Anda di halaman 1dari 29

Titi dwi suprapti

Pengertian
 Carsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring
yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar
yang terdapat di nasofaring yang disbabkan oleh Virus
Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab
utama timbulnya penyakit ini
 Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang
paling banyak di THT. Sebagian besar klien datang ke
THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.
 Carsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yag
tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di
fossa rossermuler dan atap nasofaring (Efiaty dan
Nurbaiti, 2001).
Mediator yang berpengaruh untuk timbulnya Ca Nasofaring :

1. Ikan asin, makanan yang diawetkan dan


nitrosamine.
2. Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan
dan kebiasaan hidup.
3. Sering kontak dengan Zat karsinogen (
benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia, asap
industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
4. Ras dan keturunan (Malaysia, Indonesia)
5. Radang kronis nasofaring
6. Profil HLA
C. Tanda dan Gejala
Simtomatologi ditentukan oleh hubungan anatomic
nasofaring terhadap hidung, tuba Eustachii dan dasar
Tengkorak:
1. Gejala Hidung
Epistaksis : rapuhnya mukosa hidung sehingga
mudah terjadi perdarahan. Sumbatan hidung.
Sumbatan menetap karena pertumbuhan tumor
kedalam rongga nasofaring dan menutupi koana,
gejalanya : pilek kronis, ingus kental, gangguan
penciuman.
2. Gejala telinga
Kataralis/ oklusi tuba Eustachii : tumor mula-mula dofosa
Rosen Muler, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan
penyumbatan muara tuba (berdengung, rasa penuh,
kadang gangguan pendengaran) Otitis Media Serosa
sampai perforasi dan gangguan pendengaran
3. Gejala lanjut
Limfadenopati servikal : melalui pembuluh limfe, sel-sel
kanker dapat mencapai kelenjar limfe dan bertahan disana.
Dalam kelenjar ini sel tumbuh dan berkembang biak
hingga kelenjar membesar dan tampak benjolan dileher
bagian samping, lama kelamaan karena tidak dirasakan
kelenjar akan berkembang dan melekat pada otot sehingga
sulit digerakkan.
E. Pembagian Karsinoma Nasofaring
1. Menurut Histopatologi :
a) Well differentiated epidermoid carcinoma.
• Keratinizing
• Non Keratinizing.
b) Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic
carcinoma
• TransitionaL
• Lymphoepithelioma.
c) Adenocystic carcinoma
2. Menurut bentuk dan cara tumbuh
a) Ulseratif
b) Eksofilik : Tumbuh kelr seperti polip.
c) Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit
lebih tinggi dari jaringan sekitar (creeping tumor).
F. Perluasan Tumor ke Jaringan Sekitar
1. Perluasan ke atas : ke N.II dan N. VI, keluhan diplopia, hipestesi
pipi
2. Sindrom petrosfenoid terjadi jika semua saraf grup anterior terkena
dengan gejala khas :
a). Neuralgia trigeminal unilateral
b). Oftalmoplegia unilateral
c). Amaurosis
d). Gejala nyeri kepala hebat akibat penekanan tumor pada
duramater
3. Perluasan ke belakang : N.VII-N.XII, trismus, sulit menelan,
hiper/hipo/anestesi palatum,faring dan laring,gangguan respirasi
dan salvias, kelumpuhan otot trapezius, stenokleidomastoideus,
hemiparalisis dan atrofi sebelah lidah
4. Manifestasi kelumpuhan :
a) N IX: kesulitan menelan akibat hemiparese otot konstriktor
superior serta gangguan pengecap pada sepertiga belakang lidah.
b) N X : Hiper / hipo / anestesi mukosa palatum mole, faring dan
laring disertai gangguan respirasi dan salvias.
c) N XI : kelumpuhan atau atropi otot-otot trapezius, sterno –
kleido mastoideus, serta hemiparese palatum mole.
d) N XII : hemiparese dan atropi sebelah lida
G. Penentuan
TUMOR SIZE (T)
Stadium
T Tumor primer
T0 Tidak tampak tumor
T1 Tumor terbatas pada satu lokasi saja
T2 Tumor dterdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih
terbatas pada rongga nasofaring
T3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaring
T4 Tumor teah keluar dari nasofaring dan telah kmerusak tulang
tengkorak atau saraf-saraf otak
Tx Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap
REGIONAL LIMFE NODES (N)
N0 Tidak ada pembesaran
N1 Terdapat pembesarantetapi homolateral dan masih bisa digerakkan
N2 Terdapat pembesaran kontralateral/ bilateral dan masih dapat
digerakkan
N3 Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontralateral maupun
bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar
METASTASE JAUH (M)
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Metastase jauh
1. Stadium I : T1 No dan Mo
2. Stadium II : T2 No dan Mo
3. Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan Mo atau T3 dan
No dan Mo
4. Stadium IV : T4 dan No/N1 dan Mo atau
T1/T2/T3/T4 dan N2/N3 dan Mo atau T1/T2/T3/t4
dan No/N1/N3/N4 dan M1
H. Pemeriksaan Penunjang

