Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

CEDERA KEPALA
RINGAN
PRESENTAN : Ayu Permata Sari Br Tarigan, S.ked
2006112021
PEMBIMBING : dr. Ichwanuddin, Sp.S
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat
kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau
BAB 1
benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
PENDAHULU
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan AN
fungsi fisik. Cedera kepala jika dinilai dengan skala universal yaitu GCS,
diklasifikasin menjadi CKR, CKS, dan CKB.

Trend peningkatan kejadian cedera kepala dipengaruhi oleh


berbagai faktor, diantaranya perubahan populasi penduduk disuatu
wilayah, perkembangan modalitas transportasi, budaya masyarakat, dan
kemajuan teknologi yang mempengaruhi gaya hidup masyarakat.
Di Indonesia, cedera kepala Kejadian cedera kepala di Indonesia setiap
tahunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah diatas , 10%
penderita meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Dari pasien yang sampai di
rumah sakit , 80% dikelompokan sebagai cedera kepala ringan, 10 % termasuk
cedera sedang, dan 10 % termasuk cedera kepala berat. 10%
80% CKS
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, sehingga diharapkan para CKR
dokter mempunyai pengetahuan praktis untuk melakukan pertolongan pertama pada
penderita. Tindakan pemberian oksigen yang adekuat dan mempertahankan
10%
tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak dan menghindarkan terjadinya
CKB
cedera otak sekunder merupakan pokok-pokok tindakan yang sangat penting untuk
keberhasilan kesembuhan penderita. Sebagai tindakan selanjutnya yang penting
setelah primary survey adalah identifikasi adanya lesi masa yang memerlukan
tindakan pembedahan, dan yang terbaik adalah pemeriksaan dengan CT Scan 500.000 Kasus di Indonesia
kepala.
BAB 2
LAPORAN
KASUS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada
21 Tahun/belum tanggal 31 Mei 2021 pukul 07.30 WIB di bangsal
kawin/Pelajar

Islam/Aceh/Buket sentang, Keluhan utama


Lhoksukon, Aceh Utara • Keluar darah dari hidung dan mulut
MRS: 28
Tn. J/♂/RM. Mei 2021
16.71.85 KRS: 4 Juni
2021 Keluhan tambahan

• Nyeri bahu kiri


RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG/RPS
Pasien datang ke instalasi gawat darurat RSUD Cut Meutia Aceh Utara pukul 23.50 atas rujukan dari Puskesmas Lhoksukon dengan
ambulance Post kecelakaan lalu lintas ±1 jam yang lalu dengan keluhan nyeri kepala (VAS: 4), nyeri dan keluar darah dari hidung (VAS:
4), batuk berdarah dan nyeri pada bahu sebelah kiri (VAS: 5). Awalnya os terjatuh dari sepeda motor saat mengelak dari ibu-ibu yang
menyebrang. Os terjatuh dengan posisi telungkup dan masih mengenakan helm. Kemudian os tidak sadarkan diri selama ±10 menit.
Setelah sadar os tidak muntah dan mengeluhkan mual, tangan kiri sulit digerakkan, darah yang keluar dari hidung dan nyeri kepala.
Cairan keluar dari telinga, kejang dan lupa pada ingatan disangkal oleh pasien dan wali pasien. Kemudian os dibawa ke puskesmas
Lhoksukon lalu dirujuk ke RSUD Cut Meutia Aceh Utara dengan kondisi sadar penuh. Saat dipindahkan ke bangsal, pasien masih merasa
nyeri kepala, mual, keluar darah dari hidung dan nyeri pada bahu kiri. Pasien mengakui tidak mengantuk saat mengendarai kendaraan
tersebut, tidak melakukan aktivitas berat yang membuatnya kelelahan atau adanya riwayat bergadang sehari sebelumnya. Gangguan
pendengaran disangkal, penglihatan double disangkal. Keluhan hari ini dibangsal intensitas nyeri pada bahu kiri menurun (VAS: 3) namun
masih sulit digerakkan. Terasa lendir ditenggorokan lalu dibatukkan dan masih terdapat darah menggumpal setengah jari telunjuk pasien
dengan frekuensi 4x. Pagi ini darah keluar dari hidung sebanyak 1x dengan total tisu 4 lembar yang basah. Pasien merasakan dada terasa
sedikit sesak saat posisi tidur terlentang dan ringan saat posisi kepala dan dada lebih tinggi dari posisi badan.
RPD RPK RPO
Riwayat gejala serupa: Tidak ada yang terkait dengan Tidak ada yang terkait dengan
disangkal keluhan pasien keluhan pasien

