Anda di halaman 1dari 89

IMUNISASI/VAKSINASI

K. Pasif  imunisasi
Kekebalan yg diperoleh
dari luar tubuh
Imun
/kekebalan
K. aktif vaksinasi
Kekebalan yg dibuat
oleh tubuh sendiri
VAKSINASI :
Suatu cara utk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen.
Tujuannya :
- Untuk meningkatkan kekebalan secara aktif
thd suatu antigen  mencegah terjadinya
penyakit tertentu pd seseorang / tidak sakit
berat, tidak cacat, dan tidak meninggal
- Menghilangkan penyakit tertentu dari
populasi
Tujuan Imunisasi/vaksinasi

Melindungi seseorang terhadap


penyakit tertentu (intermediate goal)

Menurunkan prevalensi penyakit


(mengubah epidemiologi penyakit)

Eradikasi penyakit (final goal)


Imunisasi pasif &
aktif
Imunitas alami Imunitas buatan

aktif pasif pasif aktif

Pasca antibodi Suntikan Pajanan


infeksi ibu di antibodi dg
transfer Imunisasi antigen
ke janin pasif Imunisasi
aktif
Imunisasi pasif

antibodi transfer

antibodi donor antibodi resipien


(immune subject) (non-immune subject)
Imunisasi pasif
• Proteksi jangka
Kadar antibodi pendek
• mahal
• Perhatikan keamanan

injection 4 8 12 16 20minggu
of Igs
Vaksinasi

antigen
(vaksin)
diberikan pada
seorang imunisasi aktif,
telah divaksinasi
produksi Abs
Primer
Pajanan pertama kali
Ig M dng titer & daya ¯
2 macam afinitas
respons imun
Sekunder
IgG dng titer & afinitas > tinggi
Vaksinasi
Kadar antibodi

• Proteksi
jangka lama
• murah
• aman
4 8 12 16 20 minggu
Suntikan
vaksin
Jenis Vaksin
Bacterial Viral
• WHOLE CELL : • WHOLE VIRUS :
BCG Measles
Pertussis Mumps
Cholera Rubella
Live typhoid
Varicella
• TOXOID :
Tetanus Poliomyelitis IPV
Diphtheria OPV
Pertussis toxin Yellow Fever
• SURFACE Ag : Rabies
Acellular pertussis Hepatitis A
• POLYSACCHARIDE : SPLIT VIRUS
Meningo Influenza
Pneumo
RECOMBINANT
Typhim Vi
• CONJUGATE SURFACE Ag :
POLYSACCHARIDE : Hepatitis B
Hib
Vaccine Classification
Bacterial Vaccines Viral Vaccines

• BCG • Measles • OPV


Live • Mumps
Vaccines • Rubella
• Yellow
• Varicella Fever
• Diphtheria • Meningo • Influenza • Rabies
Inactivated • Tetanus • Pneumo
Vaccines • Pertussis • Hib
• Typhim Vi • Hepatitis B
• IPV • Hepatitis A
• Cholera
JADWAL IMUNISASI

Faktor-faktor
yg perlu dipertimbangkan
 mengapa Jadwal Vaksinasi
harus diatur ?

 Antibodi maternal
 Respons antibodi
 Epidemiologi
BCG
 Diberikan < 2 bulan, ulangan tidak
dianjurkan
 Tidak diberikan pada imunokompromais
 Bila diberikan pada umur >3 bulan
lakukan uji tuberkulin terlebih dahulu
 Manfaat BCG diragukan?
 daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
 70% TB berat mempunyai parut BCG
 dewasa : BTA pos 25-36% walaupun pernah
BCG
 Masa depan : ditunggu vaksin TB baru
Mengapa imunisasi
Hepatitis B harus
diberikan saat lahir?

