Anda di halaman 1dari 37

Pemeriksaan penunjang

dalam kehamilan

Yasmini F

Blok Reproduksi 2014-2015


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
• Kompetensi dasar:
– Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dalam
kehamilan

• Indikator pencapaian:
– Dapat menjelaskan sifat fisik gelombang ultrasonik
dan efek biologinya dan indikasi – kontraindikasi USG
dalam kehamilan dan biometri
– Dapat menjelaskan pengertian, indikasi, kontraindikasi
dan interpretasi beberapa cara pemeriksaan guna
penilaian keadaan janin (CTG, amniosentesis, dan
biopsi khorionik)
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan tambahan yang dilakukan untuk
membantu penegakkan diagnosis, monitoring,
maupun penatalaksanaan selanjutnya.
Pemeriksaan penunjang dalam
kehamilan
• Non-invasif
– Doppler, Laennec
– Lab darah
– CTG
– USG
• Invasif  memasukkan alat intrauterin
– Chorionic villus sampling
– Amniosentesis
– Kordosentesis
Prenatal diagnosis:
• Secara khusus, istilah Prenatal diagnosis:
– Merupakan invasif fetal testing
– Kariotipe evaluasi
– Analisis pedigree
– Skrining populasi
– Assasmen fetal genetik risk
– Genetik konseling
– Fetal diagnostik testing
USG
• Banyak digunakan sebagai alat bantu ANC
sejak 1970
• Dilakukan oleh seorang profesional yang
terlatih & berpengalaman
• Tidak ada bukti jelas yang menunjukkan
pemeriksaan USG berbahaya
• Sebelum pemeriksaan pasien harus diberikan
informasi sebelumnya tentang tujuan
pemeriksaan, manfaat dan risikonya
• Teknik diagnosis pencitraan dengan
menggunakan suara ultra  mencitrakan
organ internal dan otot, ukurannya, sehingga
bermanfaat untuk memeriksa organ.
• Frekuensi  menentukan resolusi gambar dan
kedalaman bagian yang ditembus
Manfaat USG
• Menurunkan 39% insidensi kehamilan postterm
• Meningkatkan 92% deteksi awal kehamilan
multipel
• Meningkatkan deteksi awal mayor fetal anomali
• Meningkatkan angka deteksi fetal malformasi

• Penentuan jenis kelamin bukan merupakan


tujuan utama
• USG merupakan metode terbaik untuk
menentukan umur kehamilan.
– Pengukuran CRL (crown-rump length) sebaiknya
dilakukan pada umur kehamilan <14 minggu.
Merupakan pengukuran paling akurat pada umur
kehamilan 8-12,5 minggu
– BPD &FL pada umur kehamilan >14 minggu
Indikasi USG ts I
• Memastikan adanya kehamilan intrauterin
• Mengevaluasi kecurigaan kehamilan ektopik (KE)
• Menemukan penyebab perdarahan vaginal
• Mengevaluasi nyeri pelvik
• Menentukan umur kehamilan
• Mendiagnosis kehamilan multipel
• Mengkonfirmasi aktivitas jantung, dan mengidentifikasi
kehamilan non-viabel
• Membantu pengambilan korionik villus sampling, transfer
embrio, posisi IUD & pengangkatan IUD
• Mengevaluasi massa pelvis & anomali uterus
• Mengevaluasi kecurigaan molla
Penilaian USG pada ts I
• GS  lokasi & diameter
• Yolk sac  diameter
• Fetal biometri  CRL
• Perkembangan fetal anomali pada kehamilan awal  cystic
hygroma
• Fetal viability (cardiac activity)
• Jumlah janin  amnion, korionnya pada kehamilan
multipel
• Kegagalan kehamilan awal  kehamilan ektoppik, molla
• Uterus, adnexa, kavum Douglas
• Adanya leiomioma
Indikasi USG ts II & III
• Menentukan umur kehamilan  HPL tidak pasti, direncanakan SC elektif, induksi persalinan.
• Evaluasi pertumbuhan janin
• Adanya perdarahan vaginal
• Nyeri perut dan pelvik
• Menentukan presentasi janin
• Kecurigaan kehamilan multipel
• Memandu amniosentesis
• Mencocokan besar uterus dengan kehamilan awal
• Adanya massa pelvik
• Kecurigaan molla
• Memandu sirklase serviks
• Kecurigaan kehamilan ektopik
• Kecurigaan fetal death
• Kecurigaan uterus abnormal
• Menilai kondisi janin  BPS, Doppler
• Kecurigaan amnion abnormal
• Kecurigaan solusio plasenta
• Memandu versi luar
• Menentukan lokasi plasenta
CTG
• Salah satu metode tes antepartum untuk
menilai fetal well being  metode monitoring
janin

• Metode anterpartum testing:


