Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PLANTAR FACIITIS

Oleh

HERIN FIDELA ROOSYIDAH

1601460006

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
D4 KEPERAWATAN MALANG
A. Definisi
Plantar Fasciitis adalah inflamasi pada fascia plantar yaitu sebuah ligamen pada
arkus kaki. Penyakit ini terjadi ketika fascia plantaris teregang karena elevasi atau
penggunaan berlebihan, cara berjalan yang salah, atau proses penuaan. Penyakit ini juga
sering terjadi pada orang-orang yang kelebihan berat badan. Karena ligamen teregang
menyebabkan jarinagn lunak pada fascia plantar robek. Biasanya terjadi pada titik dimana
ligamen melekat pada tulang tumit. Dalam keadaan normal, plantar fascia bekerja seperti
sebuah serabut-serabut penyerap kejutan (shock-absorbing bowstring), menyangga
lengkung dalam kaki. Tetapi, jika tegangan pada serabut-serabut tersebut terlalu besar,
maka dapat terjadi beberapa robekan kecil di serabut-serabut tersebut. Bila ini terjadi
berulang-ulang makafascia akan teriritasi atau meradang.
Nyeri tumit adalah gejala yang sering dikeluhkan pada pasien dengan plantar
fasciitis. Plantar fasciitis menyebabkan nyeri seperti ditusuk atau terbakar yang biasanya
bertambah buruk pada pagi hari karena fascia meregang sepanjang malam. Segera setelah
berjalan beberapa saat, nyeri yang dirasakan biasanya berkurang, tetapimungkin akan
terasa nyeri kembali setelah berdiri beberapa lama atau setelah bangun dari posisi duduk.
Plantar fasciitis biasanya terjadi pada pasien berusia antara 40-60 tahun. Plantar fasciitis
bisa terjadi sebagai penyakit tersendiri atau berkorelasi dengan underlying disease lainnya
seperti arthritis, ankylosing spondilitis, dan hiperostosis skeletal idiopatik diffusa.
Terkadang plantar fasciitis terjadi tanpa penyebab yang jelas.

B. Penyebab
Penyebab plantar fasciitis dapat diakibatkan :
1. Aktivitas fisik yang berlebihan. Plantar fasciitis umum dijumpai pada pelari-pelari
jarak jauh. Jogging, berjalan atau naik tangga juga dapat menyebabkan stress yang
terlalu banyak pada tulang tumit kita dan jaringan lunak yang terikat di sana.
2. Arthritis. Beberapa tipe arthritis dapat menyebabkan peradangan pada tendon dari
telapak kaki, yang dapat menyebabkan plantar fasciitis.
3. Diabetes. Meskipun tidak diketahui mekanismenya, akan tetapi plantar fasciitis terjadi
lebih sering pada orang dengan diabetes.
4. Mekanik kaki yang abnormal. Lengkung telapak kaki yang datar atau terlalu
melengkung atau pola berjalan yang abnormal dapat mengakibatkan distribusi berat
badan kita tidak seimbang diterima oleh kedua kaki, dan menyebabkan stress tambahan
paa plantar fascia.
5. Sepatu yang tidak cocok. Sepatu yang solnya tipis, longgal atau tidak ada dukungan
untuk lengkung kaki atau tidak ada kemampuan untuk menyerap hentakan tidak
melindungi kaki kita. Jika anda secara teratur memakai sepatu dengan tumit tinggi
maka tendon Achilles – yakni tendon yang melekat pada tumit kita – dapat
berkontraksi/tegang dan memendek, menyebabkan strain pada jaringan di sekitar tumit.

C. Faktor Resiko
Risiko terjadinya plantar fascitis diantaranya :
1. Aktif dalam olahraga. Aktifitas yang menempatkan sejumlah stress pada tulang tumit
anda dan jaringan yang melekat di sekitar tumit adalah yang paling sering
menyebabkan plantar fasciitis. Ini antara lain berlari, dansa balet, dan aerobik.
2. Kaki datar atau mempunyai lengkung tinggi. Orang-orang dengan kaki datar
mempunyai penyerapan kejutan yang kurang, yang mana hal ini meningkatkan
peregangan dan tegangan pada plantar fascia. Orang-orang dengan lengkung kaki yang
tinggi mempunyai jaringan plantar yang lebih ketat, yang juga menyebabkan
penyerapan kejutan yang kurang.
3. Usia paro baya atau lebih tua. Nyeri tumit cenderung lebih umum dijumpai oleh karena
penuaan menyebabkan lengkung kaki mulai mendatar, menimbulkan stress pada
plantar fascia.
4. Berat badan berlebih. Berjalan-jalan dengan berat badan yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan lemak di bawah tulang tumit dan menyebabkan nyeri
tumit. Orang-orang yang naik berat badannya dengan cepat dapat menderita plantar
fasciitis, tetapi tidak selalu.
5. Kehamilan. Berat badan yang bertambah dan pembengkakan yang dialami pada saat
hamil dapat menyebabkan ligamen (jaringan pengikat) pada tubuh termasuk di kaki –
untuk mengendur. Ini dapat menyebabkan permasalahan mekanikal dan peradangan.
6. Pekerjaan. Orang-orang dengan pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan banyak
berjalan atau berdiri pada permukaan yang keras, termasuk pekerja pabrik, guru, dan
pelayan restoran, dapat merusak plantar fascia mereka.
7. Mengenakan sepatu dengan support lengkung kaki yang kurang atau alas sepatu yang
kaku.