Endemisitas
Karier kronik
Transmisi maternal
Penularan Infeksi VHB

 Perinatal/vertikal: ibu ke bayi saat lahir


 70-90% bayi yang terinfeksi menjadi kariers
 25% diantaranya meninggal
 Horizontal: bayi ke bayi/anak ke dewasa
 Parenteral, perkutan: unsafe injection,
transfusi darah
 Sexual transmission
Infeksi kronis HBV
Perjalanan penyakit

Infeksi kronis
HBV*

Hepatitis kronik Hepatitis kronik


persisten aktif
Asimtomatik
Sirosis hepatis
Karier menular
Kanker hati primer (KHP)

25% mortality rate apabila kronisitas terjadi pada masa anak-anak * 15%
mortality rate apabila kronisitas terjadi pada masa dewasa
Kariers : mempunyai risiko terjadi KHP 230 kali lipat
Bayi lahir dari ibu HbsAg negatif atau
tidak diketahui atau negatif

 HB-1 diberikan vaksin rekombinan


HB 10 mg intramuskular, dalam
waktu 12 jam setelah lahir
 HB-2 diberikan umur 1 bulan dan
dosis ketiga umur 3-6 bulan
 Apabila pada pemeriksaan
selanjutnya diketahui ibu HbsAg-nya
positif, segera berikan 0,5 ml HBIG
(sebelum 1 minggu)
Bayi lahir dari ibu HBsAg positif

 Dalam waktu 12 jam setelah lahir


 diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin
rekombinan HB secara bersamaan
 intramuskular di sisi tubuh yang berlainan
 HB-2 diberikan umur 1 bulan dan
dosis ketiga umur 3-6 bulan
Global Commitment
Program Pengembangan Imunisasi

 Eradikasi polio (ERAPO)


 Eliminasi tetanus neonatorum
 Reduksi campak
 Safety injection
 Pengembangan iptek vaksin &
alat suntik: autodestruct,
unijet, cold chain)
Polio
(OPV=oral polio vaccine)

 Polio-1 saat lahir


 untuk mendapatkan cakupan yang lebih tinggi
 diberikan di RS/RB saat sebelum pulang
 VAPP dan cVDPV
 Eradikasi polio 2006? 2008?
 Masalah surveilans AFP masih rendah
 Setelah eradikasi polio : OPV harus di ubah
menjadi IPV (inactivated polio vaccine). Kapan?
Bagaimana caranya?
Strategi

 Memutuskan rantai penularan melalui:


 Outbreak response immunization (ORI)
 Mopping up
…di daerah KLB dan sekitarnya

 Meningkatkan kekebalan kelompok


(herd immunity)
 Backlog fighting
… di luar daerah KLB
Memutuskan Rantai Penularan
Virus Polio Liar
OUTBREAK RESPONSE
 Tujuan : memberikan perlindungan terhadap anak
di sekitar kasus
 Waktu : segera (dlm72 jam)
 Lokasi : desa lokasi KLB dan sekitarnya
 Sasaran : seluruh <5 th, tanpa screening
 Vaksin : OPV 1 dosis

MOPPING UP
 Tujuan : untuk memutus transmisi
 Waktu : segera (dlm 1 bulan)
 Lokasi : Co: Prov Jabar, Prov DKI, Prov Banten
(termasuk lokasi outbreak response)
 Sasaran : sda
 Vaksin : OPV 2 dosis, interval 1 bulan
(lokasi outbreak : total 3 dosis)
Meningkatkan Herd Immunity

 Backlog Fighting

 Lokasi: desa risiko tinggi KLB


(2 thn berturut-turut) di seluruh Ind
 Waktu: 3 bulan
 Sasaran: anak usia < 3 tahun
 Vaksin: semua antigen, dengan skrining, sampai
mencapai status imm lengkap
OPV
Keuntungan Kerugian
 Risiko VAPP, resipien
 Diperoleh imunitas dan kontak
humoral dan lokal
 Risiko cVDPV
 Imunitas mukosa usus
 Kontraindikasi pd
 Pemberian mudah
imunokompromais
 Murah
 Kegagalan vaksinasi
 Herd immunity
(pada diare, muntah)
 Contact immunity
 Diperlukan cold chain
 Menimbulkan
pencemaran
IPV
Keuntungan Kerugian
 Tidak ada risiko terjadi
VAPP dan cVdPV
 Imunitas intestinal
 Imunitas konstan, tinggi,
sedang
menetap
Tidak ada contact
 Direkomendasi untuk
immunity
pasien imunokompromais
 Mahal / single dois
 Ada kemasan kombinasi
 Produksi baru
 Menimbulkan herd
immunity
 Termostabil Melnick J. Bull Who 1978;56:21-38
Tetanus

