Disusun oleh :
P 27226020023
JURUSAN FISIOTERAPI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan salah satu yang amat penting dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, sehingga untuk menyelesaikan aktivitas sehari-hari maka diperlukan kesehatan yang
mencakup fisik, mental, dan sosial. Pada era jaman globalisasi seperti ini, meningkatnya era
diperlukannya sumber daya manusia untuk menunjang pekerjaan di pabrik dan mall tersebut.
Bagian tubuh yang sering mengalami gangguan akibat aktivitas fisik yang tidak
seimbang adalah bagian kaki. Kaki merupakan bagian terpenting dalam melakukan aktivitas,
seperti berjalan, berlari, berdiri dan melompat. Biomekanik dari ankle yang berfungsi sebagai
stabilitator dan juga merupakan penggerak dari 3 tubuh manusia. Ankle juga merupakan
pusat titik tumpu berat badan pada saat tubuh berjalan, berlari, dan melakukan aktivitas fisik
lainnya. Untuk memberikan perlindungan terhadap kaki atau ankle ini maka manusia
menggunakan sepatu. Beragam jenis sepatu diciptakan, mulai dari Flat Shoes dan High
Heels. Dalam aspek fashion, memang menggunakan sepatu berhak tinggi akan membuat
seorang wanita kelihatan menarik. Bahkan, dalam dunia model sepatu berhak tinggi sering
berkontribusi untuk menambah keindahan. Akan tetapi banyak orang diluar sana yang tidak
menghiraukan kesehatannya walau hanya sekedar nyeri pada kaki. Mereka rela kakinya
tersiksa agar terlihat lebih menarik. Perlindungan yang diberikan oleh jenis-jenis sepatu
tersebut adakalanya membawa kerugian terhadap kaki, terutama untuk jenis sepatu high heels
atau yang bertumit tinggi, sehingga kaki atau ankle mudah terkena cedera dan mengalami
gangguan fungsional. Bagian ankle sering mengalami nyeri ketika digerakkan saat
Pemakaian sepatu high heel membuat tumpuan berat badan bertumpu pada tumit dan
tekanan disalurkan ke plantar fascia. Karena tekanan yang berulang-ulang, plantar fascia
terulur dan lama kelamaan terjadi peradangan dan robekan kecil pada plantar fascia dan
Plantar fasciitis adalah kondisi yang paling umum dirawat oleh penyedia layanan
kesehatan. Telah diperkirakan bahwa plantar fasciitis terjadi pada sekitar 2 juta orang
Amerika setiap tahun dan mempengaruhi sebanyak 10% dari populasi selama seumur hidup.
mengalami nyeri pada tumitnya yang disebabkan oleh plantar fascitis dan hanya 11%-15%
yang melakukan pemeriksaan ketika mereka menderita sakit plantar fascitis. Selain itu juga,
plantar fasciitis sering terjadi pada usia 40-70 tahun, tapi kebanyakan yang terkena plantar
fascitis berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 40% terjadi pada pekerja yang bekerja dengan
berdiri lebih dari 6 jam, 70% terjadi pada orang yang mengalami kegemukan/obesitas dan
lebih dari 30% pada orang berusia diatas 50 tahun. Di Indonesia kasus plantar fasciitis masih
dianggap sepele, sehingga penanganan 4 terhadap kasus ini masih terlambat dan
lomgitudinal arch dinamis, memulihkan lengkungan dan membantu dalam konfigurasi ulang
kaki untuk efisien ketika melangkah. Ketika jaringan ini menjadi rusak, rasa sakit dan atau
kelamahan dapat berkembang didaerah ini. Faktor resiko plantar fasciitis termasuk kealianan
struktur, kelebihan berat badan, berkaitan dengan perubahan usia degeneratif, pekerjaan atau
kegiatan yang membutuhkan berdiri terlalu lama serta kesalahan dlam pelatihan.
Literatur menunjukkan bahwa plantar fasciitis dapat berhasil diobati dengan
KERANGKA TEORI
Tulang telapak kaki disusun dari 7 tarsals yaitu: Os. Calcaneus, Os. Talus, Os.
medialis, dan Os. Metatarsal. Normalnya telapak kaki akan membentuk lengkungan medial
antara Os. Calcaneus dengan Os. Metatarsal yang disebut medial longitudinal arch. Normal
medial longitudinal arch adalah 15 – 18 mm dari tanah pada tingkat navicular, sedangkan
lateral longitudinal arch lengkungannya lebih rendah 3 – 5 mm dari tingkat Os. Kuboid.
Tulang yang membentuk lengkungan ini saling berkaitan yang di hubungan oleh ligament
tipis dan panjang yang terletak langsung dibawah telapak kaki, yang menghubungkan tumit
dengan kaki depan, dan akan membentuk suatu lengkungan (Kadakia, et al,. 2010).
