Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PROGRAM INTERNSIP

DOKTER INDONESIA (II/2021)

KASUS MEDIK
dr. M. Zhafirrahman

PARESE CN.VII
ec. TRAUMA
TUMPUL
DD BELL’S PALSY
PENDAMPING
Dr. Lince Holsen

PEMBIMBING SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. T.C. HILLERS
Dr. Defranky Theodorus, Sp.A MAUMERE 14 Agustus 2021
PENDAHULUAN
Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer  kelumpuhan yang ditandai dengan tidak dapat atau
kurangnya kemampuan untuk menggerakkan otot-otot wajah.

Dapat terjadi sentral dan perifer. Bila kerusakan lebih dari setengah atau lebih jaras  Paralisis
pada wajah, kekeringan pada mata atau mulut, gangguan dalam pengecapan.

Foester  Kerusakan nervus fasialis sebanyak 120 dari 3907 kasus (3%) dari seluruh trauma
kepala saat perang dunia I.
Friedman dan Merit  7 dari 430 kasus trauma kepala.

Penanganan pasien dengan kelumpuhan nervus fasialis secara dini, baik operatif maupun
konservatif akan menentukan keberhasilan dalam pengobatan.
LAPORAN KASUS
● IDENTITAS
● Nama Pasien : An. BSB
● Usia : 8 Tahun
● Jenis Kelamin : Laki- laki
● Berat Badan : 18 kg
● Tinggi Badan : 122 cm
● Alamat: Wolomarang, Maumere
● Agama : Katolik
● No. RM : 196679

● MRS  Kamis, 8 Juli 2021


● KRS  Jumat, 9 Juli 2021
ANAMNESIS
Keluhan utama  Mual Muntah
Riw.Peny. Sekarang
● Pasien anak A/n An. BSB berusia 7 tahun datang diatar
oleh keluarganya dengan keluhan mual dan muntah diserta
dengan keluhan nyeri kepala dan pusing yang sudah
dirasakan sejak 3 hari ini, pasien juga mengeluhkan mulut
mencong ke kiri saat senyum, bibi sisi kanan terjatuh,
kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, alis mata
kanan tidak bisa terangkat dan tidak ada kerutan pada dahi
sisi kanan sejak 2 minggu yg lalu.
ANAMNESIS
Keluhan utama  Mual Muntah
Riw.Peny. Sekarang
● Keluarga pasien mengatakan bahwa 1 minggu sebelum
keluhan pada wajah pasien mengalami benturan kipas
angin berdiri di kepala bagian samping kanan saat berlari
di rumah. Pasien belum pernah mengalami keluhan
serupa sebelumnya dan Riwayat pengobatan pasien
sudah pernah mendapat terapi Acyclovir 4x 400mg PO
selama seminggu dari onset pertama kali dari dokter.
PX FISIK
Status Umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Vital sign :
TD : 90/60 mmHg RR : 21 x/menit SpO2 100%
N : 95 x/menit Suhu : 36,7 0C
Kepala leher
Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), Dyspneu (-)
Thorax
Cardio : S1S2 tunggal reguler
Respirasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
BU (+), Supel (+), Nyeri Tekan (-)
Ekstremitas
Akral hangat (+/+), Edema Ekstremitas (-/-)
Berat badan : 18
kg
PX FISIK NEUROLOGIS
Kepala leher
Parese Nervus VII (Dextra) ;
Lagoftalmus (Dextra) (+) , Sudut
Mulut Deviasi (+)
Ekstremitas
Motorik 55|55
Sensorik Normal
DIAGNOSIS
BANDING
 Parese Nervus Facialis (NC.VII)
1.1 Trauma Tumpul dd Bells Palsy ec. Susp Viral Infection.
1.2 Space Occupying Lesion (SOL)
1.3 Trancient Ischemic Attack dd Prolonge Reversible Ichemic
Neurological Deficit (TIA/PRIND)
PLANNING DX
Swab Antigen Cov19