 Eliminasi tetanus neonatorum tahun 2000


(?)
 Target imunisasi tetanus 5 kali
 3 dosis saat bayi setara 2 dosis toksoid
dewasa
 dosis ke-4(18-24bl) kekebalan + 5 th
 Dosis ke-5 (masuk SD) kekebalan + 10 th
 Dosis ke-6 (keluar SD, TD atau dT) kekebalan
+ 20 th
Campak
 Data
 umur 10-12 th : 50% titer antibodi di
atas ambang pencegahan
 umur 5-7 th :29,3% pernah
menderita campak walaupun pernah
diimunisasi
 BIAS : ulangan campak saat
masuk SD
 Program : reduksi campak
Cakupan Tinggi Sepanjang Masa
• Catch-up (hanya satu kali)
– Anak umur 1-14 tahun
– Untuk memutus transmisi campak

• Keep-up (Imunisasi rutin)


– Semua bayi/anak 9-23 bulan
– Mempertahankan pemutusan transmisi
– 95% cakupan

• Follow-up (periodik)
– Umur 1-4 tahun, tiap 4 tahun
– Mempertahankan pemutusan transmisi

PAHO
Status imun pejamu

Faktor yg mempengaruhi
keberhasilan imunisasi Faktor genetik pejamu

Kualitas &kuantitas vaksin


Penyakit demam akut

Imunodefisiensi

Kontra indikasi Bumil, lekemia, limfoma,


Imunisasi obat imunosupresif/KS,
tx radiasi, antimetabolit,
bhn sitotoksik

Tx gama globulin,
transfusi darah/plasma
 KI sementara.

Riw alergi sblmnya


thd vaksin yg sama
Prosedur vaksinasi
Vaksinasi
 Memberikan vaksin (bakteri / virus hidup dilemahkan /
mati, komponen) atau toksoid
 Disuntikkan atau diteteskan ke dalam mulut

Untuk merangsang kekebalan tubuh penerima


namun dapat menimbulkan KIPI

Prosedur vaksinasi yang benar :


Merangsang kekebalan lebih baik
dan memperkecil dampak KIPI medik, non medik
Hal-hal yang terkait prosedur
vaksinasi

 Penyimpanan dan transportasi


vaksin  Cara pemberian
 dosis,
 Persiapan alat dan bahan : untuk  interval
vaksinasi dan mengatasi gawat -  lokasi,
darurat  sudut,
 Persiapan pemberian  kedalaman
 anamnesis, umur,  Pemantauan KIPI
 jarak dgn vaksinasi sebelumnya,  Sisa vaksin, pemusnahan
 riwayat KIPI, alat suntik
 indikasi kontra dan perhatian  Pencatatan (dan
khusus pelaporan)
 informed consent : manfaat,
risiko KIPI
 pemeriksaan fisik
Tatacara Imunisasi

Sebelum Imunisasi
 Memberitahukan risiko dan tidak
 Persiapan dan baca informasi produk
 Pernyataan kesediaan (Konsen)
 Kontra indikasi dan jenis vaksin
 Perubahan vaksin dan tanggal kadaluwarsa
 Jadwal imunisasi
 Berikan dengan teknik yang benar
Setelah Imunisasi
 Petunjuk pada orang tua reaksi kejadian
 Catat dalam rekam medis dan lapor
 Imunisasi keluarga
Penyediaan vaksin dan alat-alat
 Vaksin & pelarut khusus
 Termos, ice-packed, es batu
 Peralatan vaksinasi (cuci tangan, pemotong
ampul, alat suntik sekali pakai, kapas alkohol,
plester, kotak limbah)
 Alat penanganan kedaruratan
 adrenalin,
 kortikosteroid,
 oksigen
 selang dan cairan infus,
 Pencatatan : buku KIA,KMS,blangko, dll
Anamnesis / KIE