D. Tanda dan Gejala


Plantar fasciitis biasanya timbul secara bertahap, tetapi dapat juga datang dengan
tiba-tiba dan langsung nyeri hebat. Dan meskipun dapat mengenai kedua kaki, akan tetapi
lebih sering hanya pada satu kaki saja. Tanda dan gejalanya yaitu :
1. Nyeri tajam di bagian dalam telapak kaki di daerah tumit, yang dapat terasa seperti
ditusuk pisau pada telapak kaki.
2. Nyeri tumit yang cenderung bertambah buruk pada beberapa langkah pertama setelah
bangun tidur, pada saat naik tangga atau pada saat jinjit (berdiri pada ujung-ujung jari).
3. Nyeri tumit yang timbul setelah berdiri lama atau setelah duduk lama kemudian bangkit
dan berjalan maka timbul nyeri tumit.
4. Nyeri tumit yang timbul setelah berolahraga, tetapi tidak timbul pada saat sedang
berolahraga.
5. Pembengkakan ringan di tumit.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa plantar fasciitis didasarkan pada riwayat keluhan pasien dan hasil dari
pemeriksaan fisik. Pasien biasnya dikenali dengan adanya nyeri tumit inferior yang
menumpu berat badan dan nyeri terjadi persisten dalam beberapa bulan atau tahun. Nyeri
yang berhubungan dengan plantar fasciitis mungkin dirasakan
sepertiberdenyut, membakar, atau menusuk, terutama pada langkah pertama di pagi hari
atau setelah beberapa periode tidak beraktivitas. Beberapa diagnosa banding untuk plantar
fasciitis adalah sebagai berikut:
Kondisi Karakteristik

Neurologic

Abductor digiti
quinti nerve Rasa terbakar di bantalan tumit
entrapment

Lumbar spine
Nyeri yang menjalar dari tungkai ke tumit, kelemahan, refleks abnormal.
disorders

Problems with the


medial calcaneal
branch of the Nyeri pada medial tumit
posterior tibial
nerve

Biasanya terjadi pada pasien yang mengkonsumsi alkohol dan pada pasien
Neuropathies
diabetes. Nyeri diffusa pada kaki dan terjadi malam hari.

Tarsal tunnel
Nyeri, sensasi terbakar, dan kesemutan pad kaki
syndrome

Soft tissue

Achilles tendonitis Nyeri pada retrokalkaneus

Fat pad atrophy Nyeri pada area bantalan tumit yang atrofi

Heel contusion Ada riwayat trauma

Plantar fascia
Sensasi nyeri pada bagian bawah kaki
rupture

Posterior tibial
Nyeri pada kaki dan ankle
tendonitis

Retrocalcaneal
Nyeri pada retrokalkaneus
bursitis

Skeletal

Calcaneal
epiphysitis (Sever’s Nyeri tumit pada remaja
disease)

Calcaneal stress
Pembengkakan kalkaneus, hangat, dan nyeri tekan.
fracture

Infections Osteomyelitis
Kondisi Karakteristik

Gejala sistemik (e.g., fever, night pain)

Inflammatory
Sama dengan PF tetapi terjadi bilateral
arthropathies

Banyak sendi yang terlibat

Subtalar arthritis Nyeri pada suprakalkaneus

Miscellaneous

Metabolic disorders

Osteomalacia Nyeri tulang diffusa dan kelemahan pada otot

Tumors (jarang) Deep bone pain, night pain, constitutional symptoms

Vascular Pain in muscle groups that is reproducible with exertion, abnormal vascular
insufficiency examination

Pemeriksaan radiologis tidak begitu berguna untuk menegakkan diagnosa plantar fasciitis, tetapi
dapat dipertimbangkan jika diagnosa banding lain lebih kuat mengarah. Berdasrkan studi case
control yang membandingkan pasien dengan dan tanpa plantar fasciitis penebalam aponeurosis
pada tumit yang diidentifikasi dengan USG, biasanya berhubungan dengan plantar fasciitis. Dari
pemeriksaan radiologis biasanya didapatkan kalsifikasi pada jarinmgan lunak disekitar tumit atau
osteofit pada anterior kalkaneus yang biasnya disebut heel spurs. 50 % pasien dengan plantar
fasciitis dan lebih dari 19% orang tanpa plantar fasciitis mempunyai heel spurs. Ada atu tidaknya
heel spur tidak bisa menyingkirkan diagnosa plantar fasciitis. Scanning pada tulang bisa
menunjukkan peningkatan ketebalan kalkaneus dan MRI bisa menunjukkan penebalan pada fascia
plantaris. Namun, akurasi data yang didapat tiak bisa menegakkan diagnosa plantar fasciitis.

F. Penatalaksanaan Medik

Pengobatan untuk Plantar Fasciitis meliputi:

