Anda di halaman 1dari 19

GUIDLINE

FISIOTERAPI PADA FACITIS PLANTARIS

Untuk memenuhi syarat menyelesaikan tugas stase Muskuloskeletal

Disusun oleh :

Laila Kusuma Astuti

P 27226020023

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

JURUSAN FISIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA KESEHATAN RI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan salah satu yang amat penting dalam melakukan aktivitas sehari-

hari, sehingga untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari maka diperlukan kesehatan yang

mencakup fisik, mental, dan sosial. Pada era jaman globalisasi seperti ini, meningkatnya era

industri di Indonesia menyebabkan banyaknya pabrik-pabrik dan mall-mall yang

bermunculan yang mendukung pergerakan perekonomian. Di era sekarang banyak

diperlukannya sumber daya manusia untuk menunjang pekerjaan di pabrik dan mall tersebut.

Manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan dikembangkan.

Bagian tubuh yang sering mengalami gangguan akibat aktivitas fisik yang tidak

seimbang adalah bagian kaki. Kaki merupakan bagian terpenting dalam melakukan aktivitas,

seperti berjalan, berlari, berdiri dan melompat. Biomekanik dari ankle yang berfungsi sebagai

stabilitator dan juga merupakan penggerak dari 3 tubuh manusia. Ankle juga merupakan

pusat titik tumpu berat badan pada saat tubuh berjalan, berlari, dan melakukan aktivitas fisik

lainnya. Untuk memberikan perlindungan terhadap kaki atau ankle ini maka manusia

menggunakan sepatu. Beragam jenis sepatu diciptakan, mulai dari Flat Shoes dan High

Heels. Dalam aspek fashion, memang menggunakan sepatu berhak tinggi akan membuat

seorang wanita kelihatan menarik. Bahkan, dalam dunia model sepatu berhak tinggi sering

berkontribusi untuk menambah keindahan. Akan tetapi banyak orang diluar sana yang tidak

menghiraukan kesehatannya walau hanya sekedar nyeri pada kaki. Mereka rela kakinya

tersiksa agar terlihat lebih menarik. Perlindungan yang diberikan oleh jenis-jenis sepatu

tersebut adakalanya membawa kerugian terhadap kaki, terutama untuk jenis sepatu high heels

atau yang bertumit tinggi, sehingga kaki atau ankle mudah terkena cedera dan mengalami
gangguan fungsional. Bagian ankle sering mengalami nyeri ketika digerakkan saat

melakukan aktivitas (Rica,2013)

Pemakaian sepatu high heel membuat tumpuan berat badan bertumpu pada tumit dan

tekanan disalurkan ke plantar fascia. Karena tekanan yang berulang-ulang, plantar fascia

terulur dan lama kelamaan terjadi peradangan dan robekan kecil pada plantar fascia dan

dalam keadaan ini seseorang mengalamami Fasciitis

Plantar fasciitis adalah kondisi yang paling umum dirawat oleh penyedia layanan

kesehatan. Telah diperkirakan bahwa plantar fasciitis terjadi pada sekitar 2 juta orang

Amerika setiap tahun dan mempengaruhi sebanyak 10% dari populasi selama seumur hidup.

mengalami nyeri pada tumitnya yang disebabkan oleh plantar fascitis dan hanya 11%-15%

yang melakukan pemeriksaan ketika mereka menderita sakit plantar fascitis. Selain itu juga,

plantar fasciitis sering terjadi pada usia 40-70 tahun, tapi kebanyakan yang terkena plantar

fascitis berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 40% terjadi pada pekerja yang bekerja dengan

berdiri lebih dari 6 jam, 70% terjadi pada orang yang mengalami kegemukan/obesitas dan

lebih dari 30% pada orang berusia diatas 50 tahun. Di Indonesia kasus plantar fasciitis masih

dianggap sepele, sehingga penanganan 4 terhadap kasus ini masih terlambat dan

menyebabkan proses penyembuhannya menjadi sangat lama.

Fungsi dari plantar fascia ada dua :  statis, menstabilkan panjang medial lengkungan

lomgitudinal arch dinamis, memulihkan lengkungan dan membantu dalam konfigurasi ulang

kaki untuk efisien ketika melangkah. Ketika jaringan ini menjadi rusak, rasa sakit dan atau

kelamahan dapat berkembang didaerah ini. Faktor resiko plantar fasciitis termasuk kealianan

struktur, kelebihan berat badan, berkaitan dengan perubahan usia degeneratif, pekerjaan atau

kegiatan yang membutuhkan berdiri terlalu lama serta kesalahan dlam pelatihan.
Literatur menunjukkan bahwa plantar fasciitis dapat berhasil diobati dengan

menggunakan Pendekatan konservatif. Dalam kasus berat  dari plantar

fasciitis,  bagaimanapun, perawatan  bedah mungkin diperlukan untuk mengembalikan

pasien ke aktivitas normal sehari-hari atau olahraga.


