
Gambar 10: Adhesive strapping7

Peregangan

Peregangan dilakukan di daerah betis atau plantar.


Direkomendasikan bahwa peregangan harus menjadi salah satu intervensi
yang digunakan untuk pasien dengan PF. Hubungan antara tendon achilles
dan plantar fascia serta fakta bahwa penurunan dorsofleksi pergelangan kaki
merupakan faktor risiko dalam pengembangan plantar fasciitis yang
memberikan dukungan untuk peregangan sebagai terapi PF. Latihan
peregangan juga lebih efektif daripada low dose shock wave therapy pada
fase akut PF.3,5
a. Wall push: Pasien berdiri menghadap ke dinding dengan salah satu kaki
ditarik ke arah belakang dan kedua tangan terentang, yang dilakukan tiga
menit sekali, dua kali sehari atau tiga kali sehari.6
b. Towel pick-up: Dengan jari kaki yang sakit, pasien mengambil handuk
kertas kering, menjatuhkannya, dan mengulanginya selama 2 menit
sekali sehari di malam hari.3
c. Ice roll: Pasien menggulung kaki di atas botol air beku selama 2 menit
setiap hari di malam hari.3

24
Hasil dengan peregangan yang hanya dilakukan di rumah saja sangat
baik setelah perawatan selama setengah jumlah waktu gejala itu timbul.
Misalnya, gejala yang timbul selama 1 tahun akan mendapatkan hasil yang
baik setelah 6 bulan pengobatan. Jika perawatan konservatif tidak efektif,
perawatan yang terdiri dari orthosis, night splints dan penggunaan terapi
injeksi dapat dicoba. Jika tetap gagal, jika gejalanya telah berlangsung lebih
dari 1 tahun, dan jika pasien telah rutin peregangan harian, pembedahan
mungkin diperlukan.6

Night Splints

Tujuan night splints adalah menjaga pergelangan kaki pasien berada


dalam posisi netral sepanjang malam, secara pasif meregangkan betis dan
plantar fascia saat tidur. Tidak ada perbedaan hasil antara berbagai jenis
night splints yang tujuannya adalah untuk mengistirahatkan fasia. Jenis night
splints yang digunakan yaitu, posterior, anterior, tipe kaos kaki. Ada bukti
bahwa night splints bermanfaat dalam memperbaiki gejala PF, yang
direkomendasikan untuk digunakan selama 1-3 bulan dan 6 bulan pada
pasien dengan keluhan yang berat. 3

Orthosis
Alasan penggunaan orthosis kaki adalah untuk mengurangi pronasi
kaki abnormal yang diperkirakan menyebabkan peningkatan tekanan pada
plantar fascia.3,5,10 Berbagai pilihan orthosis tersedia untuk pengelolaan
plantar fasciitis. Penggunaan sisipan sepatu yang dikombinasikan dengan
latihan peregangan telah terbukti memberikan perbaikan yang lebih baik
pada nyeri tumit dibandingkan dengan peregangan saja.5,6

Injeksi Steroid
Apabila terapi yang lebih konservatif tidak berhasil, injeksi steroid
adalah salah satu pilihan selanjutnya. Tidak ada standar mengenai jenis dan
dosis injeksi kortikosteroid lokal. Injeksi steroid harus dilakukan dengan

25
penentuan lokasi yang tepat, yang dapat dengan mudah menggunakan
panduan ultrasonografi.3 Injeksi kortikosteroid harus dipertimbangkan
dengan hati-hati, karena rasio risiko terhadap manfaat yang tidak
menguntungkan untuk pasien dengan plantar fasciitis.6
Injeksi kortikosteroid secara signifikan mengurangi ketebalan fasia
plantar pada dua minggu dan satu bulan setelah pengobatan. Terapi injeksi
kortikosteroid memiliki keuntungan jangka pendek dan efektivitas
pengobatan tidak dipertahankan melebihi enam bulan.3,6,10 Komplikasi yang
dilaporkan dari injeksi steroid yang dipandu dengan hanya palpasi adalah
ruptur plantar fasia, atrofi pad lemak, lateral plantar nerve injury, infeksi
dan osteomyelitis kalkaneus. Namun, komplikasi ini belum dilaporkan
setelah suntikan berpandu ultrasonografi.3,5

