HYPERPLASIA (BPH)
Yohanes Basco Panji Pradana
Pembimbing
Dr. Jaka Marjono, Sp.B
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. Ap
Nomor RM : 02-02-7x-xx
Tanggal Lahir : 17 April 1941
Usia : 78 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Piyungan, Bantul
HMRS : 25 November 2019
I. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri Buang Air Kecil
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri Buang Air Kecil selama 3 hari , urine warna merah, dan tidak bisa buang air
kecil sama sekali walaupun sudah mengejan
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat BPH, Jantung
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa: kakak dikatakan sembuh tanpa operasi
E. Riwayat Alergi
Alergi Obat (-)
Alergi Makanan (-)
F. Riwayat Penggunaan Obat
Aspilet, Furosemide, Ramipril
I. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum : Baik
B. Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
C. Tanda Vital :
Tek. Darah : 110/60 mmHg Respirasi : 20 x/menit
Nadi : 89 x/menit Suhu : 38,1oC
BB : 78kg
TB : 170 cm
A. Status Lokalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, SI -/-, mata cekung -/-, edema
palbebra (-) , eksoftalmus (-)
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), secret (-)
Mulut : Mukosa mulut basah, sianosis (-)
Leher : benjolan (-), warna seperti kulit sekitar, pembesaran
limfonodi (-)
Thorax :
Inspeksi : Bentuk dada simetris, ketinggalan gerak(-),
retraksi(-).
Palpasi : Pengembangan dada simetris, krepitasi (-),
fremitus tidak bisa dilakukan
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler-/- rhonki -/-, wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus cordis di SIC 5 linea midklavikularis sinistra.
Perkusi : Jantung redup dengan kesan kontur jantung
normal
Auskultasi : S1-S2 tunggal reguler, Gallop (-),
Murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : DBN
Auskultasi : Peristaltik usus DBN
Perkusi : Timpani di seluruh regio
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : edema (-), CRT < 2 detik, akral hangat, keringat (-),
tremor (-)
Inferior : edema (-) CRT < 2 detik, akral hangat, keringat (-),
tremor (-)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah Rutin
Eritrosit 3,39 L 10^6/ul 4,5 – 5,9
Leukosit 8.0 10^3/ul 4,4 – 11,3
Trombosit 202 10^3/ul 150 - 450
Hemoglobin 10,9 L g/dl 13,2-17,3
Hematokrit 31,7 L % 40-54
Lymfosit 10,1 L % 25-60
Neutrofil 80,8 H % 50-70
Monosit 5,4 H % 2-4
Kimia klinik
Enzim
Tanda subkronik renal disease bilateral dengan bentukan cyst dikedua renal
Tak tampak kelainan di hepar, lien, pankreas, VF, ren bilateral, VU dan
prostat
RL 30 tpm
Ketorolac 2 x 1 gram
Vit B Cpmplex 1 x 1
B. ANATOMI PROSTAT
Kelenjar prostat terletak inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior. Terbagi
dalam 5 lobus dan 5 zona
a. Lobus medius a. Zona Anterior a
e. Kelenjar periuretra
C. Etiologi BPH
prostat
Hiperplasia Prostat
↓
Penyempitan lumen uretra posterior
↓
Tekanan intravesika meningkat
↓ ↓
Buli-buli: Ginjal dan ureter:
Hipertrofi otot detrusor Refluks VU
Trabekulasi Hidroureter
Selula Hidronefrosis
Divertikel buli-buli Gagal ginjal
Hidronefrosis
Hidroureter
Obstruksi Iritasi
Hesistansi Frekuensi
Intermitensi Urgensi
saat, otot buli-buli mengalami (fatigue) sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang
Timbulnya dekompensasi buli-buli ini didahului oleh factor pencetus antara lain :
1) Volume buli-buli tiba-tiba penuh (cuaca dingin, konsumsi obat-obatan yang mengandung
2) Massa prostat tiba-tiba membesar (setelah melakukan aktivitas seksual/ infeksi prostat)
3) Setelah mengkonsumsi obat-obat yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor (golongan
Merupakan penyulit dari hiperplasi prostat, berupa gejala obstruksi antara lain nyeri
Keluhan pada penyakit hernia/ hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi prostat.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
Pada BPH ditemukan prostat yang lebih besar dari normal, permukaan licin dan
konsistensi kenyal
2. Derajat berat obstruksi
Derajat berat obstruksi diukur dengan menentukan jumlah sisa urin setelah miksi
spontan keluar dengan kateterisasi dan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.
G.Pemeriksaan laboratorium :
A. Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran
B. Kultur urin
atas. Elektrolit, BUN, dan kreatinin berguna untuk insufisiensi ginjal kronis
D. Gula darah
E. Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen) Jika curiga adanya keganasan prostat
A. Pemeriksaan Patologi Anatomi
BPH dicirikan oleh berbagai kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di prostat.
1. Foto polos
Untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa prostat dan
kadangkala menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan
2. Sistoskopi
Disisipkan sebuah tabung kecil melalui pembukaan urethra di dalam penis untuk
Pembesaran bagian dalam glandula, yang relatif hipoechoic dibanding zona perifer.
mendeteksi adanya hidronefrosis atau kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang
lama.
Gambaran Sonografi Benigna Prostat Hiperplasia
G. Penatalaksanaan.
1. Watchful waiting
Pasien diberi penjelasan yang dapat memperburuk keluhannya, (1) jangan mengkonsumsi kopi
atau alcohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi
2. Medikamentosa
(1) mengurangi resistansi otot polos prostat sebagai penyebab obstruksi infravesika dengan obat-
(2) mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormone dihidrotestosteron (DHT)
jaringan obstruksi satu bagian. Potonganan jaringan dibawa oleh cairan ke kandung
3. Operasi laser
Serat laser melalui uretra ke dalam prostat menggunakan cystoscope dan kemudian
memberikan energi yang berlangsung 30 sampai 60 detik. Energi laser menghancurkan
jaringan prostat dan menyebabkan penyusutan