BAB II

KERANGKA TEORI

A. Anatomi Telapak Kaki

Tulang telapak kaki disusun dari 7 tarsals yaitu: Os. Calcaneus, Os. Talus, Os.

Navicularis, Os. Cuneinforme lateralis, Os. Cuneinforme intermedium, Os. Cuneinforme

medialis, dan Os. Metatarsal. Normalnya telapak kaki akan membentuk lengkungan medial

antara Os. Calcaneus dengan Os. Metatarsal yang disebut medial longitudinal arch. Normal

medial longitudinal arch adalah 15 – 18 mm dari tanah pada tingkat navicular, sedangkan

lateral longitudinal arch lengkungannya lebih rendah 3 – 5 mm dari tingkat Os. Kuboid.

Tulang yang membentuk lengkungan ini saling berkaitan yang di hubungan oleh ligament

plantar fascia (Riegger, 1988).

Gambar 2.1 Anatomi Telapak Kaki Normal (Sumber: Dubin, 2007)

Menurut American Academy of Ortopedic Surgeons Plantar Fascia adalah Ligament

tipis dan panjang yang terletak langsung dibawah telapak kaki, yang menghubungkan tumit

dengan kaki depan, dan akan membentuk suatu lengkungan (Kadakia, et al,. 2010).
Gambar 2.2 Lengkungan Telapak Kaki Normal

Gambar 2.3 Letak Plantar Fascia

Topografi dari ligament plantar fascia merupakan bagian dari jaringan penyambung

(connective tissue) yang komposisinya terdiri atas dua tipe serabut yaitu: serabut collagen

yang sangat kuat dengan elastisitas yang sangat kecil, sedangkan serabut kedua adalah
serabut elastik yang dapat terulur yang berfungsi membantu penguluran dan kontraksi otot

dan juga menjadi jalur tempat persarafan dan pembuluh darah vena. Ligament plantar fascia

yang terdapat dalam tubuh dapat dijelaskan sebagai suatu lembaran yang tidak terputus-putus

dari jaringan penyambung yang terbentang tanpa adanya hambatan pada bagian atas kepala

sampai ke ujung ibu jari kaki.

Ligament plantar fascia mengelilingi dan menyatu dengan setiap jaringan dan organ

yang ada dalam tubuh termasuk serabut saraf, pembuluh darah vena, otot dan tulang. Letak

ligament fascia pada nyeri plantaris sangat tebal dan menempel/melekat pada calcaneus

sampai jari-jari kaki (metatarsal). Ligament plantar fascia akan lebih tebal dan padat pada

beberapa daerah dibandingkan dengan daerah yang lain. Kepadatan dan ketebalan ligament

fascia sangat mudah dikenali dan terlihat seperti membran putih yang kuat (Periatna &

Gerhaniawati, 2006).

B. Pengertian Facitis Plantaris

Nyeri plantaris adalah rasa sakit yang disebabkan terjadinya iritasi degeneratif pada

ligament plantar fascia (Young, 2014). Rasa sakit yang muncul pada ligament plantar fascia

di sebabkan karena posisi berdiri dengan sepatu yang kurang nyaman dalam waktu lama yang

berakibat teregangnya ligament (Aliwarga, 2013). Fascia merupakan jaringan fibrous,

strukturnya seperti tendon, terletak sepanjang tungkai sampai telapak kaki, mulai dari tulang

tumit sampai base ibu jari kaki. Jika aktivitas berlebihan maka plantar fascianya akan terjadi

iritasi, inflamasi dan kemungkinan yang lain akan terjadi kerobekan jika pada plantar fascia

terjadi penekanan yang berulang (Periatna & Gerhaniawati, 2006).