Extra-corporeal Shock Wave Therapy


Extra-corporeal shock wave therapy memiliki energi tinggi atau
rendah. ESWT ditunjukkan jika ada kegagalan modalitas konservatif lainnya
dan gejala yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Extra-corporeal shock wave
therapy diusulkan sebagai pendekatan alternatif dengan alasan bahwa hal itu
dapat merangsang penyembuhan jaringan lunak dan menghambat reseptor
nyeri. Karena ini adalah prosedur yang relatif aman, dapat dipertimbangkan
sebelum melakukan perawatan bedah dan injeksi steroid lokal. Injeksi
steroid sebelumnya lebih dari tiga kali merupakan faktor prognostik yang
buruk untuk pemulihan yang baik setelah ESWT.3,10

Pembedahan
Kasus sulit dimana gejala bertahan lebih dari 6-12 bulan, bahkan
setelah pengobatan konservatif yang adekuat biasanya dipilih untuk
dilakukan pembedahan. Pelepasan fasia plantar parsial atau lengkap secara
terbuka ataupun endoskopis dapat dilakukan. Beberapa keuntungan dari
fasciotomi plantar endoskopik meliputi: diseksi jaringan lunak minimal,
visualisasi fascia plantar yang sangat baik, nyeri post operatif minimal dan
proses

26
penyembuhan lebih cepat. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 70-75%
pasien menunjukkan perbaikan setelah operasi tetapi hanya 50% pasien yang
menunjukkan kepuasan lengkap.3,6

2.10 PENCEGAHAN
Pasien harus diberitahu bahwa perbaikan sering memakan waktu,
beberapa minggu atau bulan dan memerlukan usaha yang cukup untuk
mempertahankan program peregangan tumit atau untuk mengenakan night
splints. Mereka juga harus di edukasi kinerja yang tepat dari program latihan
di rumah yang melibatkan peregangan fasia plantar, rekomendasinya adalah
sebagai berikut:

a. Gunakan sepatu dengan dukungan lengkungan yang memadai dan


bantalan empuk, buang sepatu lari tua dan kenakan yang baru, gunakan
sepatu kerja dengan bergantian setiap harinya
b. Hindari berdiri lama
c. Menurunkan berat badan
d. Rentangkan fasia plantar dan lakukan pemanasan ekstremitas bawah
sebelum berolahraga
e. Untuk meningkatkan fleksibilitas, lakukan peregangan (pendinginan)
fasia plantar dan betis setelah berolahraga
f. Jangan berolahraga pada permukaan yang keras
g. Hindari berjalan bertelanjang kaki di permukaan yang keras
h. Hindari olahraga yang memerlukan banyak lompatan (misalnya aerobik,
badminton, basket dan bola voli)
i. kompres es selama 20 menit setelah aktivitas berat pada kaki di akhir hari9
j. Batasi kegiatan (membatasi jarak, frekuensi, dan durasi) yang memberi
beban pada kaki seperti berjalan jauh, berlari dan pertimbangkan untuk
beristirahat atau mengganti jenis latihan

27
2.11 PROGNOSIS9
Sekitar 80% kasus plantar fasciitis sembuh secara spontan pada 12
bulan, 5% pasien akhirnya menjalani operasi pelepasan plantar fascia karena
semua tindakan konservatif telah gagal.
Bagi atlet pada khususnya, resolusi lambat plantar fasciitis bisa
menjadi masalah yang sangat membuat frustrasi. Para atlet harus
diperingatkan untuk tidak mengharapkan penyembuhan dalam semalam,
terutama jika mereka memiliki rasa sakit yang lebih kronis atau jika mereka
tetap melanjutkan aktivitas mereka. Umumnya, rasa sakit sembuh dengan
pengobatan konservatif.
Meskipun tidak ada kematian terkait dengan kondisi ini, morbiditas
yang signifikan dapat terjadi. Pasien mungkin mengalami nyeri plantar
progresif, menyebabkan pincang (antalgic gait) dan pembatasan aktivitas
seperti berjalan dan berlari. Selain itu, perubahan pola bantalan beban akibat
nyeri kaki dapat menyebabkan cedera sekunder yang terkait pada sendi
pinggul dan lutut.