– CTG
– BPS
– Doppler arteri umbilikalis
• Pada janin risiko tinggi  jangan dijadikan
metode tunggal evaluasi antepartum.
• CTG:
– NST
– CST
Amniosentesis
• 1980 : Pertama kali dilakukan  dekompresi
kasus polihidramnion
• 1950 : alat diagnosis yang bermakna dalam
monitoring Rh isoimunisasi  mengukur
konsentrasi bilirubin cairan amnion
Pada dekade yang sama  analisis kromosom
janin melalui investigasi cairan amnion (pada
periode ini teknik laboratori untuk kultur sel &
kariotiping berkembang)
Amniosentesis
• Dilakukan dengan panduan USG
• Oleh tangan yang terlatih
• Dilakukan bila tidak ada risiko persalinan
emergensi. Risiko komplikasi <1%
• Genetik evaluasi  paling sering dilakukan uk
15-18 minggu
Tujuan amniosentesis
• Menilai kematangan paru janin
• Menilai kariotipe
• Kongenital infeksi
• Penyakit metabolik
• Polihidramnion  mengurangi jumlah cairan
amnion & evaluasi cairan amnion
Persiapan sebelum amniosentesis
• Sebelum tindakan amniosentesis dilakukan
pemeriksaan USG untuk menentukan:
– Jumlah janin
– Memastikan ulang umur kehamilan
– Memastikan viabilitas janin
– Dokumen anatomis
– Lokasi plasenta & insersi tali pusat
• Cairan amnion yang diambil  dinilai rasio L/S
• Kariotipe  trisomi 21, trisomi 18, 45x
• PCR  parvovirus, CMV, toksoplasmosis, sifilis
• Miotonik distrofi  clubbing feet, ekstremitas
posisi abnormal
• Gangguan metabolisme  Gaucher disease
mukopolisakaridosis, gangliosidosis
Chorionic Villus Sampling (CVS)
(Biopsi khorionik)
• Prenatal diagnosis pada ts I
• Sampelnya adalah plasenta yg sedang
berkembang
Sejarah CVS
• Di China dilakukan untuk menentukan jenis kelamin janin

• 1968 : Hahnemann & Mohr  blind transcervical trofoblast biopsi pada 12


pasien dg instrument berdiameter 6 mm  setengah subjek mengalami
keguguran
• 1973 : Kullander & Sandahl  diameter 5 mm fiberoptik endoservikoskop
dg biopsi forceps  setengah kasus mengalami sepsis
• 1974 : Hahnemann  menggunakan histeroskopi diameter 2,5 mm dg
pisau biopsi silindrik  ruptur kantong amnion

 Amniosentesis pada mid trimester menjadi lebih berkembang

• 1989 : penelitian multisenter secara prospektif dari Canada & USA


mempublikasikan bahwa prosedur ini aman  dg guiding USG
(penelitian sudah dimulai sejak awal 1980-an)
Persiapan sebelum CVS
• USG sebelum pemeriksaan:
– Menilai DJJ
– Menilai umur kehamilan
– Menilai lokasi plasenta
– Menentukan posisi uterus & serviks
• CVS
– Transcervical
– Transabdominal
Pendekatan CVS transcervikal
• Pasien dalam posisi litotomi
• Dilakukan aseptik pada vulva dan vagina
dengan larutan povidon-iodin
• Spekulum diinsersikan untuk membuka vagina
& menampilkan serviks
• Kateter dimasukkan dg guiding USG melalui
serviks
Pendekatan CVS transabdominal
• Dg guiding USG
• Jarum spinal nmr 19 atau 20 dimasukkan
mengikuti aksis panjang dari plasenta untuk
mengambil villus sampling
Perbandingan kedua metode
• Keamanannya sebanding.
• Tidak terdapat perbedaan pada berat lahir janin, umur
kehamilan saat persalinan, dan malformasi kongenital
• Operator harus menguasai keduanya
• Pada posterior plasenta  transcervical lebih mudah
Pada fundal plasenta  transabdominal lebih mudah
• Terdapat nekrotik polip serviks atau lesi herpes aktif 
pendekatan transabdominal
Kepustakaan
• Berghella V. Obstetric Evidence Based Guidelines.
Informa Healthcare. USA. 2009
• Berghella V. Maternal-Fetal vc Evidence Based
Guidelines. Informa Healthcare. USA. 2009
• Creasy RK, Resnik R, Lam JD, Lockwood CJ, Moore
TR, Greene MF. Maternal Fetal Medicine
Principles and Practice. 7th edition. Elsevier
Saunders. Philadelphia. 2014
• James, Steer, Weiner, Gonik, Crowther, Robson.
High Risk Pregnancy Management Options.
Elsevier Saunders. 2011

Anda mungkin juga menyukai