1. Latihan peregangan
Latihan yang efektif tidak hanya untuk bantuan aktif dari plantar fasciitis, tapi Juga
membantu untuk meminimalkan kekambuhan. Latihan peregangan digunakan untuk
meningkatkan fleksibilitas otot-otot paha, betis, dan fascia plantaris sendiri. Penegangan
pada otot-otot kaki yang dapat diakibatkan tidak proporsionalnya stressor pada fascia
plantaris saat berjalan dan berlari meningkatkan resiko cedera. Latiahanperegangan untuk
fascia plantaris sendiri dapat meningkatkan fleksibilitas fascia dan mengurangi potensi
kerusakan. Contoh latihan peregangan adalah:
- Peregangan Gastrocnemius dengan mendorong dinding
- Peregangan soleus
- Peregangan hamstring
- Peregangan fascia plantaris sambil duduk
2. Ortosis.
Koreksi sepatu atau sandal membantu mengurangi rasa nyeri pada tumit sewaktu
menapak atau berjalan. Penyangga lengkungan kaki (Arch Support), yang bisa dipakai/
diletakkan dalam sepatu, ataupun bidai yang digunakan pada malam hari yang disebut
Night Splint, karena di gunakan saat tidur malam hari.
3. Obat-obatan
Apabila nyeri tidak berkurang dapat diberikan obat-obatan jenis NSAID seperti
Ibuprofen, Naproxen, Na Diclofenac,dll. Obat ini berfungsi untuk menghilangkan nyeri
dan pembengkakan. Obat ini di gunakan selama satu bulan dan setelah itu harus di
konsultasikan ulang ke dokter yang menanganinya. Selain menggunakan obat-obatan oral,
apabila diperlukan dapat dilakukan penyuntikan dengan
4. Ultrasound Diathermy (US)
Untuk mengurangi nyeri pada Plantaris Fasciitis terapi Non Invasif yang sering
digunakan adalah dengan modalitas Ultrasound Diathermy (US). US adalah diatermi
berdasarkan konversi energi suara frekensi tinggi, dengan daya tembus paling dalam (3-5
cm) diantara diatermi lainnya, gelombang suara ini selain memberikan efek panas/termal,
juga ada efek non termal/mekanik yaitu Micromassage. Terapi ultrasound digunakan untuk
kasus plantar fasciitis karena efek panas dan efek mekanik pada gelombang ultrasound
menyebabkan peningkatan sirkulasi darah ke jaringan setempat.
5. Extracorporeal shockwave therapy (ESWT) / terapi gelombang kejut.
Penelitian terbaru yang terbit pada Maret 2010 membuktikan bahwa Extracorporeal
Shock Wave Therapy (ESWT) bisa mengatasi rasa sakit pada tumit dan/atau telapak
kaki (plantar fasciitis). Di Amerika Serikat, ESWT dijinkan dipakai sejak 2001. Awalnya
mesin ini dipakai untuk memecahkan batu ginjal. Namun penelitian lebih lanjut
membuktikan ternyata bisa untuk menangani gangguan persendian. Gelombang kejut yang
dihasilkan mesin ini mampu merangsang perbaikan aliran darah ke daerah persendian yang
mengalami peradangan, sehingga membantu menghilangkan rasa sakit sendi. Selain itu,
gelombang kejut juga berfungsi menipiskan perkapuran yang menyebabkan rasa nyeri..
6. Operatif.
Pembedahan untuk mengatasi masalah ini sangat jarang dilakukan, tindakan
operasi pada kasus ini biasanya dilakukan setelah 12 bulan dilakukan pengobatan non
operatif dengan maksimal tidak didapatkan hasil yang diharapkan. Penanganan dengan
cara operasi mempunyai keberhasilan 50%. Jenis Operasi yang biasa dilakukan untuk
mengatasi Plantar Fasciitis adalah dengan melakukan Gastrocnemius recession atau
Plantar fascia release. Tindakan operatif pada kasus ini bukan tanpa resiko, terkadang rasa
sakit masih tetap dirasakan atau bahkan bertambah buruk. Komplikasi lainnya adalah
terjadinya kerusakan pada syaraf dan terjadinya infeksi. Memang secara statistik hasil yang
memuaskan setelah dilaksanakannya operasi juga cukup banyak, oleh sebab itu tindakan
operatif ini hanya disarankan apabila tindakan tindakan non operatif tidak memberikan
hasil yang memuaskan.

G. Komplikasi
Mengabaikan plantar fasciitis dapat menyebabkan keadaan menahun yang
mengganggu aktivitas rutin. Klien dapat mengalami masalah-masalah di kaki, lutut, paha
atau punggung oleh karena plantar fasciitis akan mengubah cara berjalan.
Pencegahannya yaitu dengan melakukan beberapa langkah sederhana untuk
mencegah nyeri yang lebih lanjut :
1. Menjaga berat badan sehat ideal. Ini akan meminimalkan stress pada plantar fascia anda.
2. Memilih sepatu yang ergonomis. Hindari sepatu dengan tumit yang terlalu rendah. Belilah
sepatu dengan tumit rendah sampai sedang, mempunyai dukungan lengkung kaki yang baik
dan dapat menyerap kejutan/hentakan dengan baik. Jangan bertelanjang kaki, terutama
pada permukaan yang keras.
3. Jangan menggunakan sepatu atletik yang sudah rusak. Gantilah sepatu atletik lama anda
bila sudah tidak pas lagi dengan kaki anda. Jika anda seorang pelari, belilah sepatu baru
stelah digunakan kurang lebih 400 miles.
4. Mulailah aktivitas olahraga secara perlahan. Pemanasan ssebelum memulai aktivitas atletik
atau olahraga apapun, dan mulailah suatu program latihan baru secara perlahan-lahan.
5. Lakukan peregangan pada saat bangun tidur. Sebelum anda turun dari tempat tidur di pagi
hari, regangkan otot-otot betis, lengkung kaki dan tendon Achilles dengan cara menyentuh
ujung kaki anda dan secara perlahan-lahan melipat kaki anda. Ini dapat menolong untuk
membalikkan kekencangan dari plantar fascia yang terjadi sepanjang malam.

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi
akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
 Identitas klien
- Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,
diagnose medis, dan tanggal medis.
 Keluhan utama
- Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri
dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.
 Pengkajian 11 Pola Gordon :
- Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
- Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
 Riwayat keluarga dengan plantar fascitis
 Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
 Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
 Pola Nutrisi Metabolik :
- Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
- Riwayat gangguan metabolic
 Pola Eliminasi
- Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
 Pola Aktivitas dan Latihan
- Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
- Jenis aktivitas yang dilakukan
- Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
- Tidak mampu melakukan aktifitas berat
 Pola Istirahat dan Tidur
- Apakah ada gangguan tidur?
- Kebiasaan tidur sehari
- Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
- Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
 Pola Persepsi Kognitif
- Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
 Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
- Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
 Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
- Bagaimana hubungan dengan keluarga?
- Apakah ada perubahan peran pada klien?
 Pola Reproduksi Seksualitas
- Adakah gangguan seksualitas?
 Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
- Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c. Ansietas berhubungan dengan khawatir terjadi kegagalan
Intra Operasi
d. Risiko Perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
e. Risiko Infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
f. Risiko aspirasi berhubungan dengan terpasangnya ETT
Post operasi
g. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan efek obat anestesi
h. Risiko Hipotermi berhubungan dengan suhu ruangan yang rendah
PRE OP