Riwayat epilepsi: disangkal

Riwayat gangguan jiwa:


disangkal

Operasi sebelumnya:
disangkal

Trauma: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
(31 MEI 2021/07:30 WIB)

140/90 90 x/ 20 x/ 36,7 °C
Sakit
sedang Menit, menit, (non
mmHg regular contact)
reguler

Kooperasi : Kooperatif
Sikap : Berbaring aktif
Keadaan gizi : Baik
Postur : Atletikus
MATA
KEPALA: Normochephali , konjungtiva anemis (-/-), hiperemis
rambut hitam (-/-), sklera ikterik (-/-),
HIDUNG: deviasa septum eksoftalmus(-/-)
nasal ke arah dextra.
MULUT: sianosis(-),
Perdarahan gusi(-), lidah THORAX
kotor (-) I : Bentuk dan pergerakan
pernafasan simetris.
P : Fremitus taktil dada kanan dan
LEHER : Pembesaran KGB (-) kiri sama.
P : Sonor dada kanan dan kiri
A: wheezing (-/-), rh (-/-)
ABDOMEN
I: Normal
P: hepar dan lien tidak teraba,
tidak ada nyeri tekan
P: Timpani
A: Peristaltik (+)
COR
I: Iktus cordis tidak tampak
P: Iktus cordis tidak teraba
EXTREMITAS : P: Batas jantung dalam batas normal
Akral : clubbing finger (-), hangat A: Bunyi jantung I-II murni,
(+/+), edema (-), sianosis (-) murmur (-), gallop (-)

St. generalis: V.excoratum a/r shoulder (s)


1. GCS: 15

• Sulit dinilai
N. I
Status 2.Pupil: isokor,
4. N. kranialis lokalis/Status bulat,2/2mm,
• Lapang pandang: 1/60 RCL (+/+)
• Ketajaman penglihatan(ishihara): tidak dilakukan Neurologis
• Snellen chart: tidak dilakukan
N. II • Funduskopi: tidak dilakukan

• RCTL (+/+) 3. TRM: Kaku


• Gerak bola mata (medial,lateral): normal kuduk (-), Laseque
>70◦/>70◦, kernig
• Celah kelopak mata (ptosis, strabismus, dll): tidak
N.III,1V,VI >135◦/>135◦
ditemukan
• SENSORIK: Sensasi a/r Oftalmica-maxilla-mandibula (+), rf.Kornea (mengedip (+))
• MOTORIK: membuka mulut (deviasi (-)), gerakan rahang mengunyah (dbn+Kontraksi M.masseter+Kontraksi M.Temporalis)
N.V

• SENSORIK: pengecapan 2/3 lidah anterior (tidak dilakukan)


• MOTORIK: mengerutkan dahi, mengangkat alis simetris, menggembungkan pipi, menggigit, mencucurkan mulut (normal) kesan parese (negatif)
N.VII
• Mendengarkan suara jarak 1 meter (+)
• Tes rinne, weber dan schwabach: tidak dilakukan
NVIII • Vestibularis (Romberg test): tidak dilakukan

• MOTORIK: Gag reflek: tidak dilakukan


• SENSORIK: Pengecapan 1/3 lidah posterior: tidak dilakukan
N.IX

• Rf. Menelan: normal


• Reflek batuk (+)
N.X

• Memalingkan kepala (M. Sternocleidomastoideus): (+/+)


• Mengangkat bahu (M. Trapezius): (+/sulit dinilai)
N.XI
• Menjulurkan lidah (+)
• Melawan tahanan dengan lidah (+)
N.XII • Bentuk: normal
5. MOTORIK