 Cek identitas, vaksinasi yang telah didapat


 Umur, jark dgn vaksinasi sebelumnya
 Informed consent : manfaat dan KIPI
 Indikasi kontra, perhatian khusus, penyakit,
obat
 KIPI vaksinasi sebelumnya
 Penanggulangan KIPI seandainya terjadi
 Rutin pediatrik
 Asupan nutrisi, miksi, defekasi, tidur
 Pertumbuhan dan perkembangan
 Jadwal vaksinasi berikutnya
Informed Consent
 Penjelasan tentang manfaat dan
risiko vaksinasi disampaikan
dengan empati
 Bukan dengan cara menghakimi
(nonjudgmental approach)
 Gunakan istilah awam dan
sederhana
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan umum
 Pemeriksaan khusus
 mencari indikasi kontra atau hal-hal
yang perlu diperhatikan
 bekas vaksinasi terdahulu
 mencari tempat/ lokasi vaksinasi yang
akan dikerjakan
Persiapan pemberian vaksin

 Cuci tangan dengan antiseptik


 Baca nama vaksin, tanggal kadaluarsa,
 Teliti kondisi vaksin apakah masih layak : warna
indikator VVM
Kocok : penggumpalan, perubahan warna
 Alat suntik : sekali pakai
 Encerkan dan ambil vaksin sebanyak dosis
 Ukuran jarum : ketebalan otot bayi / anak
 Pasang dropper botol polio dengan benar
Penempatan alat
untuk memudahkan prosedur vaksinasi
Kotak
pembuangan
jarum bekas
Kotak Form R&R
pembawa Air & sabun
vaksin untuk cuci
tangan

Tempat
sampah
Kursi pasien
Kursi vaksinator

Gambar contoh alur


Gambar Alurkerja vaksinator
Kerja Vaksinator
Ukuran jarum

Cara penyuntikan dan lokasi:


Intramuskular di paha mid-anterolateral/
m. Vastus lateralis
Neonatus
 kurang bulan / BBLR 5/8 inch (15,8 mm)
 cukup bulan 7/8 inch (22,2 -25,4 mm)
Umur 1 – 24 bulan 7/8 – 1 inch (22,2 - 25,4 mm)

1 inch = 2,54 cm
Cara mengisi alat suntik
 Peganglah botol
vaksin, bagian ujung
barel dengan tangan
kiri.
 Tariklah pangkal
piston dengan ibu
jari dan jari telunjuk
tangan kanan ke
arah bawah.
Cara melarutkan  Peganglah bagian atas
barel diantara telunjuk
vaksin dan jari tengah tangan
kanan.
 Kemudian doronglah
pangkal piston dengan
ibu jari tangan.
 Tangan kiri anda
memegang botol
kosong, dan masukkan
isi semprit tersebut
kedalamnya.
Mengatasi ketakutan dan nyeri

 Jangan menakut-nakuti anak,


 Empati jangan dipaksa dengan
dipegang kuat-kuat. Diajak bicara,
dielus-elus, ditenangkan
 Bayi baru lahir : diberi sukrosa
dilidahnya
 Tekan 10 detik sebelum disuntik
 Spray pendingin (ethyl chlorid) efek
sama dengan EMLA
 Tempel es batu 1 – 2 detik tidak
dianjurkan
Mengatasi ketakutan dan nyeri
 Krim EMLA (eutetic mixture of Local
anesthesia) 1 jam sebelum
penyuntikan, effek sampai 24 jam
 Lidocaine topikal : 10 menit sebelum
disuntik
 Anak : bernafas dalam, tiup baling-
baling, ajak bicara, bacakan cerita,
musik
 Dipijat atau digoyang-goyang sesudah
vaksinasi
Pemberian Vaksin