C. Patofisiologi

Secara aktual patofisiologi dari nyeri plantaris berawal dari stress yang berlebihan

pada ligament plantar fascia, dimana dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor

yang termasuk yaitu kurangnya fleksibilitas dari ligament plantar fascia dan tightnes otot-otot

gastroc. Kelemahan dari otot-otot intrinsik kaki dan yang utama yaitu otot tibialis posterior

pada ankle, penambahan berat badan atau aktivitas yang berat, kekurangan proprio-sepsi. Hal

tersebut akan mengakibatkan tarikan pada ligament fascia, sehingga terjadi kerobekan dan

timbul iritasi pada ligament plantar fascia. Efek dari posisi yang lama dan terus menerus serta

stress yang berlebihan dari ligament plantar fascia, akan menyebabkan perubahan pada

serabut collagen, dimana terjadi penurunan kandungan air 3-4% dan penurunan GAG sekitar

20%. Sehingga akan menurunkan jarak diantara serabut-serabut collagen dan menyebabkan

perubahan gerak yang bebas diantara serabut-serabut.

Menurunnya gerakan diantara serabut collagen membuat jaringan cenderung menjadi

kurang elastis dan lebih rapuh, sehingga akan terbentuk serabut collagen dalam pola yang

acak, disamping itu produksi fibroblas yang berlebihan pada fase produksi akan membentuk

jaringan fibrous yang tidak beraturan sehingga menciptakan terjadinya abnormal crosslink

yang akan menyebabkan perlengketan pada jaringan. Terjadinya abnormal crosslink disertai

dengan inflamasi pada ligament plantar fascia. Sehingga timbul nyeri tekan pada ligament

plantar fascia (Periatna & Gerhaniawati, 2006).

D. Diagnosis Fisioterapi

1. Anamnesa

Pasien datang dengan keluhan pada pagi hari sering merasakan nyeri dibagian tumit

setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada siang hari keluhan ini dirasakan agak
berkurang bahkan pada waktu malam hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini

terkadang kembali dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.

Pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu sangat penting dilakukan oleh para

olahragawan atau pekerja berat, karena kurangnya pemanasan atau peregangan otot bisa

memicu timbulnya keluhan ini.

Bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala seperti diatas, pasien harus dicek

lebih cermat lagi. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga

terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada. Rasa nyeri ini bisa berlangsung

beberapa bulan atau bisa menjadi permanen. Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang

setelah beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian.

2. Pemeriksaan palpasi

Gambar 2.4 Pemeriksaan Palpasi Facitis Plantaris

Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti

pada gambar diatas). Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang kemudian

tangan kiri kita menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan palpasi dengan ibu
jari menekan pada plantar fascianya. Jika penderita mengalami sakit maka kemungkinan

pasien ini menderita .

3. Pemeriksaan inspeksi

Apabila ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya berubah karena telapak kaki

terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung telapak kaki

(jinjit).

Gambbar 2.5 Pemeriksaan Inspeksi Facitis Plantaris

Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan

(jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang

lebih menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar

diatas). Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari

pemeriksaan fisik. Pasien biasanya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang

menumpu berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun.

Nyeri yang berhubungan dengan plantar fasciitis mungkin dirasakan

seperti berdenyut, membakar, atau menusuk, terutama pada langkah pertama di pagi hari atau

setelah beberapa periode tidak beraktivitas. Ketidaknyamanan biasanya meningkat setelah

istirahat panjang atau setelah aktivitas yang terbatas. Berjalan tanpa alas kaki atau naik

tangga akan memperparah nyeri.


4. Pemeriksaan Radiologis

Gambar 2.6 Hasil

Pemeriksaan radiologis tidak begitu  berguna untuk menegakkan diagnosa plantar

fasciitis, tetapi dapat dipertimbangkan jika diagnosa banding lain lebih kuat mengarah.

Berdasrkan studi case control yang membandingkan pasien dengan dan tanpa plantar fasciitis

penebalam aponeurosis pada tumit yang diidentifikasi dengan USG, biasanya berhubungan

dengan plantar fasciitis.

Dari pemeriksaan radiologis biasanya didapatkan kalsifikasi pada jarinmgan lunak

disekitar tumit atau osteofit pada anterior kalkaneus yang biasnya disebut heel spurs. 50 %

pasien dengan plantar fasciitis dan lebih dari 19% orang tanpa plantar fasciitis mempunyai

heel spurs. Ada atau tidaknya heel spur tidak bisa menyingkirkan diagnosa plantar fasciitis.

Scanning pada tulang bisa menunjukkan peningkatan ketebalan kalkaneus dan MRI bisa

menunjukkan penebalan pada fascia plantaris. Namun, akurasi data yang didapat tiak bisa

menegakkan diagnosa plantar fasciitis.