Babinski (negatif)
PERGERAKAN OTOT

Reflek patologis
TONUS
KEKUATAN OTOT

Reflek fisiologis
Chaddock (negatif)
B (+2) B (+2) Openheim (negatif)
Bebas Terbatas 5555 (sd)445 eutonus eutonus Gordon (negatif)
T (+2) T (+2)
Bebas Bebas 5555 5555 Hoffman-tromner
eutonus eutonus P (+2) P (+2) (negatif)
A (+2) A (+2)

6. SENSORIK 7. OTONOM
EXTEROSEPTIK (raba/nyeri): baik BAB: Inkontinensia (-)
PROPRIOSEPTIK (gerak/sikap): baik BAK: Inkontinensia (-)
Hidrosis: tidak dilakukan
Fungsi seksual: tidak ditanyakan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
2. CT-SCAN KEPALA TANPA KONTRAS

KLINIS : Head Injury GCS 15


• Tak tampak lesi hipodens atau hiperdens pada parenkim otak

• Differensiasi substansia alba dan substansia grisea tampak normal

• Sulkus kortikalis dan fissure Sylvii tampak sempit

• Ventrikel lateral kanan-kiri, III dan IV tampak normal

• Cisterna perimesencephalic tampak normal

• Tak tampak midline shifting

• Pons dan cerebellum baik

• Tampak fraktur os nasal

KESAN :
 Tak tampak infark maupun perdarahan intracranial

 Gambaran brain swelling

 Fraktur os nasal
3. FOTO THORAKS AP

KLINIS : Head Injury


 COR: Besar, bentuk dan letak jantung dalam batas normal

 PULMO: Corakan vaskular tampak normal

 Tak tampak bercak pada kedua lapangan paru

 Hemidiafragma kanan setinggi costa 10 posterior

 Sinus costofrenikus kanan kiri lancip

KESAN :

Cor tak membesar

Tak tampak gambaran contusion pulmo


DIAGNOSA TATALAKSANA
 IVFD Asering 20 gtt/i
Diagnosa Klinis : Cedera kepala ringan/CKR,  Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
Hematemesis, Epistaksis, Vulnus excoriasi a/r  Inj. Citicoline 250 mg /12 jam
shoulder (s), Fraktur Nasal, cephalgia  Inj. OMZ 1 vial/12 jam

Diagnosa Etiologi : Trauma  Inj. Kalnex 1 amp/8 jam


 Inj. Dexametasone 1 amp/12 jam
Diagnosa Topis : os Nasal Oral
 Vastigo 2x1
 Capcam 2x1
(Pct 300 mg, meloxicam 7,5 mg)
RESUME
Pasien, Tn. J, laki-laki 21 tahun, dating dengan keluhan utama keluar darah dari hidung dan mulut
terus menerus setelah jatuh dari sepeda motor dengan posisi telungkup ke aspal. Nyeri sedang pada hidung
dengan VAS 4. Nyeri kepala sedang dengan VAS 4. nyeri pada bahu kiri dengan VAS 4. Didapatkan
riwayat pingsan ±10 menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis E4M6V5, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 90 x/menit irama regular, suhu
badan 36,7◦C, pernafasan 20 x/menit. Terdapat vulnus excoratum di regio shoulder posterior sinistra. Nyeri
tekan pada septum nasal. Kekuatan otot dan pergerakan pada tangan kiri sulit dinilai dan terbatas karena
mengeluh nyeri. Pada hasil lab didapatkan leukositosis. CT-Scan kepala didapatkan hasil fraktur os nasal
dan gambaran brain swelling.
PROGNOSIS

Ad functionam : dubia ad bonam BAB 3


Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad vitam : dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
CEDERA KEPALA
Definisi

Menurut Brain Injury Association of America,


cedera kepala adalah suatu kerusakan pada
kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau
benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi
atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.
Tengkorak/Skull adalah tulang kerangka dari kepala
yang disusun menjadi dua bagian yaitu

