Anda di halaman 1dari 8

KASUS PENGELOLAAN

L I M BA H
( G U DA N G FA R M A S I R S U D D R .
A B D U L A Z I Z S I N G K AWA N G )

Nama : Vera Eufrasia


NIM : I4041182027
KASUS
 Pendapat Saudara tentang pengelolaan limbah farmasi dikaitkan dengan
pencegahan obat / vaksin palsu dengan mempertimbangkan jenis, jumlah,
bentuk limbah dari pihak yang terkait dengan pengelolaan limbah serta
kompleksitasnya pelayanan di rumah sakit. Disertakan dengan usulan tindakan
pencegahan obat / vaksin palsu terkait penanganan limbah.
 Terkait dengan peningkatan kompetensi apoteker dalam pengeloaan obat
dan BMHP, berikan usulan workshop / training yang terkait dengan hal tersebut,
serta pedoman / regulasi yang dirasakan efektif dalam mendukung upaya
menjamin ketersediaan obat dan vaksin yang aman, berkhasiat dan bermutu di
rumah sakit sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
SOAL

Apa yang harus dilakukan oleh apoteker ? Uraikan

 Masalah

 Analisis Masalah

 Solusi

 Rencana Tindak Lanjut


MASALAH

 Limbah farmasi yang terdapat di rumah sakit tidak dikelola dengan


baik sehingga dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk
membuat vaksin palsu

 Kurangnya kompetensi apoteker dalam pengelolaan obat dan


BMHP sehingga mempegaruhi ketersediaan obat dan vaksin yang
aman di rumah sakit
ANALISIS MASALAH
 Obat palsu juga merupakan salah satu limbah medis atau limbah farmasi yang berasal dari
obat-obat yang tidak digunakan lagi oleh pasien atau masyarakat, obat-obat yang tidak
dibutuhkan lagi oleh institusi terkait, obat-obat yang dibuang karena kemasannya telah
terkontaminasi, serta merupakan limbah yang dihasilkan dalam 7 proses produksi obat-obatan.
Obat-obatan tersebut seharusnya dimusnahkan karena sudah tidak memiliki khasiat dalam
menyembuhkan, bahkan bisa membahayakan. Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh pihak
yang tidak berhak menurut undang-undang. Obat tidak terdaftar, obat dengan zat aktif di bawah
80% , obat tanpa zat aktif sama sekali, serta obat kadaluarsa yang dikemas kembali. Minimnya
pengetahuan masyarakat dalam membedakan antara obat asli dan palsu merupakan salah satu
faktor pemicu masih beredarnya obat palsu dan kadaluarsa. Selain itu, penawaran obat dengan
harga yang relatif murah juga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.(1)
ANALISIS MASALAH

 Kurangnya kompetensi apoteker dalam melakukan pengelolaan obat dan BMHP


dapat mempengaruhi ketersediaan obat dan vaksin yang aman di rumah sakit. Obat
dan BMHP yang tidak dikelola dengan baik akan mempengaruhi efeknya,
contohnya apabila penyimpanan vaksin yang salah tidak sesuai suhu yang ditentukan
maka sediaan akan rusak dan tidak aman untuk digunakan demikian pula apabila
penyimpan sediaan obat tidak berdasarkan prinsip FEFO (First expired First Out)
maka sediaan obat akan ada yang kadaluarsa sebelum didistribusikan hal-hal ini
adalah sebagian kecil contoh pengelolaan sediaan farmasi yang buruk yang dapat
mempengaruhi ketersediaan sediaan farmasi di pelayanan.
SOLUSI
 Untuk mengantisipasi beredarnya vaksin palsu perlu dilakukan pengawasan terhadap sediaan
vaksin yang beredar, dilihat dari kemasan vaksin tersebut apabila kemasan atau botol tidak dalam
kondisi baik patut dicurigai keaslian dari vaksin tersebut.
 Solusi lainnya adalah sebaiknya masyarakat apabila ingin melalukan imunisasi pergi ke rumah
sakit yang sudah terakreditasi karena rumah sakit yang telah terakreditasi memiliki sistem
pengelolaan limbah yang baik sehingga kecil kemungkinan terdapat limbah yang dimanfaatkan
oleh oknum-oknum tertentu untuk membuat vaksin palsu.
 Perlu dilakukan pelatihan atau workshop terkait pengendaian obat dan BMHP untuk apoteker-
apoteker yang bekerja dibidang pengeloaan obat dan BMHP mengenai cara pengeloaan obat dan
BMHP yang baik yang sesuai dengan PERMENKES No 72 Tahun 2016 mengenai Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit.(2)
RENCANA TINDAK LANJUT

 Melakukan pengelolaan limbah farmasi yang baik penting untuk mencegah


timbulnya obat-obat palsu terutama vaksin palsu.
 Selain melakukan pengelolaan limbah farmasi yang baik perlu juga dilakukan
pelaporan mengenai kegiatan pemusnahan yang dilakukan di rumah sakit disertai
dengan dokumentasi kegiatan kepada dinas kesehatan
 Pelaksanaan pengelolaan sedian obat dan BMHP yang sesuai dengan
PERMENKES No 72 Tahun 2016 harus sudah mulai diterapkan dimana semua
pelayanan kefarmasian dilakukan dengan sistem satu pintu sehingga dapat menjamin
ketersediaan sediaan farmasi di fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.(2)

Anda mungkin juga menyukai