28
BAB III

Laporan Kasus Poliklinik

Oleh : Jeremia
Supervisor : dr. R.B. Wirawan, Sp.S (K)

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. MA
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Ungaran
Pekerjaan : Wiraswasta/ Petani
Pendidikan : Tamat SMP
No CM/Register : C726298

II. DAFTAR MASALAH


Masalah
No Masalah aktif Tgl No Tgl
inaktif

1. Nyeri Regio Plantar Pedis Dekstra => 2 27/7/2021


2. Fascitis plantaris => 2 27/7/2021

III.SUBYEKTIF
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri pada telapak kaki kanan
Onset : ± sejak 2 bulan yang lalu
Lokasi : telapak kaki kanan

29
Kualitas : nyeri seperti tertusuk dan menjalar sampai dengan jari-jari
kaki Kuantitas : mengganggu aktivitas sehari-hari, tetapi masih bisa
mandiri

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


+ 2 bulan sebelum periksa ke poli Neurologi, pasien mulai
mengeluh nyeri pada telapak kaki kanan. Nyeri dirasakan mulai pagi
hari saat pasien bangun tidur dan bertambah berat saat berjalan. Nyeri
berkurang saat pasien beristirahat namun kembali muncul saat berjalan
atau berdiri lama. Tidak ada kesemutan maupun kelemahan anggota
gerak.
+ 1 bulan sebelum periksa ke Poli Neurologi, keluhan nyeri
dirasakan makin berat. Nyeri terasa pada tumit kanan dirasakan seperti
tertusuk dan menjalar sepanjang telapak kaki sampai jari-jari kaki
kanan. Pasien kemudian berobat ke dokter keluarga dan diberi obat
namun belum berkurang sampai kemudian pasien dirujuk ke poli
Neurologi RSUP Dr. Kariadi.

Faktor memperberat : berjalan, berdiri lama


Faktor memperingan : mengistirahatkan kaki
Gejala Penyerta :-

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


- Riwayat trauma disangkal
- Riwayat Diabetes Mellitus, kolesterol, asam urat disangkal

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti ini

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien seorang petani tinggal bersama istri, memiliki 2 orang anak belum
mandiri. Pembiayaan dengan BPJS. Kesan sosial ekonomi cukup.

30
III. OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Praesens
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 120 /72 mmHg
Nadi : 84 x / mnt, reguler
Pernafasan : 20 x/ mnt
Suhu : 36,5o C
SpO2 : 98% spontan
VAS : 4-5
Tinggi badan : 155 cm, Berat Badan : 65 kg
BMI : 27.0 = overweight
Kepala : Mesosefal
Leher : kaku kuduk (-), gerak bebas
Dada
Jantung : SJ I-II reguler, bising (-)
Paru : Simetris, suara dasar vesikuler, ronki (-),
wheezing (-)
Perut : Datar, supel, nyeri tekan (-). Hepar / lien tak teraba
Ekstremitas : Edema (-), capilary refill < 2 detik

b. Status Psikikus
Cara berpikir : realistis
Perasaan hati : euthym
Tingkah laku : normal
Ingatan : kesan cukup
Kecerdasan : kesan cukup

31
c. Status Neurologis
Kepala :
- Bentuk : mesosefal
Nyeri tekan :(-)
Simetri : simetris
Pulsasi :(-)
- Mata ( Pupil ) :
Bentuk : bulat / bulat isokor
Ukuran : 3 mm / 3 mm
Refleks Cahaya :+/+
Nistagmus :-/-
Visus kasar : OD : >3/60 OD : >3/60
- Leher :
Kaku kuduk :(-)
- Nervi Craniales : dalam batas normal
- Motorik superior inferior
Pergerakan : +/+ +/+
Kekuatan : 555/555 555/555
Tonus : N/N N/N
Trofi : e/e e/e
Refleks Fisiologis : ++ / ++ ++/++
Refleks Patologis : -/- -/-
Klonus : -/-
 Sensibilitas : dalam batas normal
 Vegetatif : dalam batas normal

• Gerakan abnormal
• Tremor : (-)
• Athetose : (-)
• Mioklonik : (-)
• Khorea : (-)

32
• Koordinasi, gait dan keseimbangan
• Cara berjalan : dalam batas normal
• Tes Romberg : dalam batas normal
• Romberg di pertajam : dalam batas normal
• Disdiadokinesis : dalam batas normal
• Trunkal Ataksia :-
• Rebound phenomen : -
• Dismetri :-
• Heel to knee : dalam batas normal

Status lokalis pedis :