 Bicara pada bayi dan anak


 Tentukan lokasi penyuntikan : paha, lengan
 Posisi bayi / anak : nyaman dan aman
 Desinfeksi
 Pegang, peregangan kulit, cubitan
 Penyuntikan: dosis, sudut, kedalaman
 Tetesan: dosis, hati-hati dimuntahkan
 Penekanan bekas suntikan
 Membuang alat suntik bekas
 Penulisan tanggal vaksinasi di kolom yang sudah
disediakan
Teknik dan posisi penyuntikan

 Bayi digendong pengasuh, anak dipeluk


dipangkuan menghadap pengasuh
 Otot yang akan disuntik dalam posisi lemas
(relaks)
 Tungkai : sedikit rotasi ke dalam
 Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku
 Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan
 Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan
regangkan kulit dan subkutis, kemudian
lepaskan
 Jarum disuntikan dengan cepat
 Bila suntikan lebih dari satu kali, disuntikan
bersamaan
Posisi anak pada waktu vaksinasi

Contoh posisi yang baik


Paha dibagi 3 area untuk daerah yang
akan disuntik

Dalam posisi ini anak dapat tiba-tiba mengambil jarum dengan


tangannya yang bebas
Penetesan vaksin Polio
Teknik Pemberian Vaksin
Intramuscular
Subcutaneous e.g. hepatitis A and B,
e.g. measles, mumps, DTP
rubella, varicella

Intradermal
Oral BCG
e.g. polio
Pencatatan Vaksinasi

 Nama dagang, produsen,


 Nomer lot / seri vaksin,
 Tanggal penyuntikan
 Bagian tubuh yang disuntik
(deltoid kiri, paha kanan)
Rantai Vaksin
Kegagalan ‘Rantai Vaksin’

Faktor-faktor yang mempengaruhi


efektifitas vaksin
 Jenis Vaksin
 Keadaan saat penyimpanan sebelumnya
 Batas kadaluwarsa
 Paparan suhu yang tidak sesuai
 Lama paparan berlangsung
Vaksin = Produk Biologis

Batas Efisiensi

Jangka
Waktu

Batas
Saat Pembuatan
Kadaluwarsa
Termosensitifitas tiap-tiap
vaksin berbeda
Semakin
sensitif
 OPV
terhadap panas
 BCG,
 DT
 Hib
Semakin tahan  Tifoid oral
terhadap panas
Penyimpanan dan distribusi

Vaksin bakteri/ virus inaktif


 Vaksin yg sangat sensitif thd panas/sinar dibuat
berupa bubuk ( freeze-dried powders)
 Vaksin (yang bukan cairan) dapat disimpan di
freezer atau pd +2°C sampai +8°C
 Setelah dicampur segara disuntikkan;
buang setelah 6 jam atau setelah selesai
 Vaksin OPV simpan beku
Masa simpan vaksin
Vademicum Bio Farma Jan.2002

Jenis Vaksin Suhu Umur Vaksin


Penyimpanan
BCG +2 s/d +8°C 1 tahun
-15°s/d -25°C 1 tahun
DPT +2° s/d +8°C 2 tahun
Hepatitis B +2° s/d +8°C 26 bulan
TT +2° s/d +8°C 2 tahun
DT +2° s/d +8°C 2 tahun
OPV +2° s/d +8°C 6 bulan
-15° s/d -25°C 2 tahun
Campak +2° s/d +8°C 2 tahun
-15° s/d -25°C 2 tahun
Suhu transportasi dan
penyimpanan Vaksin

Vaksin Hepatitis B
Suhu lingkungan Imunogenitas
hilang dalam
45oC 1 jam
37oC 1 minggu
21oC 2 minggu
Vaksin Polio Oral (OPV)

 Penyimpanan
 suhu minus 20 º C potensi sampai 2 thn
 suhu 2 – 8 º C potensi hanya 6 bulan
 Setelah dibuka : dlm suhu 2 – 8º C
potensi hanya sampai 7 hari.
 Tidak beku, ada sorbitol
Bubuk vaksin.
Vaksin BCG kering