1. kranium (kalvaria) yang terdiri atas delapan


tulang: 2 keping os parietal, 1 keping os
occipital, 1 keping os frontal, 2 keeping os
sphenoid, 2 keping os temporal

2. kerangka wajah yang terdiri atas empat belas


tulang.
KLASIFIKASI TRAUMA KAPITIS

Patologi
1. Komosio serebri
2. Kontusio serebri
3. Laserasio serebri

Lokasi lesi
4. Lesi diffus
5. Lesi kerusakan vaskuler otak
6. Lesi fokal
o Kontusio dan laserasi serebri
o Hematoma intrakranial

Derajat kesadaran berdasarkan SKG


PENYEBAB CEDERA KEPALA

 Jatuh – 35,2% Jatuh adalah penyebab paling umum cedera kepala,


terutama terjadi pada anak-anak yang sangat muda
 Cedera akibat kendaraan bermotor – 17,3%
dan kelompok usia dewasa yang lebih tua. Jatuh
 Tidak disengaja terbentur sesuatu – 16,5% adalah penyebab utama kedua kematian pada cedera
kepala yang paling sering terjadi pada orang berusia
 Kekerasan - 10%
di atas 65 tahun. Usia menentukan baik buruknya
 Lainnya - 21% prognosis, pada jenis cedera kepala manapun,
dibandingkan karena penyebab cedera tertentu
PATOFISIOLOGI CEDERA KEPALA
PENEGAKKAN DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS Dari hasil foto, perlu diperhatikan kemungkinan


adanya fraktur :
 Trauma kapitis dengan/tanpa gangguan
• linier
kesadaran atau dengan interval lucid
• impresi
 Perdarahan/otorrhea/ rhinorrhea • terbuka/tertutup
 Amnesia Traumatika (retrograde/anterograd)
5. CT Scan Otak : untuk melihat kelainan yang
mungkin terjadi berupa
2. Hasil pemeriksaan klinis Neurologis
• Gambaran kontusio
3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, • Gambaran edema otak
tangensial • Gambaran perdarahan (hiperdens)
•Hematoma epidural
4. Foto lain dilakukan atas indikasi
•Hematoma subdural
termasuk foto servikal. •Perdarahan subarakhnoid
•Hematoma intraserebral
PEMERIKSAAN KLINIS UMUM DAN
NEUROLOGIS

• Penilaian Kesadaran berdasarkan skala koma Glasgow (SKG) • Refleks kornea

• Penilaian fungsi vital tensi, nadi, pernafasan • Dolls eye phenomen

• Otorrhea, Rhinorrhea • Monitor pola pernafasan:

• Ecchymosis periorbital bilateral Eyes/ hematoma kaca mata cheyne stokes lesi di hemisfer

• Ecchymosis mastoid bilateral/Battles Sign central neurogenic hyperventilation : lesi di

• Gangguan fokal neurologik mesensefalon - pons

• Fungsi motorik : lateralisasi. kekuatan otot apneustic breath : lesi di pons

• Refleks tendon, refleks patologis ataxic breath : lesi di medulla oblongata

• Pemeriksaan fungsi batang otak: • Gangguan fungsi otonom

• Ukuranbesar, bentuk, isokor I anisokor & reaksi pupil • Funduskopi


PENANGGULANGAN TRAUMA
KAPITIS AKUT
Penanganan emergensi sesuai dengan beratnya trauma kapitis (ringan, sedang, berat) berdasarkan urutan :

1. Survei Primer, gunanya utk menstabilkan kondisi pasien, meliputi tindakan tindakan sbb

A= Airway (Jalan nafas) Bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut dan mengeluarkan darah

B =Breathing (pemafasan) Pastikan pemafasan adekuat, Bila perlu, berikan Oksigen sesuai dengan
kebutuhan dengan target saturasi 02 > 92%

C =Circulation (sirkulasi) Pertahankan Tekanan Darah Sistolik > 90 mmHg, Pasang sulur intravena.
Berikan cairan intravena drip, NaCI 0,9% atau Ringer, Bila perlu berikan obat vasopresor dan I inotropic
Perhimpunan Dokters Spesialis Saraf Indonesia. Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal. Jakarta: PERDOSSI dan Bagian Neurologi FKUI/RSCM; 2006
D = Disability (yaitu untuk mengetahui lateralisasai dan kondisi . umum dengan pemeriksaan cepat status
umum dan neurologi )