Darah Lengkap

CT Scan Kepala Non Kontras


Parameter Nilai

DARAH LENGKAP

Hb 12.2 gr/Dl

Leukosit 8.60 x 103/µL

Trombosit 294x 103/µL

Hematokrit 34.6 %

Eritrosit 4.27 x 106/µL


Parameter Nilai
MCV 80.9 fL
SWAB ANTIGEN
MCH 27.9 pg
SARS-COV 19 Negatif
MCHC

PX PENUNJANG
34.5 g/dl

Eosinofil 1.4 %
HEMATOLOGI
Basofil 0.5 %
(8-07-2021)
Neutrofil 55.2 %

Limfosit 26.2 %

Monosit 7.0 %
CT Scan Kepala Non Kontras
 NORMAL
Expertisi CT Scan Kepala
• Tidak tampak adanya lesi
hipo/hiperdens pada kedua hemisfer
• Tidak Tampak Midline Shift
• System Ventrikel dalam batas normal
• Sulcus dan Gyrus dangkal
• Orbita, Sinus Paranasal, dan Air Cell
Mastoid Dalam batas Normal
• Tulang Kepala Tampak Intak
ASESSMENT
Parese Nervus Facialis Tipe
Perifer e.c. Trauma Tumpul dd
Bell’s Palsy