BAB III

INTERVENSI FISIOTERAPI

A. Exercise Facitis Plantaris

1. Latihan peregangan

Latihan yang efektif tidak hanya untuk bantuan aktif dari plantar fasciitis, tapi Juga

membantu untuk meminimalkan kekambuhan. Latihan peregangan digunakan untuk

meningkatkan fleksibilitas otot-otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri. Penegangan pada

otot-otot kaki yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya stressor pada fascia plantaris saat

berjalan dan berlari meningkatkan resiko cedera. Latiahanperegangan untuk fascia plantaris

sendiri dapat meningkatkan fleksibilitas fascia dan mengurangi potensi kerusakan. Contoh

latihan peregangan adalah:

a. Peregangan Gastrocnemius dengan mendorong dinding

Gastrocnemius adalah salah satu kelompok otot utama di betis. Untuk meregangkan otot

ini, tempatkan tangan anda pada dinding dan berdiri dengan kedua kaki rata dilantai, satu

kaki di depan kaki lain. Jauhkan paling belakang kaki lurus dan kaki pointed lurus ke depan.

Bersandar ke depan tanpa melengkungkan punggung.

Menempatkan berat badan pada kaki sambil membungkuk ke depan dilutut. Jika anda

merasa peregangan di pertengahan betis kaki lurus. Tahan peregangan selama 10-15 detik,

rilis, kemuadian ulangi 6-8 kali membalikan posisi kaki dan regangkan kaki yang lain.S

b. Peregangan gastrocnemius dengan naik tangga

Gastrocnemius juga dapat dirgangkan menggunakan latihan sederhana yang dapat

dilakukan sambil berdiri pada tangga. Berdiri dengan ujung kaki pada tepi tangga dan tumit

tidak menapak tangga. Sementara memegang pegangan tangga untuk keseimbangan, naik

setinggi mungkin pada jari kaki dan kemudia menurunkan sendiri perlahan-lahan setinggi
tanpa memindahkan kaki sampai mersakan regangan dibetis. Tahan posisi selama 1-2 deti

dan ulangi 10-20 kali.

c. Peregangan soleus

Soleus adalah salah satu dari kelompok otot utama pada betis. Untuk meregangkannya

posisikan diri seperti pada contoh peregangan pertama tetapi dengan kedua tungkai menekuk

dan pantat turun. Yakinkan bahwa kaki anda lurus ke depan dan tidak berubah. Dorong

dinding dengan tumit tetap di lantai. Saat menekuk lutut, bebankan berat badan pada

belakang kaki. Lanjutkan sampai merasa betis teregang. Lakukan selama 30 detik dan ulangi

2-3 kali pada masing-masing sisi.

d. Peregangan hamstring

Hamstring adalah utama otot paha yang berjalan tepat di bawah lutut ke pantat dan

mengankat kaki bagian bawah dan menekuk lutut. Jika hamstring terlalu menegang, tekukan

lutut selama berjalan dan berlari sangat berlebihan yang pada gilirannya dapat menghasilkan

peningkatan tarikan pada tulang tumit dan terlalu banyak ketegangan diplantar fascia.

Untuk meregangakan hamstring, berbaring dengan punggung rata kelantai dengan mata

fokus ke atas. Pegang belakang paha dengan kedua tangan dan,

dengan kaki membungkuk,tarik pahasampai tegak lurus terhadap lantai dan kemudian

perlahan-lahan meluruskan lutut. Ulangi latihan dengan kaki lainnya.

e. Peregangan fascia plantaris sambil duduk

Selama berjalan normal, fascia plantar memanjang dan kemudian  memendek ketika

kaki menyentuh tanah. Jika fascia plantaris kurang elastis bisa mengakibatkan kerusakan

serat pada fascia dan terjadi  peradangan. Latihan yang meregangkan fasia plantar dapat

meningkatkan fleksibilitas dan membantu menahan tekanan yang ditempatkan di atasnya

tanpa mengalami  kerusakan. Fasia plantar dapat dengan mudah diregangkan sambil duduk.

Duduk di kursi atau di tepi tempat tidur dengan satu kaki disilangkan di atas yang lain.
Tempatkan jari dari tangan sisi yang sama dengan silang kaki di pangkal jari kaki dan tarik

jari-jari kaki kembali ke arah tulang kering sementara menjaga kaki tetap sampai peregangan

dirasakan pada bagian bawah kaki. Ulangi latihan lima kali untuk setiap kaki. Latihan ini

sangat efektif bila dilakukan sebelum mengambil langkah pertama hari dan setelah lama

duduk atau tidak aktif.

f. Latihan Wall Stretches.

Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok, lakukan

dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang dan kaki

lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan, sementara

meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di lantai.

Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi setidaknya 10

kali dan lakukan selama 3 kali sehari.


Gambar 3.1 Latihan Wall Stretches

g. Latihan Peregangan dengan Counter Top.

Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah dengan

satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi jongkok tahan.

Posisi tumit tahan dilantai selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan meregang dan tahan

posisi ini selama 10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi sampai 20 kali.
Gambar 3.2 Latihan Peregangan Counter top

h. Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage.

Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat bangun tidur

atau  setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat kita tidur plantar fascia

semakin mengencang.

Gambar 3.3 Latihan Towel Stretching dan Cross-friction Massage.

i. Latihan-latihan tambahan.
Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas dengan berdiri dalam

jangka waktu lama (contohnya tempat kerja, dapur, dll).

Gambar 3.5 Latihan lainnya

B. Ultrasoumd (US)

Untuk mengurangi nyeri pada Plantaris Fasciitis terapi Non Invasif yang sering

digunakan adalah dengan modalitas Ultrasound Diathermy (US). US adalah diatermi

berdasarkan konversi energi suara frekensi tinggi , dengan daya tembus paling dalam (3-5

cm) diantara diatermi lainnya, gelombang suara ini selain memberikan efek panas/termal,

juga ada efek non termal/mekanik yaitu Micromassage.

Terapi ultrasound digunakan untuk kasus plantar fasciitis karena efek panas dan efek

mekanik pada gelombang ultrasound menyebabkan peningkatan sirkulasi darah ke jaringan

setempat. Radang pada plantar fascia ini terjadi karena adanya trauma atau strain, sehingga

terjadi perubahan pembuluh darah dan perubahan sel leukosit.


Pengaruh panas ultrasound juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada plantar

fasciitis karena gelombang pulsed yang rendah intensitasnya dapat memberikan efek sedative

dan analgesik pada ujung-ujung saraf sensorik. US efektif dalam mempercepat proses

pembuangan infiltrat hasil inflamasi dan mengurangi perlengketan yang terjadi. Maka US

merupakan pilihan dalam pengobatan reumatik non artikuler. Intensitas yang diapakai 0,5 -,5

watt/cm2. Lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali.

DAFTAR PUSTAKA
Lettu Ckm dr.Victorio , 2011,  Plantar Fasciitis, Karumkitban Sibolga Kesdam I/BB
(available at:http://www.kesad.mil.id/content/plantar-fasiitis diunduh tanggal: 12 April 2012)

Sidharta Priguna, M.D.,Ph.D.(1999).Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum.Dian


Rakyat.Jakarta.

S.Snell, Richard.(1998).Anatomi Klinik.EGC.Jakarta

Ahira, Anne. 2012. Sejarah Sepatu: Dari sepatu kets sampai sepatu high heels.
Diakses: April 2012. http://www.anneahira.com/sepatu.htm

Priatna, Heri; Gerhaniawati, Liza. 2006. Perbedaan Pengaruh Pemberian Intervensi


Micro Wave Diathermy (MWD) dan Ultrasound Undrewater dengan Intervensi Micro Wave
Diathermy (MWD)dengan Ultrasound Gel

Sinta, C.R. Rumampuk, J.F. and Lintong, F. 2014. Analisis Pengaruh Tinggi Hak Sepatu
Terhadap Nyeri Kaki Pada Pramuniaga Kosmetik Di Manado. Manado:Jurnal eBiomedik
(eBM).
Suwarni, W. 2014. Lebih Mengenal Stiletto High Heels. Indonesia: [online] Available at :
http://www.tips-sepatu-wanita.com[Accessed 7 Febuari 2015].
Herlina, I. 2012. Hubungan Pemakaian High Heel Dengan Resiko Fasciitis Plantaris Pada
Sales Promotion Girl (SPG) PT. SRI RATU MADIUN.Surakarta: Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Aliwarga, J. 2013. Kenali Plantar Fasciitis Nyeri Pada Telapak Kaki. Vol. 21. Jakarta: PT
Mesa Publishing.
Kurniawan, A.A. 2013. Plantar Fasciitis. Indonesia: [online] Available at :
http://www.ismc.co.id/component/k2/item/3-plantar-fasciitis[accessed 9 Febuari 2015

Anda mungkin juga menyukai