Diagnosa Definisi Penyebab Outcome Intervensi


Nyeri Akut Pengalaman 1. Agen pencedera Tingkat Nyeri MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
sensorik atau fisiologis (mis. Menurun 1. Observasi
emosional yang Inflamasi, iskemia, (L.08066) a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
berkaitan dengan b. Identifikasi skala nyeri
neoplasma)
kerusakan jaringan
2. Agen pencedra kimiawi c. Identifikasi respon nyeri non verbal
aktual atau
fungsional, dengan (mis. Terbakar, bahan kimia d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
onset mendadak iritan)
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
atau lambat dan f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
3. Agen pencidra fisik (mis. g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
berintensitas ringan
Abses, trauma, amputasi, h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
hingga berat yang
berlangsung terbakar, terpotong, i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
kurang dari 3 mengangkat berat,prosedur 2. Terapeutik
bulan. operasi,trauma, latihan fisik a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
berlebihan hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3.Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4.Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Gangguan Keterbatasan dalam 1. Kerusakan integritas struktur Mobilitas fisik DUKUNGAN AMBULASI (1.06171)
mobilitas gerakan fisik dari tulang meningkat Observasi
fisik satu atau lebih 2. Perubahan metabolism 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
ekstremitas secara 3. Ketidakbugaran fisik 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
mandiri 4. Penurunan kendali otot 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darrah sebelum memulai ambulasi
5. Penurunan massa otot 4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
6. Penurunan kekuatan otot Terapeutik
7. Keterlambatan 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat, kruk)
perkembangan 2. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
8. Kekakuan sendi 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
9. Kontraktur Edukasi
10.Malnutrisi 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
11.Gangguan musculoskeletal 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini
12.Gangguan neuromuskuler 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dan tempat tidur ke
13.Indeks masa tubuh diatas kursi roda, berjalan dari tempat tidur kekamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
persentil ke 75 sesuai usia
14.Efek agen farmakologis
15.Program pembatasan gerak
16.Nyeri
17.Kurang terpapar informasi
tentang aktivitas fisik
18.Kecemasan
19.Gangguan kognitif
20.Keengganan melakukan
pergerakan
21.Gangguan sensoripersepsi
Ansietas Kondisi emosi 1. Krisis situasional Tingkat REDUKSI ANXIETAS (I.09314)
dan pengalaman 2. Kebutuhan tidak terpenuhi Ansietas 1. Observasi
subyektif 3. Krisis maturasional menurun a. Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stressor)
individu 4. Ancaman terhadap b. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
terhadap objek konsep diri c. Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)
yang tidak jelas 5. Ancaman terhadap 2. Terapeutik
kematian a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
dan spesifik
6. Kekhawatiran b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
akibat antisipasi mengalami c. Pahami situasi yang membuat anxietas
bahaya yang kegagalan d. Dengarkan dengan penuh perhatian
memungkinkan 7. Disfungsi sistem keluarga e. Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
individu 8. Hubungan orang tua- f. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
melakukan anak tidak g. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
tindakan untuk memuaskan 3. Edukasi
menghadapi 9. Faktor keturunan a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
(temperamen mudah
ancaman. b. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
teragitasi sejak lahir)
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
10. Penyalahgunaan zat
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
11. Terpapar bahaya
lingkungan (mis. toksin,
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
polutan, dan lain-lain) f. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
12. Kurang terpapar informasi g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h. Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu
INTRA OP

Diagnosa Definisi Penyebab Outcome Intervensi


Resiko Berisiko 1. Aneurisma Tingkat perdarahan PENCEGAHAN PERDARAHAN (1.02067)
perdarahan mengalami 2. Gangguan menurun (L.02017) Observasi
kehilangan darah gastrointestinal(mis. a. Monitor tanda dan gejala perdarahan
baik internal Ulkus lambung, b. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
(terjadi di dalam polip, varises) c. Monitor tanda tanda vital ortostatik
tubuh) maupun 3. Gangguan fungsi d. Monitor koagulasi(mis. Protombin time (PT), partial trombisite time (PTT), fibrinogen,
eksternal (terjadi hati (mis. Sirosis degradasi fibrin dan atau platelet)
hingga keluar hepatis)
tubuh). 4. Komplikasi Terapeutik
kehamilan (mis. a. Pertahankan bedrest selama perdarahan
Ketuban pecah b. Batasi tindakan invasive, jika perlu
sebelum waktunya, c. Gunakan kasur pencegah dekubitus
plasenta previa/ d. Hindari pengukuran suhu rectal
abpsursio, kehamilan Edukasi
kembar) a. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
5. Komplikasi pasca
b. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
partum (mis atoni
uterus, retensi c. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
plasenta) d. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
6. Gangguan koagulasi e. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
(mis f. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
trombositopenia) Kolaborasi
7. Efek agen a. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
farmakologis b. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
8. Tindakan c. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
pembedahan
9. Trauma
10.Kurang terpaoar
informasi tentang
pencegahan
perdarahan
11.Proses keganasan
Resiko Berisiko mengalami 1.Penyakit kronis (mis. Tingkat infeksi MANAJEMEN IMUNISASI/VAKSIN (1.14508)
infeksi peningkatan Diabetes militus) menurun (L.14137) Observasi
terserang organism 2.Efek prosedur invasive a. Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
patogenik 3.Malnutrisi b. Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis. Reaksi anafilaksis terhadap
4.Peningkatan paparan vaksin sebelumnya atau sakit parah atau tanpa demam)
organism pathogen c. Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan kepelayanan kesehatan
lingkungan Terapeutik
5.Ketidakadekuatan a. Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
pertahanan tubuh b. Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis. Nama produsen, tanggal kadaluarsa)
primer : c. Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
1) Gangguan peristaltic Edukasi
2) Kerusakan integritas a. Jelaskan tujuan , manfaat, reaksi yang terjadi , jadwal dan efek samping
kulit b. Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis. hepatitis, BCG, Difteri,
3) Perubahan sekresi tetanus, portusis, influenza, polio, campak, measles, rubela)
ph c. Informasikan imunisasi yang melindungi terhadap penyakit namun saat ini tidak
4) Penurunan kerja diwajibkan pemerintah (mis. Influenza, pneumokokus)
siliaris d. Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis. Rabies, tetanus)
5) Ketuban pecah lama e. Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti mengulang jadwal
6) Ketuban pecah imunisasi kembali
sebelum waktunya f. Informasikan penyedia layanan pekan imunisasi nasional yang menyediakan vaksin
7) Merokok gratis
8) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
skunder :
1) Penurunan
hemoglobin
2) Imunosupresi
3) Leucopenia
4) Supresi respon
inflamasi
5) Vaksinasi tidak
adekuat
POST OP