Gambar 2.2 Lengkungan Telapak Kaki Normal
Topografi dari ligament plantar fascia merupakan bagian dari jaringan penyambung
(connective tissue) yang komposisinya terdiri atas dua tipe serabut yaitu: serabut collagen
yang sangat kuat dengan elastisitas yang sangat kecil, sedangkan serabut kedua adalah
serabut elastik yang dapat terulur yang berfungsi membantu penguluran dan kontraksi otot
dan juga menjadi jalur tempat persarafan dan pembuluh darah vena. Ligament plantar fascia
yang terdapat dalam tubuh dapat dijelaskan sebagai suatu lembaran yang tidak terputus-putus
dari jaringan penyambung yang terbentang tanpa adanya hambatan pada bagian atas kepala
Ligament plantar fascia mengelilingi dan menyatu dengan setiap jaringan dan organ
yang ada dalam tubuh termasuk serabut saraf, pembuluh darah vena, otot dan tulang. Letak
ligament fascia pada nyeri plantaris sangat tebal dan menempel/melekat pada calcaneus
sampai jari-jari kaki (metatarsal). Ligament plantar fascia akan lebih tebal dan padat pada
beberapa daerah dibandingkan dengan daerah yang lain. Kepadatan dan ketebalan ligament
fascia sangat mudah dikenali dan terlihat seperti membran putih yang kuat (Periatna &
Gerhaniawati, 2006).
Nyeri plantaris adalah rasa sakit yang disebabkan terjadinya iritasi degeneratif pada
ligament plantar fascia (Young, 2014). Rasa sakit yang muncul pada ligament plantar fascia
di sebabkan karena posisi berdiri dengan sepatu yang kurang nyaman dalam waktu lama yang
strukturnya seperti tendon, terletak sepanjang tungkai sampai telapak kaki, mulai dari tulang
tumit sampai base ibu jari kaki. Jika aktivitas berlebihan maka plantar fascianya akan terjadi
iritasi, inflamasi dan kemungkinan yang lain akan terjadi kerobekan jika pada plantar fascia
Secara aktual patofisiologi dari nyeri plantaris berawal dari stress yang berlebihan
pada ligament plantar fascia, dimana dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor
yang termasuk yaitu kurangnya fleksibilitas dari ligament plantar fascia dan tightnes otot-otot
gastroc. Kelemahan dari otot-otot intrinsik kaki dan yang utama yaitu otot tibialis posterior
pada ankle, penambahan berat badan atau aktivitas yang berat, kekurangan proprio-sepsi. Hal
tersebut akan mengakibatkan tarikan pada ligament fascia, sehingga terjadi kerobekan dan
timbul iritasi pada ligament plantar fascia. Efek dari posisi yang lama dan terus menerus serta
stress yang berlebihan dari ligament plantar fascia, akan menyebabkan perubahan pada
serabut collagen, dimana terjadi penurunan kandungan air 3-4% dan penurunan GAG sekitar
20%. Sehingga akan menurunkan jarak diantara serabut-serabut collagen dan menyebabkan
kurang elastis dan lebih rapuh, sehingga akan terbentuk serabut collagen dalam pola yang
acak, disamping itu produksi fibroblas yang berlebihan pada fase produksi akan membentuk
jaringan fibrous yang tidak beraturan sehingga menciptakan terjadinya abnormal crosslink
yang akan menyebabkan perlengketan pada jaringan. Terjadinya abnormal crosslink disertai
dengan inflamasi pada ligament plantar fascia. Sehingga timbul nyeri tekan pada ligament
D. Diagnosis Fisioterapi
1. Anamnesa
Pasien datang dengan keluhan pada pagi hari sering merasakan nyeri dibagian tumit
setelah melangkah beberapa kali. Tetapi pada siang hari keluhan ini dirasakan agak
berkurang bahkan pada waktu malam hari keluhan ini tidak dirasakan lagi. Tetapi keluhan ini
terkadang kembali dirasakan apabila terlalu banyak melakukan aktivitas berjalan atau berdiri.