PLANNING TX
● IVFD D% ½ NS 2 cc/Jam

● Mecobalamin 3x 1mg PO

Paracetamol Syr 3x 5 ml PO K/P Nyeri

● Domperidone Syr 3x 5ml K/P Mual Muntah

● Methilprednisolon 3x 2mg PO
P/ MONITORING
Kepala leher

Tanda Tanda Vital, Keluhan Mual Muntah, Nyeri


Kepala/ Tanda2 Peningkatan TIK
FOLLOW-UP RUANG MELATI
JUM’AT, 9 JULI 2021_08.00
(A) Asessment :
(S) Subjective :
 Parese Nervus Facialis Tipe Perifer e.c. Trauma
Keluhan Mual muntah sudah tidak ada, Nyeri
Tumpul dd Bell’s Palsy
Kepala sudah berkurang, Kelemahan pada
(P) Planning Dx : DL & CT Scan Kepala Normal
sisi kanan wajah masih ada, kelopak mata
sulit menutup, kerutan dahi kanan (-), sudut (P) Planning Tx :
bibir mencong ke kiri. • IVFD D5 ½ NS 2 cc/jam
• Methilprednisolon 3x 2 mg Po
(O) Objective : • Mecobalamin 3x 1 mg Po
Status Umum : KU baik, GCS : E4V5M6 • Domperidon Syr 3x 5ml Po K/P Mual Muntah
Vital Sign :
 TD = 90/60 mmHg  N = 90 kali/ menit • Paracetamol Syr 3x 5ml Po K/P Pusing/ Nyeri
 RR = 20 kali/ menit  S = 36.5 C Kepala
K/L : Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), Dyspneu (-) • Rencana KRS  Kontrol Poliklinik Anak 1
Parese Nervus VII (Dextra) ; Lagoftalmus (Dextra) (+),
Sudut Mulut Deviasi (Sinistra) (+) minggu lagi  Evaluasi Perkembangan Terapi
Thorax : S1S2 Tunggal Reguler (Sabtu, 17 Juli 2021).
Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-) P) Planning Dx :
Abdomen : Bising usus (+), Supel • Tanda Tanda Vital, Keluhan Mual Muntah, Nyeri
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edem tungkai (-/-)
Motorik (5|5/5|5) Normal
Kepala/ Tanda2 Peningkatan TIK.
FOLLOW-UP KONTROL POST KRS
SABTU, 17 JULI 2021_11.30 (POLIKLINIK ANAK)
(A) Asessment :
(S) Subjective :
 Parese Nervus Facialis Tipe Perifer e.c. Trauma
Keluhan Kelemahan pada sisi kanan wajah
Tumpul dd Bell’s Palsy (PERBAIKAN)
sudah ada banyak perbaikan, kelopak mata
(P) Planning Dx : (-)
kanan bisa menutup, kerutan dahi kanan (+),
wajah mulai simetris (P) Planning Tx :
• Methilprednisolon 3x 2 mg Po
• Mecobalamin 3x 1 mg Po
(O) Objective : P) Planning Dx :
Status Umum : KU baik, GCS : E4V5M6 • Tanda Tanda Vital, Keluhan Mual Muntah, Nyeri
Vital Sign : Kepala/ Tanda2 Peningkatan TIK.
 TD = 90/60 mmHg  N = 95 kali/ menit • KIE Keluarga jika nyeri kepala dan mual muntah
 RR = 20 kali/ menit  S = 36.8 C segera datang ke IGD RS
K/L : Anemis (-), Ikterik (-), Sianosis (-), Dyspneu
(-)
Thorax : S1S2 Tunggal Reguler
Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen : Bising usus (+), Supel
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edem tungkai
(-/-)
Motorik (5|5/5|5) Normal
DOKUMENTASI
1 MINGGU POST KRS
DISKUSI
● Berdasarkan journal Qiangli et al (Clinical features and outcomes
of delayed facial palsy after head trauma, 2016)  35 anak yang
mengalami cedera kepala terjadi delay manifestasi facial palsy
dalam rentang waktu 3 hari-2 minggu pasca trauma, 27 diantaranya
sembuh total tanpa gejala sisa dengan terapi steroid oral.
● Angka kejadian kasus ini cukup kecil yaitu sebesar 2,2 %
DISKUSI
● Liping li et al (2017), sebanyak 45 kasus cedera kepala pada anak
yang mengalami delay facial palsy, 33 anak sembuh total dengan
menggunakan terapi prednisolone.
● Pada pemeriksaan CT Scan kepala ditemukan adanya fracture pada
temporal bone yang beresiko besar mencederai nervus facialis.
● Pemberian neuroprotective agent seperti mecobalamin sangat
bermanfaat untuk regenerasi sel neuron yang cedera.
Definisi
Gejala dari kelumpuhan otot-otot wajah. Pasien
tidak dapat menggerakan otot wajah sehingga
tidak simetris. Tampak pada saat berbicara dan
emosi.

N. fasialis (n. VII)

- saraf cranial terpanjang yg berjalan di


dalam tulang
- sebagian besar kelainan terletak di dalam
tulang temporal
Terdiri dari 3 komponen

otot wajah
Motoris m. stapedius
venter posterior m. digastricus

Sensoris 2/3 anterior lidah untuk mengecap

glandula lakrimalis,
Parasimpatis glandula submandibula,
glandula lingualis
Perjalanan saraf fasialis
nervus petrosus superior mayor
memberi rangsang untuk sekresi pd kelenjar lakrimalis, nasal,
palatal

Nervus nervus stapedius


mensarafi m. stapedius, berfungsi sbg peredam suara
fasialis

korda timpani
memberi sistem pengecapan pada 2/3 lidah bagian anterior
N. Fasialis di Kelenjar Parotis
Etiologi paralisis nervus fasialis :
Idiopatik Bell’s palsy
Fraktur Fraktur pars petrosa os temporal (krn trauma)
Infeksi intrakranial herpes zooster opticus (Sind Ramsay Hunt)
telinga tengah otitis media supuratif kronis

Tumor intrakranial tumor serebelopontin,


neuroma akustik,
multiple sklerosis,
ekstrakranial tumor telinga dan tumor parotis

Congenital ireversibel, terdapat bersamaan dengan anomaly pada telinga dan tulang pendengaran

Lain-lain Gangguan pembuluh darah :


thrombosis a. karotis, a. maksilaris, a. serebri media

Dibidang kedokteran gigi :