Inspeksi
Simetris (+)
Deformitas : (-)
Tanda radang : edema (-), eritema (-)

Palpasi : nyeri tekan regio plantar pedis dekstra (+)


Pemeriksaan tambahan dorsofleksi ibu jari kaki => nyeri meningkat

IV. RINGKASAN
SUBYEKTIF
Pasien seorang laki-laki berusia 51 tahun datang dengan nyeri pada area
telapak kaki kanan sejak 2 bulan sebelum periksa ke poli Neurologi. Nyeri kadang
dirasakan sampai jari-jari kaki kanan dan bertambah saat berjalan dan berdiri
lama. 1 bulan sebelum periksa ke Poli Neurologi, nyeri semakin hebat. Pasien
berobatke dokter keluarga dan diberi obat namun nyeri belum berkurang,
kemudian dirujuk ke poli Neurologi RSUP Dr. Kariadi.

33
OBYEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Praesens
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS : E4M6V5
Tekanan darah : 120 /70 mmHg
Nadi : 90x / mnt, reguler
Pernafasan : 20 x/ mnt
Suhu : 36,5o C
SpO2 : 98% spontan
NPRS : 4-5
Tinggi badan : 155 cm, Berat Badan : 50 kg
BMI : 20.8 = Normoweight

b. Status Neurologis
Kepala :
- Bentuk : mesosefal
Nyeri tekan :(-)
Simetri : simetris
Pulsasi :(-)
- Mata ( Pupil ) :
Bentuk : bulat / bulat isokor
Ukuran : 3 mm / 3 mm
Refleks Cahaya :+/+
Nistagmus :-/-
Visus kasar : OD : >3/60 OD : >3/60
- Leher :
Kaku kuduk :(-)
- Nervi Craniales : dalam batas normal
- Motorik : dalam batas normal
- Sensibilitas : dalam batas normal

34
- Vegetatif : dalam batas normal

Palpasi : nyeri tekan regio plantar pedis dekstra


Pemeriksaan tambahan dorsofleksi ibu jari kaki => nyeri meningkat

V. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis : nyeri regio plantar pedis dekstra
Diagnosis Topis : plantar fascia
Diagnosis Etiologis : Fasciitis plantaris

VI. RENCANA PENGELOLAAN AWAL :


1. Fascitis Plantaris
IPx : Fisioterapi
ITx : Na diclofenac 50 mg/12 jam po
Vit B1B6B12 1 tab/8jam po
Inj. Lokal traimsinolon 1cc pada medial calcaneus dekstra
IMx : VAS

IEx : kontrol rutin

CATATAN PERKEMBANGAN

KONTROL 2 (03/08/2021)
S : nyeri pada telapak kaki kanan (+)
O:
KU : baik
Kesadaran : GCS E4M6V5
TD : 120/80 mmhg, HR: 90x/menit, RR :20x/menit, suhu : 36,4 C, VAS : 3-4
Status Neurologi :
Mata : Pupil bulat isokor, 3mm/3mm,RC +/+
Leher : kaku kuduk (-)
Nervi Craniales : dalam batas normal

35
Motorik superior inferior
Pergerakan : +/+ +/+
Kekuatan : 555/555 555/555
Tonus : N/N N/N
Trofi : e/e e/e
Refleks Fisiologis : ++ / ++ ++/++
Refleks Patologis : -/- -/-
Klonus : -/-
Sensibilitas : dalam batas normal
Vegetatif : dalam batas normal
Rontgen Pedis 03/8/2021:

Interpretasi :

- Spur pada aspek inferior os calcaneus, aspek superior os talus dan os


naviculares kanan
- Tak tampak kalsifikasi pada soft tissue regio padie kanan

A:
1. Diagnosis Klinis : nyeri regio plantar pedis dekstra
Diagnosis Topis : plantar fascia
Diagnosis Etiologis : Fasciitis plantaris
P:
1. Fascitis Plantaris
IPx : Fisioterapi