1. Tanda vital : tekanan darah, nadi, pemafasan, suhu

2. Skala koma Glasgow Pupil : ukuran, bentuk dan refiek cahaya

3. Pemeriksaan neurologi cepat : hemiparesis, refleks patologis

4. Luka-luka

5. Anamnesa : AMPLE (Allergies, Medications, Past Illnesses, Last Meal, Event I Environment related to
the injury)
2. Survei Sekunder, meliputi pemeriksaan dan tindakan lanjutan setelah kondisi pasien stabil.

E = Laboratorium

Radiologi: Foto polos kepala, posisi AP, lateral, tangensial CT scan otak. Foto lainnya sesuai indikasi (termasuk
foto servikal)

F = Manajemen Terapi
 Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai indikasi

 Siapkan untuk masuk ruang rawat

 Penanganan luka-luka

 Pemberian terapi obat-obatan sesuai kebutuhan


KASUS RINGAN (Simple Head Injury)

1. Pemeriksaan status umum dan neurologi

2. Perawatan luka luka

3. Pasien dipulangkan dengan pengawasan ketat oleh keluarga selama 48 jam

Bila selama di rumah terdapat hal-hal sebagai berikut :

 Pasien cenderung mengantuk

 Sakit kepala yang semangkin berat

 Muntah proyektil maka pasien harus segera kembali ke rumah sakit.

Pasien perlu dirawat apabila ada hal-hal berikut:

 Ada gangguan orientasi (waktu, tempat)

 Sakit kepala dan muntah

 Tidak ada yang mengawasi di rumah

 Letak rumah jauh atau


INDIKASI OPERASI PENDERITA TRAUMA
KAPITIS

1. EDH (epidural hematoma)


a. > 40 cc dengan midline shifting pada daerah temporal/frontal/parietal dengan fungsi batang otak
masih baik.

b. > 30 cc pada daerah fossa posterior dengan tandatanda penekanan batang otak atau hidrosefalus
dengan fungsi batang otak masih baik.

c. EDH progresif.

d. EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.


EDH
2. SDH (subdural hematoma)
a. SDH luas (> 40 cc I > 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih baik.

b. SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.

c. SDH dengan edema serebri/kontusio serebri disertai midline shift dengan fungsi batang otak masih baik.

3. ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma

Indikasi operasi ICH pasca trauma:


a. Penurunan kesadaran progresif.

b. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas (Cushing reflex).·

c. Perburukan defisit neurologi fokal.


SDH
SAH
4. Fraktur impresi melebihi 1 (satu) diploe.

5. Fraktur kranii dengan laserasi serebri.

6. Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intra-kranial).

7. Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK, dipertimbangan operasi dekompresi.
Laki-laki, 21 tahun datang ke IGD RSUCM Aceh Utara dengan keluhan
keluar darah dari hidung terus-menerus dan keluar darah dari mulut pada
saat batuk. Keluhan ini muncul setelah sadar dari pingsan selama 10 BAB 4
menit di PKM Lhoksukon post kecelakaaan lalu lintas dengan sepeda PEMBAHASAN
motor. Posisi pasien terjatuh yaitu terlungkup dengan menggunakan helm.
Pasien juga mengeluhkan dada terasa sesak saat posisi tidur terlentang
dan berkurang saat posisi tidur setengah duduk. Mual, muntah dan nyeri
pada kepala disangkal oleh pasien. Pasien merupakan rujukan dari PKM
Lhoksukon, setelah dilakukan primary survey melalui instalasi gawat
darurat di RSUCM Aceh utara, pasien direncakan untuk dirawat dan akan
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa CT-Scan kepala serta terapi
lanjut untuk mengetahui penyebab dan mengurangi keluhan perdarahan.
Cedera pada bagian kepala dapat dicurigai jika memiliki tanda
klinis seperti scalp wound, patah tulang diwajah, bengkak dan
memar diwajah, penurunan kesadaran, nasal discharge dan kaku
kuduk. Kesadaran ditentukan oleh interaksi kontinu antara fungsi
korteks serebri (kualitas) dengan Ascending Reticular Activating
System (ARAS) (kuantitas) yang terletak mulai dari pertengahan
bagian atas pons. ARAS menerima serabut-serabut saraf kolateral
dari jaras-jaras sensoris dan melalui thalamic relay nuclei
dipancarkan secara difus ke kedua korteks serebri. ARAS
bertindak sebagai suatu tombol off-on, untuk menjaga korteks
serebri tetap sadar (awake).
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan
derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas,
awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat mengganggu interaksi
ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial, subtentorial dan
metabolik akan mengakibatkan menurunnya kesadaran. Perubahan fisiologis
yang terjadi pada pasien dengan gangguan kesadaran antara lain pada
pemenuhan kebutuhan dasar yaitu gangguan pernafasan, kerusakan mobilitas
fisik, gangguan hidrasi, gangguan aktifitas menelan, kemampuan
berkomunikasi, gangguan eliminasi. Periode hilangnya kesadaran sesaat berarti
hilangnya kesadaran intermiten dan muncul secara mendadak dari pasien yang
sebelumnya telah sadar penuh. Hal ini disebabkan penurunan aliran darah ke
otak secara akut (syncope) ataupun gangguan aktivitas elektrik pada otak.
Trauma secara langsung akan menyebabkan cedera yang
disebut lesi primer. Lesi primer ini dapat dijumpai pada kulit
dan jaringan subkutan, tulang tengkorak, jaringan otak, saraf
otak maupun pembuluh-pembuluh darah di dalam dan di
sekitar otak. Fraktur yang mengenai lamina kribriform dan
daerah telinga tengah dapat menimbulkan rinoroe dan otoroe
(keluarnya cairan serebro spinal lewat hidung atau telinga).
Pada dasar tengkorak dapat merobek atau menimbulkan
aneurisma a. karotis interna dan terjadi perdarahan lewat
hidung, mulut dan telinga.
Pemeriksaan untuk menunjang keluhan berupa CT-Scan kepala dengan tujuan untuk mencari asal dari
perdarahan apakah berasal dari struktur tengkorak (kepala). Setelah diperiksa, didapatkan kesan fraktur pada
nasal dan struktur dikepala dalam batas normal. Hal ini dapat disebabkan dari posisi jatuh pasien berdasarkan
alonamnesa yaitu terlungkup tanpa diketahui jarak terhempas dari sepeda motor. Keluarnya darah dari hidung
bisa diakibatkan oleh terkenanya pembuluh darah di sekitar hidung yaitu a. ethmoidale anterior dan plexus
kiesselbach. Darah yang keluar saat batuk dapat berasal dari robeknya pembuluh darah di bagian posterior
rongga hidung yaitu a. etmoidale posterior. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang.

Diagnosa kerja pasien yaitu cedera kepala ringan dengan Fr. Nasal. Cedera kepala ringan (CKR) dinilai
berdasarkan penilaian tingkat kesadaran serta hasil CT-Scan dengan tanpa lesi di struktur dan jaringan kepala.
Prognosis dapat dinilai berdasarkan Skor GCS awal, jangka waktu PTA (Post-traumatic amnesia), jenis kelamin
dan usia. Cedera kepala ringan memiliki mortality rate sebesar 0,1%, artinya dalam kasus ini berdasarkan
segala pemeriksaan dan hasilnya memiliki prognosis dubia ad bonam.
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun
degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat
mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik. Cedera pada bagian kepala dapat dicurigai jika memiliki tanda klinis
seperti scalp wound, patah tulang diwajah, bengkak dan memar diwajah, penurunan kesadaran,
nasal discharge dan kaku kuduk. Tingkat keparahan klinis dapat dinilai berdasarkan tingkat
kesadaran dengan gcs. Diagnosa dan prognosis dapat ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan
penunjang berupa ct-scan kepala.

BAB 5 KESIMPULAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai