POST SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI BSC + POST SVH (SUPRA VAGINAL HYSTERECTOMY) ATAS INDIKASI HPP + PEB + SINDROM HELLP + ANEMIA + HIPOALBUMIN Di Ruang Merpati RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Silvy Nandya S 011913243012
Mega Lestari 011913243050
PROGRAM STUDI PROFESI PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019 Tinjauan Kasus BAB 3 TINJAUAN KASUS Pembahasan PEMBAHASAN KASUS TEORI RELEVANSI Ny. S berusia 39 tahun. Usia ibu Hasil penelitian Langelo, et al Ibu dengan usia < 20 tahun masih Merupakan faktor risiko (2013) juga menunjukkan bahwa berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga kondisi hamil terjadinya HPP dan PEB. umur ibu hamil < 20 tahun dan > akan membuat dirinya harus berbagi 35 tahun berisiko 3,144 kali dengan janin yang sedang dikandung mengalami HPP. Selain itu juga, untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Umur diatas 35 tahun juga Sebaliknya Pada usia > 35 tahun tahun menjadi faktor risiko terjadinya terjadi proses degeneratif yang PEB (Denantika, Serudji and mengakibatkan perubahan sruktural dan fungsional yang terjadi pada Revilla, 2015). pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah, sehingga lebih rentan mengalami preeklampsia KASUS TEORI RELEVANSI Berdasarkan riwayat kehamilan Anemia dalam kehamilan adalah Anemia dalam kehamilan memberi ibu pada umur kehamilan 7 bulan kondisi ibu dengan kadar hemoglobin pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dibawah 11gr % pada trimester 1 dalam kehamilan, persalinan, maupun ibu periksa darah dan urine saat dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada nifas dan masa selanjutnya. Penyulit ada keluhan kaki oedema. Hasil penyulit yang dapat timbul akibat trimester 2, nilai batas tersebut dan Hb 9,4 gr/dl dan protein urine anemia adalah : keguguran (abortus), perbedaannya dengan kondisi wanita kelahiran prematurs, persalinan yang negatif. tidak hamil, terjadi karena hemodilusi, lama akibat kelelahan otot rahim di terutama pada trimester 2 dalam berkontraksi (inersia uteri), (Cunningham. F, 2005). perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin. KASUS TEORI Berdasarkan riwayat persalinan, Penanganan invasif pada Pasca operasi pasien mengalami perdarahan post partum perdarahan postpasrtum karena berupa ballon tamponade, atonia uteri sehingga dilakukan jahitan kompresi uteri, SVH angiographic arterial embolization, ligasi arteri, dan histerektomi ( Sanjaya,2008). KASUS TEORI Pada pemeriksaan Obesitas mengakibatkan antropometri IMT ibu yaitu peningkatan volume plasma 30,85 dimana ibu mengalami dan curah jantung yang akan obesitas. salah satu faktor meningkatkan tekanan risiko terjadinya PEB darah(Cunningham 2013). KASUS TEORI RELEVANSI Pada pemeriksaan didapatkan Obat antihipertensi yaitu tekanan darah ibu tidak mencapai Tekanan darah 150/90 mmHg nifedipin mulai diberikan pada 160/110 sehingga tidak diperlukan preeklampsia berat dengan pemberian anti hipertensi nifedipin.
tekanan darah ≥160/100
mmHg(WHO, 2011; Ross, 2016).. KASUS TEORI RELEVANSI Ny. R didiagnosis HPP Faktor-faktor yang memengaruhi Penyebab terbanyak dari dikarenakan atonia uteri yang kejadian atonia uteri itu sendiri perdarahan postpartum adalah menyebabkan anemia adalah uterus yang membesar, atonia uteri. Dalam persalinan persalinan diinduksi, kala 2 pembuluh darah yang ada di uterus memanjang, multiparitas. melebar yang meningkatkan sirkulasi ke arah tersebut, atonia uteri menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus dan akhirnya menyebabkan anemia. KASUS TEORI RELEVANSI Berdasarkan pemeriksaan Pemberian terapi preparat Fe: Fero Anemia ibu masih dalam koreksi Laboratorium Hb ibu masih 8,5 sulfat, Fero gluconat atau Na-fero yaitu dengan pemberian tablet tambah darah sebagai terapi hasil gr/dl dan masuk dalam kategori bisitrat secara oral untuk kolaborasi dengan dokter Obsgyn anemia sedang mengembalikan simpanan zat besi ibu (Manuaba, 2007). Pemberian preparat Fe 60mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% perbulan (Saifuddin, 2009) KASUS TEORI RELEVANSI Berdasarkan pemeriksaan Hipoalbuminemia terjadi Hipoalbumin dapat disebabkan penunjang, didapatka kadar sebagai komplikasi dari berbagai kondisi, termasuk albumin 2,5 g/dL (3,4-4,8 g/dl) Preeklampsi berat yang sindrom nefrotik, sirosis hati, gagal jantung, malabsropsi, diderita ibu. Hipoalbumin 3,4-4,8 g/dl malnutrisi, kehamilan akhir, dan adalah penurunan kadar keganasan. Meskipun demikian albumin dalam darah yang hipoalbumin kebanyakan kasus merupakan salah satu disebabkan respons inflamasi komplikasi yang umum ditemui akut dan kronik (Taufik, Allan 2009). pada penyakit ginjal kronik (Taufik, Allan 2009). KASUS TEORI RELEVANSI Pada penatalaksanaan, Ny. S hal ini sesuai dengan teori Fadlun (2013) Oleh karena itu monitoring input cairan dilakukan balance cairan (CM = bahwa perawatan yang penting pada (melalui oral maupun infuse ) dan output preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan (melalui urine) menjadi sangat CK + 500). penting. Artinya harus dilakukan cairan, karena penderita preeklampsia pengukuran secara tepat berapa jumlah dan eklampsia mempunyai risiko tinggi cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan untuk terjadinya edema paru dan melalui urine. Bila terjadi tanda-tanda oliguria. Sebab terjadinya kedua edema paru segera dilakukan tindakan keadaan tersebut belum jelas, namun koreksi. faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguria ialah : hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endothel, penurunan gradient tekanan onkotik koloid / pulmonary capillary wedge pressure. TERIMA KASIH