Resiko Beresiko 1. Prosedur pembedahan Termoregulasi membaik MANAJEMEN HIPOTERMI (1.14507)


hiotermia mengalami 2. Kombinasi anestesi ( L.14134) Observasi
perioperatif penurunan suhu regional dan umum 1. Monitor suhu tubuh
tubuh dibawah 3. Skor American 2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis. Terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian
36C secara tiba society of tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolism, kekurangan lemak
tiba yang terjadi anesthesiologist subkutan)
sebelum (ASA) lebih dari 1 3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
pembedahan 4. Suhu pra operasi Terapeutik
hingga 24 jam rendah (kurang dari 1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Atur suhu ruangan, inkubator)
setelah 36 C) 2. Ganti pakaian dan linen yang basah
pembedahan. 5. Berat badan rendah 3. Lakukan penghangatan pasif (mis. Selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
6. Neuropati diabetic 4. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis. Kompres hangat, botol hangat, selimut
7. Komplikasi hangat, perawatan metode kangguru)
kardiovaskuler 5. Lakukan penghangatan aktif intertnal (mis infuse cairan hangat, oksigen hangat,
8. Suhu lingkungan lavase peritoneal dengan cairan hangat)
rendah Edukasi
9. Transfer panas (mis. 1. Anjurkan makan atau minum hangat
Volume tinggi
infuse yang tidak
dihangatkan, irigasi
lebih dari 2 liter
yang tidak
dihangatkan
Gangguan Keterbatasan 22.Kerusakan integritas Mobilitas fisik meningkat DUKUNGAN AMBULASI (1.06171)
mobilitas dalam gerakan struktur tulang Observasi
fisik fisik dari satu 23.Perubahan metabolism 5. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
atau lebih 24.Ketidakbugaran fisik 6. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
ekstremitas 25.Penurunan kendali otot 7. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darrah sebelum memulai ambulasi
secara mandiri 26.Penurunan massa otot 8. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi
27.Penurunan kekuatan otot Terapeutik
28.Keterlambatan 4. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu (mis tongkat, kruk)
perkembangan 5. Fasilitasi melakukan mobilitas fisik, jika perlu
29.Kekakuan sendi 6. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi
30.Kontraktur Edukasi
31.Malnutrisi 4. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
32.Gangguan 5. Anjurkan melakukan ambulasi dini
musculoskeletal 6. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dan tempat tidur ke
33.Gangguan kursi roda, berjalan dari tempat tidur kekamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
neuromuskuler
34.Indeks masa tubuh diatas
persentil ke 75 sesuai
usia
35.Efek agen farmakologis
36.Program pembatasan
gerak
37.Nyeri
38.Kurang terpapar
informasi tentang
aktivitas fisik
39.Kecemasan
40.Gangguan kognitif
41.Keengganan melakukan
pergerakan
42.Gangguan
sensoripersepsi
TEKNIK INSTRUMENTASI BEDAH PLANTAR FACIITIS

A. DEFINISI
Plantar Fasciitis adalah inflamasi pada fascia plantar yaitu sebuah ligamen pada arkus kaki.
B. PERSIAPAN PASIEN
1. Pasien telah menandatangani persetujuan tindakan pembedahan dan pembiusan
serta kelengkapan identitas pasien
2. Pasien dipersiapkan dalam kondisi bersih dan mengenakan pakaian khusus masuk
kamar operasi.
3. Melepas semua benda seperti perhiasan dan gigi palsu bila ada
4. Pasien datang ke kamar operasi dalam keadaan puasa minimal 6-8 jam sebelum
oprasi

C. PERSIAPAN LINGKUNGAN
1. Pastikan AC ruangan berfungsi dengan baik yaitu:18-220C
2. Mengatur dan mengecek fungsi mesin couter, mesin suction dan lampu operasi serta
mengecek fungsinya
3. Memasang perlak dan Underpad on steril pada meja operasi
4. Mempersiapkan dan menempatkan tempat sampah medis agar mudah dijangkau

D. PERSIAPAN ALAT
- Instrument Dasar
 Desinfeksi klem : 1
 Towel klems : 4
 Surgical scissor curve : 1
 Metzenbaum scissor : 1
 Gunting benang : 1
 Tissue forceps : 2
 Dissecting forceps : 2
 Handle (handvat mess) no. 3 : 2
 Hemostatic forceps pean : 4
 Hemostatic forcep Kocher : 4
 Needle holder : 2
 Langen beck : 2

- Instrument Tambahan
 Curetage :2
 Knabel Tang :1

- Instrument penunjang
 Bengkok : 2
 Cucing : 2
 Mangkok / kom : 1
 Handpiece couter : 1