Pemanasan atau peregangan otot terlebih dahulu sangat penting dilakukan oleh para
olahragawan atau pekerja berat, karena kurangnya pemanasan atau peregangan otot bisa
Bila pada pemeriksaan tidak ditemukan gejala-gejala seperti diatas, pasien harus dicek
lebih cermat lagi. Nyeri ini biasanya bisa timbul didepan atau dibawah tumit. Tetapi bisa juga
terdapat dibawah kaki dimana letak fascia tersebut berada. Rasa nyeri ini bisa berlangsung
beberapa bulan atau bisa menjadi permanen. Terkadang gejala ini bisa timbul dan hilang
2. Pemeriksaan palpasi
Penderita biasanya dapat menunjukkan letak rasa nyeri tersebut dirasakan (seperti
pada gambar diatas). Pasien dengan posisi tidur dan rileks dengan kaki terlentang kemudian
tangan kiri kita menyanggah kaki penderita dan tangan kanan melakukan palpasi dengan ibu
jari menekan pada plantar fascianya. Jika penderita mengalami sakit maka kemungkinan
3. Pemeriksaan inspeksi
Apabila ini telah lanjut maka penderita cara berjalannya berubah karena telapak kaki
terjadi nyeri yang hebat, sehingga beban tubuh hanya ditumpu pada ujung telapak kaki
(jinjit).
Pada umumnya pasien mulai berjalan jinjit karena nyeri tumit namun dengan berjalan
(jinjit) atau dengan kaki bagian depan menyebabkan ketegangan pada plantar fascia yang
lebih menarik tumit dan bisa membuat kondisi ini semakin memburuk (lihat pada gambar
diatas). Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari
pemeriksaan fisik. Pasien biasanya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang
menumpu berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun.
istirahat panjang atau setelah aktivitas yang terbatas. Berjalan tanpa alas kaki atau naik
fasciitis, tetapi dapat dipertimbangkan jika diagnosa banding lain lebih kuat mengarah.
Berdasrkan studi case control yang membandingkan pasien dengan dan tanpa plantar fasciitis
penebalam aponeurosis pada tumit yang diidentifikasi dengan USG, biasanya berhubungan
disekitar tumit atau osteofit pada anterior kalkaneus yang biasnya disebut heel spurs. 50 %
pasien dengan plantar fasciitis dan lebih dari 19% orang tanpa plantar fasciitis mempunyai
heel spurs. Ada atau tidaknya heel spur tidak bisa menyingkirkan diagnosa plantar fasciitis.
Scanning pada tulang bisa menunjukkan peningkatan ketebalan kalkaneus dan MRI bisa
menunjukkan penebalan pada fascia plantaris. Namun, akurasi data yang didapat tiak bisa
INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Latihan peregangan
Latihan yang efektif tidak hanya untuk bantuan aktif dari plantar fasciitis, tapi Juga
meningkatkan fleksibilitas otot-otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri. Penegangan pada
otot-otot kaki yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya stressor pada fascia plantaris saat
berjalan dan berlari meningkatkan resiko cedera. Latiahanperegangan untuk fascia plantaris
sendiri dapat meningkatkan fleksibilitas fascia dan mengurangi potensi kerusakan. Contoh
ini, tempatkan tangan anda pada dinding dan berdiri dengan kedua kaki rata dilantai, satu
kaki di depan kaki lain. Jauhkan paling belakang kaki lurus dan kaki pointed lurus ke depan.
Menempatkan berat badan pada kaki sambil membungkuk ke depan dilutut. Jika anda
merasa peregangan di pertengahan betis kaki lurus. Tahan peregangan selama 10-15 detik,
rilis, kemuadian ulangi 6-8 kali membalikan posisi kaki dan regangkan kaki yang lain.S
dilakukan sambil berdiri pada tangga. Berdiri dengan ujung kaki pada tepi tangga dan tumit
tidak menapak tangga. Sementara memegang pegangan tangga untuk keseimbangan, naik
setinggi mungkin pada jari kaki dan kemudia menurunkan sendiri perlahan-lahan setinggi
tanpa memindahkan kaki sampai mersakan regangan dibetis. Tahan posisi selama 1-2 deti
c. Peregangan soleus
Soleus adalah salah satu dari kelompok otot utama pada betis. Untuk meregangkannya
posisikan diri seperti pada contoh peregangan pertama tetapi dengan kedua tungkai menekuk
dan pantat turun. Yakinkan bahwa kaki anda lurus ke depan dan tidak berubah. Dorong
dinding dengan tumit tetap di lantai. Saat menekuk lutut, bebankan berat badan pada
belakang kaki. Lanjutkan sampai merasa betis teregang. Lakukan selama 30 detik dan ulangi
d. Peregangan hamstring
mengankat kaki bagian bawah dan menekuk lutut. Jika hamstring terlalu menegang, tekukan
lutut selama berjalan dan berlari sangat berlebihan yang pada gilirannya dapat menghasilkan
peningkatan tarikan pada tulang tumit dan terlalu banyak ketegangan diplantar fascia.
Untuk meregangakan hamstring, berbaring dengan punggung rata kelantai dengan mata
Selama berjalan normal, fascia plantar memanjang dan kemudian memendek ketika
kaki menyentuh tanah. Jika fascia plantaris kurang elastis bisa mengakibatkan kerusakan
serat pada fascia dan terjadi peradangan. Latihan yang meregangkan fasia plantar dapat
tanpa mengalami kerusakan. Fasia plantar dapat dengan mudah diregangkan sambil duduk.
Duduk di kursi atau di tepi tempat tidur dengan satu kaki disilangkan di atas yang lain.
Tempatkan jari dari tangan sisi yang sama dengan silang kaki di pangkal jari kaki dan tarik
jari-jari kaki kembali ke arah tulang kering sementara menjaga kaki tetap sampai peregangan
dirasakan pada bagian bawah kaki. Ulangi latihan lima kali untuk setiap kaki. Latihan ini
sangat efektif bila dilakukan sebelum mengambil langkah pertama hari dan setelah lama
Posisi tubuh menghadap dinding, berdiri sekitar dua tiga kaki dari tembok, lakukan
dorongan dengan tangan anda pada tembok. Dengan kaki yang sakit di belakang dan kaki
lainnya dibelakang. Dorong tembok, jadikan kaki yang depan sebagai tumpuan, sementara
meregangkan kaki yang belakang, biarkan tumit kaki yang belakang menempel di lantai.
Posisi ini akan meregangkan tumit. Tahan posisi ini selama 10 detik. Ulangi setidaknya 10
Pasien menghadap depan dengan memegang counter top, letakkan kaki terpisah dengan
satu kaki didepan kaki yang lain. Kemudian tekuk lutut sampai dalam posisi jongkok tahan.
Posisi tumit tahan dilantai selama mungkin. Tumit dan busur kaki akan meregang dan tahan
posisi ini selama 10 detik. Rileks kemudian luruskan kembali, ulangi sampai 20 kali.
Gambar 3.2 Latihan Peregangan Counter top
Latihan ini dilakukan sebelum turun dari tempat tidur, jadi saat bangun tidur
atau setelah istirahat lama. Hal ini dilakukan karena saat kita tidur plantar fascia
semakin mengencang.
i. Latihan-latihan tambahan.
Latihan-latihan ini dapat dilakukan saat pasien sedang beraktivitas dengan berdiri dalam
B. Ultrasoumd (US)
Untuk mengurangi nyeri pada Plantaris Fasciitis terapi Non Invasif yang sering
berdasarkan konversi energi suara frekensi tinggi , dengan daya tembus paling dalam (3-5
cm) diantara diatermi lainnya, gelombang suara ini selain memberikan efek panas/termal,
Terapi ultrasound digunakan untuk kasus plantar fasciitis karena efek panas dan efek
setempat. Radang pada plantar fascia ini terjadi karena adanya trauma atau strain, sehingga
fasciitis karena gelombang pulsed yang rendah intensitasnya dapat memberikan efek sedative
dan analgesik pada ujung-ujung saraf sensorik. US efektif dalam mempercepat proses
pembuangan infiltrat hasil inflamasi dan mengurangi perlengketan yang terjadi. Maka US
merupakan pilihan dalam pengobatan reumatik non artikuler. Intensitas yang diapakai 0,5 -,5
watt/cm2. Lama pemberian 5-10 menit, diberikan setiap hari atau 2 hari sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Lettu Ckm dr.Victorio , 2011, Plantar Fasciitis, Karumkitban Sibolga Kesdam I/BB
(available at:http://www.kesad.mil.id/content/plantar-fasiitis diunduh tanggal: 12 April 2012)
Ahira, Anne. 2012. Sejarah Sepatu: Dari sepatu kets sampai sepatu high heels.
Diakses: April 2012. http://www.anneahira.com/sepatu.htm
Sinta, C.R. Rumampuk, J.F. and Lintong, F. 2014. Analisis Pengaruh Tinggi Hak Sepatu
Terhadap Nyeri Kaki Pada Pramuniaga Kosmetik Di Manado. Manado:Jurnal eBiomedik
(eBM).
Suwarni, W. 2014. Lebih Mengenal Stiletto High Heels. Indonesia: [online] Available at :
http://www.tips-sepatu-wanita.com[Accessed 7 Febuari 2015].
Herlina, I. 2012. Hubungan Pemakaian High Heel Dengan Resiko Fasciitis Plantaris Pada
Sales Promotion Girl (SPG) PT. SRI RATU MADIUN.Surakarta: Universitas
Muhammadyah Surakarta.
Aliwarga, J. 2013. Kenali Plantar Fasciitis Nyeri Pada Telapak Kaki. Vol. 21. Jakarta: PT
Mesa Publishing.
Kurniawan, A.A. 2013. Plantar Fasciitis. Indonesia: [online] Available at :
http://www.ismc.co.id/component/k2/item/3-plantar-fasciitis[accessed 9 Febuari 2015