-komplikasi anestesi pada waktu pencabutan gigi,
-infeksi didaerah mulut
-trauma operasi sendi temporomandibula, operasi glandula parotis
-fraktur pada ramus mandibula
penyebab terbanyak dari
paralisis n. VII di Indonesia :
idiopatik, radang, trauma
Bell’s Palsy
-kelemahan otot wajah 1 sisi
(unilateral)  timbul tiba-tiba

-Hilang sensasi 2/3 anterior lidah


-produksi saliva <<

-hiperacusis :
telinga lebih sensitive
mendengar suara
Tatalaksana :
• fase akut 
melindungi kornea :
-air mata buatan
-menutup kelopak mata ke
bawah

• fisioterapi
• radiasi
• massage

• terapi bedah :
dekompresi
Sindrom Ramsay Hunt

Etiologi :
virus varicella zoster di ganglia genikulatum nervus VII

Gejala :
paresis fasial
neuralgia
vesikel di :
-canalis acusticus externa,
-langit-langit,
-2/3 anterior lidah

Terapi : anti virus → DOC : asiklovir


Fraktur pada os temporal

vertigo, nausea, vomiting, nistagmus,


tinnitus

perdarahan pada telinga


hearing loss

hilang pengecapan 2/3 anterior


parese fasialis

Terapi :
simptomatis, antibiotik, istirahat total
Trauma kongenital
Trauma intrauterine
alat-alat yang dipergunakan
benturan antara tengkorak janin dan tulang panggul ibu

Pemakaian forceps Indikasi ibu :


● Preeclampsia / eklampsia
● ruptur uteri imminens
● penyakit jantung
● edema paru
● kelelahan ibu

Indikasi janin :
● tali pusat menumbung
● solution plasent
● gawat janin
Gejala Klinis

Lesi di foramen stilomastoideus 


Paralisis ini dapat menetap atau Paralisis wajah
sementara, tergantung penyebab dan
sifat kerusakan yang terjadi. Lesi proksimal dari korda timpani 
Mengganggu pengecapan 2/3 anterior lidah

Perbedaan lokasi kerusakan saraf Lesi n. stapedeushiperakusis 


fasialis dapat menimbulkan gejala pasien mengeluh persepsi suara yg berlebih
yang berbeda Lesi n. pertosus superficial mayor 
hilangnya lakrimasi ipsilateral
GRADE PENJELASAN KARAKTERISTIK
Normal Fungsi fasial normal
I
Disfungsi Ringan Kelemahan yang sedikit, terlihat pada inspeksi dekat. Ada sedikit sinkinesis.
II Pada istirahat, simetris dan selaras.
Pergerakan dahi sedang sampai baik.
Klasifikasi House - Brackmann

Menutup mata dengan usaha yang minimal.


Terdapat sedikit asimetris pada mulut jika melakukan pergerakan.

Terlihat tapi tidak terdapat adanya perbedaan antara kedua sisi.


III Disfungsi Sedang
Adanya sinkinesis ringan.
Terdapat spasme atau kontraktur hemifasial.
Pada istirahat, simetris dan selaras.
Pergerakan dahi ringan sampai sedang.
Menutup mata dengan usaha.
Mulut sedikit lemah dengan pergerakan yang maksimum.

Disfungsi Sedang Berat Tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan asimetri.
IV Kemampuan menggerakan dahi tidak ada.
Tidak dapat menutup mata dengan sempurna.
Mulut tampak asimetri dan sulit digerakan.

Disfungsi Berat Wajah tampak asimetri.


V Pergerakan wajah tidak ada dan sulit dinilai.
Dahi tidak dapat digerakan.
Tidak dapat menutup mata.
Mulut asimetri dan sulit digerakan.

Total Parese Tidak ada pergerakan


VI
Uji Diagnostik
1. Pemeriksaan Saraf motorik
○ Pemeriksaan terhadap 10 otot utama wajah

2. Pemeriksaan Tonus
○ Tonus otot menentukan kesempurnaan terhadap mimik wajah

3. Gustatometri
○ Pemeriksaan fungsi pengecapan pada 2/3 anterior lidah

4. Pemeriksaan Salivasi
○ Pemeriksaan sekresi saliva
Pemeriksaan fungsi N.
Fasialis
Tujuan :
 Menentukan letak lesi
 Menentukan derajat kelumpuhan

Pemeriksaan fungsi saraf motorik


Cara :
 Membandingkan 10 otot utama wajah kanan-kiri
 Melakukan pengamatan yang seksama terhadap kelainan wajahnya, baik
gerakan disadari maupun yang tidak disadari /emosional)
● 10 otot : Fungsi Motorik
1. M. frontal 1 2
3 4
2. M. sourcillier 5
6
7 8
3. M. piramidalis 9 10

4. M. orbikularis okuli

5. M. Zigomatikus

6. M. relever komunis
1 2 3 4 5
7. M. businator

8. M. orbikularis oris

9. M. triangularis

10. M. mentalis

6 7 8 9 10
House-Brackmann I

I (normal) Normal symmetrical function in all areas


House-Brackmann II
 Gross : kelemahan sedikit pada inspeksi dekat, sedikit sinkinesis
II  At rest : simetris dan selaras
Mild dysfunction/  Motion :
barely noticeable)  Forehead : sedang-baik
 Eye : menutup mata dengan usaha minimal
 Mouth : asimetris
House-Brackmann III
 Gross : terlihat tapi tidak tampak perbedaan antara kedua sisi,
III adanya sinkinesis, dapat ditemukan spasme atau kontraktur
Moderate dysfunction/ hemifasial
 At rest : simetris dan selaras
obvious difference
 Motion :
 Forehead : ringan-sedang
 Eye : dengan usaha
 Mouth : sedikit lemah dengan pergerakan maksimum
House-Brackmann IV

Gross : tampak kelemahan bagian wajah yang jelas dan


IV asimetri
Moderately severe Motion :
dysfunction  Forehead : tidak ada
 Eye : tidak dapat menutup mata dengan sempurna
 Mouth : tampak asimetris dan sulit digerakkan
House-Brackmann V
Gross : wajah tampak asimetris, pergerakan wajah tidak
ada dan sulit dinilai,
V
Motion :
Severe  Forehead : tidak dapat digerakkan
dysfunction  Eye : tidak dapat menutup mata
 Mouth : tidak simetris dan sulit digerakkan
House-Brackmann VI
VI
Tidak ada pergerakkan
Total paralysis
5. Schimer test atau Naso-Lacrimal reflex
Pemeriksaan fungsi serabut-serabut sensoris pada nervus fasial

6. Pemeriksaan reflex stapedius


Pemeriksaan dengan menggunakan alat elektroakustik impedans meter.

7. Uji Audiologik
Uji hantaran udara, hantaran tulang, timpanometri, reflek stapedeus

8. Memeriksa ada tidaknya sinkinesis


Komplikasi dari parese nervus fasialis yang sering ditemui

9. Memeriksa ada tidaknya hemispasme


Komplikasi pada penyembuhan parese nervus fasialis
Pemeriksaan Penunjang
1. EMG
2. ENOG
3. Uji stimulasi maksimal
Penatalaksanaan
Parese N. VII
Fisioterapi:
-heat theraphy, face massage, facial exercise
-electrical stimulation
Farmakologi:
-asam nikotinik
-vasokonstriktor, antimikroba
-steroid
-sodium kromoglikat
-antivirus
c.Pengobatan Psikofisikal
Pengobatan Sekuele (gejala sisa)
a. Depresi
b. Nyeri
c.perawatan mata
Operatif
Komplikasi
1.Kontraktur atau sinkinesis (gerakan yang berhubungan)
dalam otot-otot mimik wajah.