- Persiapan linen
 Duk besar : 4
 Duk kecil : 4
 Sarung meja mayo : 1

- Persiapan bahan habis pakai


 Handscoon 6/7/7,5/8 : Secukupnya
 Mess no. 10 : 1
 NS 0,9% : Secukupnya
 Povidon iodine : Secukupnya
 Spuit 10 cc : 1
 plester : Secukupnya
 Kassa steril : 10 lembar
 Deppers : 4 buah
 tule : 1
 polyglactin 4.0 : 1
 Under pad on :1
 Under pad steril :1

E. PROSEDUR
1.
Saat pasien berada di ruang premedikasi dilakukan serah terima dari perawat premedikasi
ke perawat anastesi dan perawat instrument.
2.
Pasien dipindahkan dari ruang premedikasi ke kamar operasi oleh tim anastesi.
3.
Saat pasien dikamar operasi, pasien dipindahkan ke meja operasi dengan meminta agar
bergeser/ di angkat oleh tim anastesi bersama perawat instrument.
4.
Perawat sirkuler melakukan sign in.
5. Team anastesi melakukan pembiusan dengan spinal anastesi block
6. Perawat sirkuler memasang arde, & melakukan pencucian lapangan operasi dengan
cholerexidine dan dikeringkan dengan doek kecil steril
7. Perawat instrument melakukan scrubbing, gowning & gloving, kemudian membantu
operator dan asisten memakai gown dan handscoon steril
8. Perawat instrument menyiapkan alat di meja mayo
9. Berikan desinfeksi klem dan kom berisi povidone iodine dan deppers kepada asisten untuk
melakukan aseptic area operasi
10. Perawat instrument dan asisten memasang drapping
11. Dekatkan meja mayo dan meja instrument lalu Pasang selang suction dan cauter, ikat
dengan kassa dan fiksasi dengan doek klem
12. Perawat sirkuler membaca time out.
13. Operator memimpin do’a
14. Insisi kulit berikan mess dan pinset kepada operator, berikan klem pean dan kassa kepada
asisten. Kemudian operator memperdalam insisi.
15. Berikan knabel tang untuk mengambil tulang yang tumbuh.
16. Berikan curettage untuk mengerok sisa-sisa tulang yang tumbuh.
17. Berikan kassa untuk meletakkan serpihan tulang-tulang yang dikeluarkan.
18. Rawat perdarahan dengan dep menggunakan kassa.
19. Cuci luka bekas operasi berikan bengkok dan berikan spuit berisi NS 0,9% dan kassa
20. Perawat melakukan sign out.
21. Luka operasi ditutup dengan menggunakan benang polyglactin 4.0 dengan jahitan satu-
satu.
22. Tutup luka operasi dengan tulle dan kassa steril. Fiksasi dengan plester.

F. Penyelesaian (Proses Dekontaminasi Sampai Packing)

1. Bawa semua peralatan ke spoelhoek untuk dicuci, terutama alat dasar dan tambahan yang
digunakan saat operasi.
2. Cuci dengan air mengalir kemudian cuci instrumen dengan detergen kemudian Bilas
semua instrumen yang sudah dicuci.
3. Rendam alat dengan larutan enzymatic kurang lebih 10 menit
4. Keringkan instrumen dengan handuk bersih.
5. Inventaris jumlah set instrumen dan isi check list inventarisasi instrumen.
6. Packing instrumen dan Beri label nama set instrumen
7. Letakkan set instrumen di tempat yang disediakan untuk dikirim ke CSSD.
8. Rapikan tempat mencuci instrument
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Brunner, suddarth. 2007. Buku ajar keperawatan medikal bedal. Alih bahasa :agung waluyo (et
al).edisi 8 volume 2.jakarta:EGC
Ppni. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2nd Ed.). Jakarta: Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Ppni. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd Ed.). Jakarta: Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Ppni. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd Ed.). Jakarta: Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Sjamsuhidajat, 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit EGC, Jakarta.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
PLANTAR FACIITIS
DI RUMAH SAKIT ISLAM AISIYAH MALANG

Oleh
HERIN FIDELA ROOSYIDAH
1601460006

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa dan dilakukan responsi dengan pembimbing institusi dan
pembimbing klinik.

Hari, tanggal :

Tempat :

Judul :

Pembimbing Institusi Pembimbing Kinik

(………………………….) (………………………….)
FORMAT PENGKAJIAN PERIOPERATIF KAMAR BEDAH

Tgl masuk : 10/03/2020 Diagnosa Medis : Plantar Faciitis


Perawat yang mengkaji : Nama Dokter :
No. CM :0900XX Nama primary Nurse :

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Ny. E
b. Nama Panggilan : Ny. E
c. Tgllahir/ Umur :20/09/1964
d. Anakke :-
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Suku/ bangsa : Jawa / Indonesia
h. Bahasa yang digunakan : Indonesia
i. Alamat : Malang

II. IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB

a. Nama : Ny. S
b. Umur :-
c. Agama : Islam
d. Pendidikan :-
e. Pekerjaan :-
f. Hubungan dengan pasien : Anak

Asalpasien □ RawatJalan
√ Rawat Inap
□ Rujukan
PRE OPERASI
Keluhan Utama/alasan masuk : pasien mengatakan tumit kaki kanan terasa nyeri jika dibuat
berjalan kurang lebih 3 bulan

Riwayat Penyakit : □DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV √ tidak ada

Riwayat Operasi/anestesi : Tidak ada riwayat operasi

Komplikasi operasi/anestesi yang lalu: Tidak ada riwayat operasi / anestesi

Riwayat Alergi : Tidak ada alergi

Diagnosa Medis : Plantar Faciitis

Jenis Operasi : -

Tanda-tanda Vital

Suhu : 36,2 ◦C Nadi : 88 x/mnt Respirasi :20 x/mnt TD :130/70 mmHg BB:58 kg TB :- Cm
, Golongan Darah :- Rhesus : -

RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL

1.Status Emosional
√ Tenang □Bingung □Kooperatif □ TidakKooperatif □ Menangis □ Menarikdiri

2.Data Kecemasan Pasien/Orang Tua terhadap kondisi pasien

Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas √ Cemas


Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
√ 1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 2 = Tingkat perhatian tinggi
□ 3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik

Tingkat pengetahuan : √ Ps/OT jarang bertanya tentang kondisi pasien


□ Ps/OT sering bertanya tentang kondisi pasien
□ Ps/OT sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama
□ Ps tampak terlihat bingung

Pengetahuan tentang penyakit :


√ Ps/OT mengerti tentang penyakit yang diderita,pengobatan,dan perawatan
□ Ps/OT tidak mengerti tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan perawatan
□ Ps/OT lupa dengan informasi yang pernah didapat tentang penyakit yang diderita, pengobatan
dan perawatan
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat


Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □2-3 √ 4-5 □ 6-7 □ 8-9
□ 10
Survey Sekunder, lakukansecara head to toe secaraprioritas:
Normal JikaTidak normal, jelaskan
YA TIDAK

Kepala


Leher

Dada √


Abdomen


Genitalia


Integumen

Ekstremitas √ Dari hasil rongent didapatkan adanya


pertumbuhan tulang yang ada pada tumit

KhususpasienObstetri/ginekology :
HTA : G P A Hamil , TFU cm
Taksiran berat janin Letak Presentasi Penurunan , kontraksi
Kekuatan , Lama detik, Gerak janin x/30 menit, BJJ x/mnt, /Tidak teratur
Tgl/jam___ PD a/I _ ___,Oleh___, Portio____Pembukaanserviks___________cm
,Ketuban Hodge_______

Penyulit Anak
Tahunpe Tempatpe Usiakeha JenisPer Penolo kehamila Jeniskel Ket
N rsalinan rtolongan milan salinan ng n&persa amin BB
o linan
1
2
3
4
5
6

Nama Perawat OK

(................................................)
Hasil Data Penunjang
Laboratorium :
- HB : 14,6 g/dL
- Hematokrit : 41.0 %
- Eritrosit 4,96
- Leukosit : 6.990
- Trombosit : 260.000/cmm

EKG : EKG normal

Rontgen : Calcaneal spur kanan


USG : -
Lain-lain :

INTRA OPERASI
Anastesi dimulai jam 14.00

Pembedahan dimulai jam 14.15

Jenis anastesi :

√ Spinal □ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok □……………

Posisi operasi :

√ terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri □ lain


lain…………….

Lokasi pemasangan patient plate :

□ di bawah bokong √ Di bawah betis kanan □ ………………….

Integritas kulit sebelum pemasangan plate :

√ utuh □ Tidak utuh…………………………

Catatan Anestesi : -
Pemasangan alat-alat :

Airway : □ Terpasang ETT no :........ □ Terpasang LMA no:........ □ OPA □ O2 Nasal □


…………….

______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
______________________________________________________________________________
____________________________________________________

TTV : Suhu 36.5◦C , Nadi 78 x/mnt, Teraba √ kuat, □ Lemah, √ teratur, □ tidak teratur

RR 20 x/mnt, TD 125/70 mmHg, Saturasi O2 99%

Survey Sekunder, lakukansecara head to toe secaraprioritas

Normal Keterangan *
YA TIDAK
Kepala √

Leher √

Dada √

Abdomen √

Genitalia √

Integumen √

Ekstremitas √ Terdapat luka pembedahan pada tumit kanan

* Diisijikamenemukanhal-hal yang tidak normal padapemeriksaan head to toe.


** Diisi untuk pada pasien post SC walaupun dalam keadaan normal.

Total cairanmasuk

□ Infus : Kristaloid : cc

Keloid : cc
□ Tranfusi :______cc

Total cairankeluar

□ Urine :______cc

□ Perdarahan :______cc

Balance cairan:_______cc

Perawat yang mengkaji

( )
POST OPERASI

Pasien pindah ke :
Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam___________Wib
√ RR , jam15.00 Wib
Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah □ pusing □ Nyeri luka operasi □ Kaki terasa baal □
Menggigil
□………………
Keadaan Umum : √ Baik □ Sedang □ Sakit berat
TTV :
Suhu 36.5oC, Nadi 80x/mnt, Rr 20x/mnt, TD 120/80mmHg, Sat O2 99%

Kesadaran : √ CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo □ Coma

Survey Sekunder, lakukansecara head to toe secaraprioritas:


Normal JikaTidak normal, jelaskan
YA TIDAK

Kepala √

Leher


Dada


Abdomen
Normal JikaTidak normal, jelaskan
YA TIDAK

Genitalia


Integumen
√ Terdapat bekas luka operasi
Ekstremitas

Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak
tertahankan
√ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-7 □ 8-9
□ 10
Tingkat pengetahuan : √ Ps/OT jarang bertanya tentang kondisi pasien
□ Ps/OT sering bertanya tentang kondisi pasien
□ Ps/OT sering mengulang-ulang pertanyaan yang sama
□ Ps tampak terlihat bingung

Pengetahuan tentang penyakit :


√ Ps/OT mengerti tentang penyakit yang diderita,pengobatan,dan perawatan
□ Ps/OT tidak mengerti tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan perawatan
□ Ps/OT lupa dengan informasi yang pernah didapat tentang penyakit yang diderita, pengobatan
dan perawatan