 Setelah dilarutkan,
dlm suhu 2 – 8 º C
Pelarut, cair
(bukan freezer),
hanya 3 jam

 Kering : simpan dlm


suhu 2 – 8 º C, lebih
baik dalam freezer,
Jangan kena sinar
matahari
Vaksin
Difteri Tetanus Pertusis

 Simpan dan transportasi


dalam 2 – 8 º C

Jangan dalam freezer


Vaksin Campak
 Vaksin kering
 sebaiknya simpan < 0º C atau <
8º C,
 lebih baik minus 20 º C.
 pelarut tidak boleh beku.
 Setelah dilarutkan, dlm suhu
2 – 8 º C maksimum 8 jam
Hanya Vaksin Polio Oral (Sabin),
hidup dilemahkan yang disimpan
di freezer

•Vaksin cair akan rusak bila


disimpan di dalam freezer

Vaksin kering
boleh disimpan di freezer
Cara mengetahui vaksin yang rusak
dalam penyimpanan

Amati adakah perbedaan bentuk vaksin


yang terpapar panas atau beku dengan
vaksin yang tersimpan baik,
selama kurang lebih 30-60 menit
Uji Kocok
(shake test)

Untuk menguji
apakah vaksin
sudah pernah
beku atau
belum
Vaksin yang tidak boleh
tersimpan beku
 DTP
 Hib (kecuali PRP-T)
 Hepatitis B
 Hepatitis A
 Vaksin influenza
 Pneumokokus (polisakarida & konjugasi)
 Meningokokus (polisakarida & konjugasi)
 Japanese encephalitis
 Semua vaksin rekonstitusi
 Semua vaksin kombinasi
 Pelarut vaksin
Vial Vaccine
Monitor (VVM)

Vial Vaccine
Monitor
(VVM)

Cara menguji
vaksin yang
sudah
pernah
terpapar
panas > 8°C
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Definisi KIPI

 Semua kejadian sakit dan kematian yang


terjadi dalam kurun satu bulan setelah
imunisasi

 Diperkirakan sebagai akibat dari imunisasi


Klasifikasi KIPI

 Klasifikasi Lapangan
(Field Classification, WHO 1999)

 Klasifikasi Kausalitas
(Evidence Bearing on Causality, IOM
1991&1994)
Klasifikasi Lapangan, WHO
1999
 Reaksi Vaksin
 Kesalahan Program / Teknik
Pelaksanaan Imunisasi
 Reaksi Suntikan
 Kebetulan
 Tidak diketahui

Klasifikasi lapangan
dipakai pd pencatatan &
pelaporan KIPI
KIPI Reaksi Vaksin

 Reaksi vaksin yang biasa & ringan


(“normal”)

 Reaksi vaksin langka/ jarang


Reaksi vaksin yg jarang, interval onset & perkiraan rate KIPI
Vaksin Reaksi vaksin Interval onset Rate KIPI / 1juta
BCG Limfadenitis supuratif 2 – 6 bulan 100 – 1000
Osteitis BCG 1 – 12 bulan 1 – 700
Infeksi BCG disiminata 1 – 12 bulan 2
HiB Belum pernah ada laporan - -
Hepatitis B Anafilaksis 0 – 1 jam 1–2
Campak / MMR Kejang demam 5 – 12 hari 333
Trombositopenia 15 – 35 hari 33
Reaksi anafilaktoid ~10
Syok Anafilaksis 0 – 1 jam 1 – 50
Ensefalopati <1