2.Sindrom air mata buaya (refleks gastrolakrimalis


paradoksikal)
Kesimpulan
Kelumpuhan nervus fasialis  meliputi otot-otot wajah, dapat
terjadi sentral dan perifer.
Kelumpuhan  diakibatkan oleh kelainan congenital, infeksi,
tumor, trauma, gangguan pembuluh darah, idiopatik, dan penyakit-
penyakit tertentu  mengakibatkan deformitas kosmetik dan
fungsional yang berat.
Kelainan ini dapat diobati dengan fisioterapi, farmakologi, dan
psikofisikal serta operasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjarifuddin, Bashiruddin J, Bramantyo B. Kelumpuhan Nervus Fasialis Perifer. Dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6 th ed. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 2007: Hal. 114-
117
2. K.J.Lee. Essential Otolaryngology and Head and Neck Surgery. IIIrd Edition, Chapter 10 : Facial Nerve
Paralysis, 2006.
3. Facial Nerve Anatomy : Diakses dari http/facialparalysisinstitute.com. August 2021.
4. SM. Lumbantobing. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta : Balai Penerbit FK-UI, 2006.
5. Peter Duus. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala. Jakarta : Balai Pustaka, 1996.
6. John YS Kim. Facial Nerve Paralysis. Diakses dari www.emedicine.com/plastic/topic522.htm. August 2021.
7. May, Mark and Barry M. Schaizkin. The Facial Nerve. New York : Thieme, 2000.
8. Fangfang wu et.al., Vitamin B12 Enhances Nerve Repair and Improves Functional Recovery After Traumatic
Brain Injury by Inhibiting ER Stress-Induced Neuron Injury. Wenzhou Medical University, 2019.
9. Qiang li, et.al., Clinical features and outcomes of delayed facial palsy after head trauma, Lanzhou University
Second Hospital, 2016.
10. Liping Li, et.al., Outcomes of pediatric delayed facial palsy after head trauma. Cangzhou Central Hospital.
2017.
 
  Parese fasialis sentral Parese fasialis perifer
Riwayat Biasanya terlihat pada orang tua, onset akut, tiba- Dapat terjadi pada semua usia; sering disertai dengan
tiba; biasanya disertai dengan hemiparesis terutama nyeri retroauricular; Kelemahan terjadi selama satu
pada ekstremitas atau dua hari, bukan tiba-tiba

Wajah saat istirahat Biasanya normal Sering normal; terjadi parese fasial komplit perifer

Pemeriksaan otot-otot Kelopak mata selalu benar tertutup ketika pasien Pada parese komplit, pasien dapat benar-benar menutup
wajah menutup mata; cabang frontal yang terkena selalu mata yang terkena (meskipun ini masih mungkin pada
jauh lebih sedikit lesi parsial CN VII); cabang frontal dipengaruhi pada
tingkat yang sama sebagai sisa saraf

Pemeriksaan tambahan Mungkin ada gejala penyerta, kelemahan ipsilateral Pengecapan yang hilang di sisi ipsilateral dari dua
lidah, atau hemiparesis pada tungkai ipsilateral pertiga anterior lidah; berkurang lakrimasi dan air liur;
electromyography menunjukkan denervasi
FAKTOR RESIKO

 Fertilisasi in • Teknik ini dirancang untuk meningkatkan kemungkinan hamil, tetapi teknik ini juga
vitro meningkatkan kemungkinan gestasi multijanin. Secara umum, dengan IVF, semakin banyak
jumlah zigot yang dipindahkan, semakin besar risiko janin kembar dua atau multipel.

 Fertilisasi in • Sebagai penentu terjadinya kehamilan kembar, riwayat keluarga dari pihak ibu lebih penting
vitro dari ayahnya. Wanita yang bukan kembar, tetapi yang suaminya merupakan kembar dizigot,
melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 set per 116 kehamilan. Sedangkan wanita yang
merupakan kembar dizigot melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 set per 58 kelahiran.

Anda mungkin juga menyukai