36
ITx : Na diclofenac 50 mg/12 jam po
Vit B1B6B12 1tab/8jam po
IMx : VAS
IEx : menurunkan berat badan

37
BAGAN ALUR

27-07-2021 03-08-2021

S nyeri di telapak kaki kanan S nyeri di telapak kaki kanan berkurang


O KU: tampak sakit sedang O KU: baik
TD 120/72, HR 82, RR 20, T 36.5, TD 127/78, HR 82, RR 20, T 36.5,
SpO2 99% SpO2 99%
Status neurologis : GCS E4 M6V5 Status neurologis : GCS E4 M6V5
Mata: PBI, ø3/3mm, RC (+/+) Mata: PBI, ø3/3mm, RC (+/+)
Nn. Craniales : dalam batas normal Nn. Craniales : dalam batas normal
Leher : kaku kuduk (-) Leher : kaku kuduk (-)
Motorik : sup 555/555, inf 555/555 Motorik : sup 555/555, inf 555/555
RF ++/++, RP -/- RF ++/++, RP -/-
Sensibilitas : dbn Sensibilitas : dbn
Vegetatif : BAB dan BAK (+) Vegetatif : BAB dan BAK (+)
Status lokalis pedis : palpasi : nyeri Status lokalis pedis : palpasi : nyeri
tekan regio plantar pedis dekstra, tekan regio plantar pedis dekstra,
dorsofleksi ibu jari kaki : nyeri dorsofleksi ibu jari kaki : nyeri
meningkat meningkat
Foto pedis dekstra :
A: Spur pada aspek inferior talus dan os
1. Fascitis plantaris naviculare kanan
Tak tampak kalsifikasi pada soft tissue
P: regio pedis kanan
Foto polos pedis dekstra AP/Lateral
A:
Inj triamcinolon 1ml pada medial 1. Fascitis plantaris
calcaneus dekstra
Natrium diklofenac 50 mg/12 jam po P:
Vitamin B1 (100 mg), vitamin B6 200 Natrium diklofenac 50 mg/12 jam po
mg, vitamin B12 200 mg 1 tab/24 jam po Vitamin B1 (100 mg), vitamin B6 200
mg, vitamin B12 200 mg 1 tab/24 jam po

38
DECISION MAKING

39
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Potter VAJ. Investigating Plantar Fasciitis. Canada Avanue: The Foot and
Ankle Online Journal, 2009 Nov; 2 (11): 4
2. Dubin J. Evidence Based Treatment for Plantar Fasciitis Review of
Literature. Sport Therapy. Available from URL:
www.dubinchiro.com/plantar.pdf. Accessed: January 22, 2018.
3. Tahririan MA, Motififard M. Plantar Fasciitis. Iran: Journal of Research
in Medical Sciences, 2012 Aug; 17(8): 799–804.
4. Cotchett MP, Landorf KB. Effectiveness of trigger point dry needling for
plantar heel pain: study protocol for a randomised controlled trial.
Bundoora: Journal of Foot and Ankle Research, 2011; 4:5
5. Mcpoil TG, Martin RL. Heel Pain-Plantar Fasciitis: Clinical Practice
Guidelines Linked to the International Classification of Functioning,
Disability, and Health from the Orthopaedic Section of the American
Physical Therapy Association. Wisconsin: Journal of Orthopaedic &
Sports Physical Therapy, 2008; 38 (4)
6. Thompson JV, Saini SS. Diagnosis and Management of Plantar Fasciitis.
The Journal of the American Osteopathic Association, 2014 Dec; Vol.
114(12), 900-906
7. Tsai CT, Chang WD, Lee JP. Effects of Short-term Treatment with
Kinesiotaping for Plantar Fasciitis. Taiwan: Journal of Musculoskeletal
Pain, 2010; Vol. 18(1)
8. Sidharta P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta: Dian Rakyat,
2001
9. Young C. Plantar Fasciitis. Available from URL:
https://emedicine.medscape.com/article/86143-overview#showall.
Accessed: January 22, 2018.
10. Buchbinder R. Plantar Fasciitis. Massachusetts: The New England
Journal of Medicine, 2004; 350:21

40
11. Plantar Fasciitis. Available from URL: http://newyork-
footdoctor.com/plantar-fasciitis/. Accessed: February 6, 2018.
12. Krause DA, Cloud BA. Measurement of Ankle Dorsiflexion: A
Comparison of Active and Passive Techniques in Multiple Positions.
Minnesota: Journal of Sport Rehabilitation, 2011; 20: 333-344
13. Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology. 6th edition.
New York: McGraw-Hill, 2005
14. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi,
Fisiologi, Tanda Gejala. Edisi 5. Jakarta: EGC, 2016

41
42

Anda mungkin juga menyukai