Perawat yang menerima Perawat yang


menyerahkan

(……………………….) ( ………….....………………)
ANALISIS DATA

Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX

Data Fokus Diagnosis Keperawatan Kemungkinan Penyebab


Ds: Nyeri akut Agen Pencedera Fisik
- Pasien mengatakan
merasa nyeri saat
berjalan
P : tidak tahu penyebab
nyeri karena apa
Q : seperti ditusuk-
tusuk
R : Di bagian tumit
kaki kanan
S : Skala 4
T : Muncul saat dibuat
berjalan
Do :
- TD : 130/80mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 88x/menit
- Pasien tampak meringis
kesakitan saat kakinya
digunakan untuk
berjalan
ANALISIS DATA

Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX

Data Fokus Diagnosis Keperawatan Kemungkinan Penyebab


Ds: Ansietas Kekhawatiran mengalami
- Pasien mengatakan kegagalan
merasa deg-deg an
karena baru pertama
kali operasi
Do :
- Pasien tampak cemas
- TD : 130/80mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 88x/menit

Ds: - Resiko Perdarahan Prosedur Pembedahan


Do :
- TD : 130/80mmHg
- RR : 20x/menit
- N : 88x/menit
- HB : 14,6 g/dL
- Trombosit :
260.000/cmm
- Hematokrit : 41.0 %

Ds: - Resiko Infeksi Prosedur Pembedahan


Do :
- S : 36.2◦C
- Leukosit : 6.990
- Tidak tampak adanya
kemerahan
- Tidak tampak benjolan
di sekitar area
pembedahan
ANALISIS DATA

Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX

Data Fokus Diagnosis Keperawatan Kemungkinan Penyebab


Ds : - Resiko Hipotermi Suhu lingkungan rendah
Do :
- S : 36.5◦C
- Akral Hangat
DAFTAR MASALAH
Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX

Tanggal Tanggal Tanda


No. Dx Diagnosis Keperawatan
Muncul Teratasi Tangan
1. 10/03/2020 Nyeri Akut bd Agen pencedera fisik
2. 10/03/2020 Ansietas bd kekhawatiran mengalami kegagalan
3. 10/03/2020 Resiko perdarahan bd prosedur pembedahan
4. 10/03/2020 Resiko infeksi bd prosedur pembedahan
5. 10/03/2020 Resiko hipofolemi bd suhu lingkungan rendah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX
No.
Tujuan
Dx. Intervensi Rasional
Kriteria Standar
Kep
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi - Mengetahui nyeri
keperawatan selama 1x15 a. lokasi, karakteristik, durasi, yang dirasakan
menit diharapkan nyeri yang frekuensi, kualitas, pasien
dirasakan berkurang dengan intensitas nyeri
kriteria hasil : b. Identifikasi skala nyeri
- Skala nyeri menurun c. Identifikasi respon nyeri
- Tanda-tanda vital non verbal
dalam batas normal d. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
2. Terapeutik
a. Berikan teknik - Mengurangi nyeri
nonfarmakologis yang dirasakan
untuk mengurangi pasien
rasa nyeri dengan
terapi nafas dalam
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
b. Jelaskan terapi nafas dalam
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX
No.
Tujuan
Dx. Intervensi Rasional
Kriteria Standar
Kep
2. Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi - Mengetahui
keperawatan selama 1x15 a. Identifikasi saat tingkat tingkat ansietas
menit diharapkan ansietas anxietas berubah (mis. yang dirasakan
yang dirasakan berkurang Kondisi, waktu, pasien
dengan kriteria hasil : stressor)
- Pasien tidak tampak b. Monitor tanda anxietas
gelisah (verbal dan non verbal)
- Tanda-tanda vital 2. Terapeutik
dalam batas normal a. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan , - Mengurangi
jika memungkinkan ansietas yang
b. Gunakan pedekatan dirasakan pasien
yang tenang dan
meyakinkan
c. Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
3. Edukasi
a. Latih teknik relaksasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX
No.
Tujuan
Dx. Intervensi Rasional
Kriteria Standar
Kep
3. Setelah dilakukan asuhan - Observasi - Mencegah
keperawatan selama 1x45 a. Monitor tanda dan gejala perdarahan tidak
menit diharapkan perdarahan perdarahan terjadi berlebih
tidak terjadi dengan kriteria - Terapeutik
hasil : a. Batasi tindakan invasive,
- Tidak ada tanda- jika perlu
tanda perdarahan b. Antisipasi perdarahan,
- Kulit lembab rawat perdarahan dengan
- Tanda-tanda vital deppers/couter
dalam batas normal - Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika
perlu

4. Setelah dilakukan asuhan -Observasi - Mencegah supaya


keperawatan selama 1x45 a. Monitor tanda-tanda infeksi tidak
menit diharapkan infeksi infeksi terjadi
tidak terjadi dengan kriteria -Terapeutik
hasil : a. Cuci tangan sebelum
- Tidak ada tanda- pelaksanaan operasi
tanda infeksi b. Menggunakan gown
- Tanda-tanda vital dan handscoon steril
dalam batas normal c. Pemasangan
drapping steril
d. Pertahankan
kesterilan alat selama
pembedahan
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Ruang : IBS
Nama pasien : Ny. E
No. Register : 0900XX
No.
Tujuan
Dx. Intervensi Rasional
Kriteria Standar
Kep
5. Setelah dilakukan asuhan Observasi - Mencegah
keperawatan selama 1x15 1. Monitor suhu hipotermi supaya
menit diharapkan hipotermi tubuh tidak terjadi
yang tidak terjadi dengan 2. Monitor tanda dan
kriteria hasil : gejala akibat
- Tidak ada tanda- hipotermia
tanda hipotermi Terapeutik
- Tanda-tanda vital 1. Sediakan
dalam batas normal lingkungan yang
hangat
2. Berikan selimut
tebal
Edukasi
Anjurkan makan atau
minum hangat

Anda mungkin juga menyukai