1. Nasofaringoskopi
2. Rinoskopi posterior dengan atau tanpa kateter
3. Biopsi multiple
4. Radiologi :Thorak PA, Foto tengkorak, Tomografi, CT
Scan, Bone scantigraphy (bila dicurigai metastase
tulang).
5. Pemeriksaan Neuro-oftalmologi : untuk mengetahui
perluasan tumor kejaringan sekitar yang
menyebabkan penekanan atau infiltrasi kesaraf otak,
manifestasi tergantung dari saraf yang dikenai.
I. Penatalaksanaan
1. Radioterapi : hal yang perlu dipersiapkan adalah KU
pasien baik, hygiene mulut, bila ada infeksi mulut
diperbaiki dulu.
2. Kemoterapi
3. Pembedahan
Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Faktor hereditas atau riwayat kanker pada keluarga
misalnya ibu dan nenek dengan riwayat kanker
payudara
2. Lingkunan yang berpengaruh seperti iritasi bahan
kimia, asap sejenis kayu tertentu
3. Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu
masak tertentu dan kebiaaan makan makanan terlalu
panas serta makanan yang diawetkan (daing dan
ikan)
4. Golongan sosial ekonomi sosial juga akan
menyangkut keadaan lingkunga dan kebiasaan hidup
5. Tanda dan gejala
 Aktivitas: kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola
istirahat misalnya adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur seperti nyeri dn ansietas
 Sirkulasi: akibat metastase tumor dapat palpitasi, nyeri dada,
penurunan tekanan darah epitaksis/ pedarahan hidung
 Integritas ego: faktor setres, masalah tentang perubahan
penampiln, menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya,
kehilangan kontrol, depresi, menarik diri, marah.
 Eliminasi: perubahan pola depeksi konstipasi atau diare,
perubahan eliminasi urin, perubahan bising usus, distensi
abdomen.
 Makanan atau cairan: kebiasaan diet buruk (rendah serat,
jumlah serat adiktif, bahan pengawet), anoreksia, mual muntah,
mulut terasa kering, intoleransi aktifitas, toleransi makanan,
perubahan berat badan, perubahan kelembaban atau turgor
kulit.
 Nyeri atau kenyamanan: rasa tidak nyaman di telinga
(otalgia), rasa kaku di daerah leher karena fibrosis
jarinngan akibat penyinaran
 Pernafasan: merokok (tembakau lipat, tembakau
gulung ikar, tembakau tepek, tembakau seks,
mariguana hidup dngan seorag yang merokok),
pemajanan.
 Keamanan: pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama atau
berlebihan, dmam, ruam kulit.
 Seksual: masalah seksualitas misalnya dampak
hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan
 Interaksi sosial: ketidak kuatan atau kelemahan
sistem pendukung
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan nutrisi.
3. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh
menurun
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan
perawatannya b/d misintepretasi informasi, ketidak
familiernya sumber informasi.
5. Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan
penyakit, pengobatan penyakit.
 C. Perencanaan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
Tujuan :Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam
diharapkan nyeri teratasi, dengan kriteria hasil:
1. ekspresi wajah klien tampak rilek
2. nyeri berkurang sampai hilang
3. TTV: TD 120/80 mmHg, N: 60-100 x/mnt, RR: 16-
20x/mnt
4. Skala nyeri 0-3
Intervensi
1. Lakukan pegkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya.
4. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan.
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
farmakologis)
7. Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi
dll) untuk mengetasi nyeri
8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
9. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak berhasil.
10. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
11. kolaborasi untuk pemberian analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
12. Cek riwayat alergi.
13. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal.
14. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
15. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
muncul.
16. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
samping.
2. Perubahan kebuthan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan nutrisi.
Tujuan :Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam
diharapkan ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh kembali adekuat dengan
kriteria hasil:
1. BB stabil
2. tidak terjadi mal nutrisi
3. tingkat energi adekuat
4. masukan nutrisi adekuaT
Intervensi
1. kaji pola makan klien
2. Kaji adanya alergi makanan.
3. Kaji makanan yang disukai oleh klien.
4. Kolaborasi dg ahli gizi untuk penyediaan nutrisi
terpilih sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan
nutrisinya.
6. Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung
cukup serat untuk mencegah konstipasi.
7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
dan pentingnya bagi tubuh klien.
8. Monitor BB setiap hari jika memungkinkan.
9. Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
10. Monitor lingkungan selama makan.
11. Kolaborasi: Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
12. Monitor adanya mual muntah.
13. Monitor adanya gangguan dalam proses
mastikasi/input makanan misalnya perdarahan,
bengkak dsb.
14. Monitor intake nutrisi dan kalori.
3. Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh
menurun
Tujuan :Setelah dilakukan askep selama 3 x 24 jam
diharapkan risiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria
hasil:
1. Gejala infeksi tidak ada (kemerahan, panas, bengkak
2. Suhu tubuh dala batas normal (36-370C)
3. Angka lekosit normal (4-11.000)
Intervensi
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.
2. Pertahankan teknik isolasi.
3. Batasi pengunjung bila perlu.
4. Intruksikan kepada keluarga untuk mencuci tangan
saat kontak dan sesudahnya.
5. Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci
tangan.
6. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
7. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat
pelindung.
8. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama
pemasangan alat.
9. Lakukan perawatan luka dan dresing infus
setiap hari.
10. Tingkatkan intake nutrisi.
11. Kolaborasi: berikan antibiotik sesuai program.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan
perawatannya b/d misintepretasi informasi, ketidak
familiernya sumber informasi.
Tujuan :Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam,
pengetahuan klien meningkat dg kriteria :
1. Tahu Diitnya
2. Proses penyakit
3. Konservasi energi
4. Kontrol infeksi
5. Pengobatan
6. Aktivitas yang dianjurkan
7. Prosedur pengobatan
8. Regimen/aturan pengobatan
9. Sumber-sumber kesehatan
10. Manajemen penyakit
Intervesi
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga
tentang proses penyakit
2. Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda
dan gejala serta penyebab yang mungkin
3. Sediakan informasi tentang kondisi klien
4. Siapkan keluarga atau orang-orang yang berarti
dengan informasi tentang perkembangan klien
5. Sediakan informasi tentang diagnosa klien
6. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
di masa yang akan datang dan atau kontrol proses
penyakit
7. Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau
pengobatan
8. Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau
terapi
9. Dorong klien untuk menggali pilihan-pilihan
atau memperoleh alternatif pilihan
10. Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi
11. Anjurkan klien untuk mencegah efek samping
dari penyakit
12. Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada
13. Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada petugas kesehatan
5. Harga diri Rendah b/d perubahan perkembangan
penyakit, pengobatan penyakit.
Tujuan :Setelah dilakukan askep selama 3×24 jam klien
menerima keadaan dirinya dengan criteria :
1. Mengatakan penerimaan diri & keterbatasan diri
2. Menjaga postur yang terbuka
3. Menjaga kontak mata
4. Komunikasi terbuka
5. Menghormati orang lain
6. Secara seimbang dapat berpartisipasi dan
mendengarkan dalam
kelompok
7. Menerima kritik yang konstruktif
8. Menggambarkan keberhasilan dalam kelompok
social
9. Menggambarkan kebanggaan terhadap diri
Intervensi
1. Monitor pernyataan pasien tentang harga diri
2. Anjurkan pasien utuk mengidentifikasi kekuatan
3. Anjurkan kontak mata jika berkomunikasi dengan orang lain
4. Bantu pasien mengidentifikasi respon positif dari orang lain
5. Berikan pengalaman yang meningkatkan otonomi pasien.
6. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas meningkatkan harga diri.
7. Monitor frekuensi pasien mengucapkan negatif pada diri
sendiri.
8. Yakinkan pasien percaya diri dalam menyampaikan
pendapatnya
9. Anjurkan pasien untuk tidak mengkritik negatif terhadap
dirin
10. Bantu pasien menetapkan tujuan yang realistik dalam
mencapai peningkatan harga diri
11. Bantu pasien menilai kembali persepsi negatif terhadap
dirinya.
12. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tanggung jawab
terhadap dirinya.
13. Gali alasan pasien mengkritik diri sendiri
14. Anjurkan pasien mengevaluasi perilakunya.
15. Berikan reward kepada pasien terhadap perkembangan dalam
D. Evalusi
1. Nyeri akut berkurang sampai hilang
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh teratasi
3. Risiko infeksi tidak terjadi
4. Pengetahuan klien tentang penyakit dan
perawatannya bertambah/meningkat
5. Koping individu efektif

Anda mungkin juga menyukai