OPV Lumpuh layu berkaitan dg vaksin (VAPP) 4 – 30 hari 1,4 – 3,4

Tetanus Neuritis Brakhial 2 – 28 hari 5 – 10


Anafilaksis 0 – 1 jam 0.4 – 10
Abses steril 1 – 6 minggu 6 - 10
Tetanus-difteria Sama dengan tetanus
Pertusis Menangis terus menerus > 3jam 0 – 24 jam 1.000- 60.000
Kejang demam 0 – 3 hari 570
Keadaan hipotonik-hiporesponsif 0 – 24 jam 570
Anafilaksis 0 – 1 jam 20
Ensefalopati 0 – 3 hari 0-1
KIPI Kesalahan Program (1)
Kesalahan Program Perkiraan KIPI
Tidak steril Infeksi
 Pemakaian ulang alat  Abses lokal di daerah
suntik / jarum suntikan
 Sterilisasi tidak sempurna  Sepsis, sindrom syok
 Vaksin / pelarut toksik,
terkontaminasi  Infeksi penyakit yg
 Pemakaian sisa vaksin utk ditularkan lewat darah :
beberapa sesi vaksinasi hepatitis, HIV
 Abses lokal karena
kurang kocok
Salah pakai pelarut vaksin
 Efek negatif obat mis.
 Pemakaian pelarut vaksin insulin
yg salah
 Kematian
 Memakai obat sebagai
vaksin atau pelarut vaksin  Vaksin tidak efektif
KIPI Kesalahan Program (2)
Kesalahan Program Perkiraan KIPI

Penyuntikan salah
tempat  Reaksi lokal /
 BCG subkutan abses
 DPT/DT/TT kurang  Reaksi lokal /
dalam abses
 Suntikan di bokong
 Kerusakan N
Transportasi / Sciaticus
penyimpanan
vaksin tidak benar  Reaksi lokal akibat
vaksin beku
Mengabaikan indikasi  Vaksin tidak aktif
kontra (tidak potent)
 Tidak terhindar dari
reaksi yg berat
KIPI Reaksi Suntikan

Reaksi suntikan langsung


Rasa sakit, bengkak & kemerahan

Reaksi suntikan tidak langsung


Rasa takut
Nafas tertahan
Pernafasan sangat cepat
Pusing, mual/muntah
Kejang
Sinkope
KIPI Kebetulan
(koinsidens)
 Kejadian yang timbul, terjadi secara kebetulan
setelah imunisasi

 Ditemukan kejadian yang sama di saat


bersamaan pada kelompok populasi setempat
tetapi tidak diimunisasi

Vaksin disalahkan sebagai penyebabnya


KIPI Penyebab Tidak Diketahui

 Kejadian yang dilaporkan belum dapat


dikelompokkan ke dalam salah satu
penyebab

Dibutuhkan kelengkapan informasi lebih lanjut


Deteksi dan pelaporan

Tujuan
 Deteksi dini dan respons yang cepat &
tepat terhadap kejadian KIPI, untuk
meminimalkan dampak negatif terhadap
program imunisasi & kesehatan
 Indikator kualitas program imunisasi,
meningkatkan kredibilitas program
imunisasi

 Menampilkan data aktual tentang risiko


imunisasi di suatu negara
Pelaporan KIPI

 Identifikasi Kesalahan program


 Koreksi
 Mencegah

 Menilai kredibilitas program imunisasi


 Membedakan koinsidens dengan kejadian lainnya
 Usaha efektif untuk memonitor keamanan vaksin
 Kesadaran akan risiko vaksin di kalangan profesi dan
masyarakat
Alur Tatalaksana KIPI
Penemuan kasus Informasi dari
ortu / masyarakat
24 jam identitas
Pelacakan tunggal/kelompok Petugas kes
ada kasus lain
klasifikasi Kepala Puskesmas
Analisis Komda PP-KIPI
penyebab
pengobatan
Tindak lanjut komunikasi Puskesmas
perbaikan mutu pelayanan
tatalaksana kasus Evaluasi
Evaluasi pemantauan KIPI
Kesimpulan
 KIPI adalah risiko program imunisasi

 Pelaksanaan imunisasi yang baik


akan mengurangi KIPI

 Diperlukan pengetahuan imunisasi


yang mendalam

 Penanganan KIPI yang baik dan


komprehensif akan menunjang
program imunisasi yang baik pula

Anda mungkin juga menyukai