Ke-5 Salep
Ke-5 Salep
– Salep Epidermik
– Salep Endodermik
– Salep Diadermik
Basis / Dasar Salep
Jika tidak dikatakan lain = Vaselin album
Tergantung bahan obat dan tujuan pemakaian dapat dipilih
basis sebagai berikut:
1. Dasar salep berlemak / golongan hydrokarbon
• Sifat:
Tidak berair
Tidak suka air
Tidak larut dalam air
Tidak bisa dicuci dengan air
Dapat mengurangi penguapan kelembapan pada
kulit
Mudah menyebar saat digunakan di kulit, lunak
• Contoh:
1) Petrolatum USP, adalah campuran hidrokarbon setengah
padat diperoleh dari minyak bumi, warna kuning, melebur
antara suhu 38 dan 60 derajat C.
Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan zat lain
Sinonim:petrolatum kuning, petrolatum jelly, dalam
perdagangan dikenal sebagai vaselin kuning
(cheesebrought)
2) petrolatum putih,USP, berasal dari vaselin kuning yg
dihilangkan warnanya
sinonim: white petrolatum jelly, vaselin putih
Alat lain yang dapat digunakan adalh penggiling salep mekanik (roller
mill, colloid mill), dengan menggunakan pengaduk logam tahan karat,
hasilnya lebih halus dan rata
2. Metode kedua: peleburan
• Semua atau beberapa komponen dari salep dicampurkan
dengan melebur bersama dan didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen
yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran
yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk
• Bahan-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir,
bila temperatur sudah turun
Alat-alat yang digunakan dalam
pembuatan salep dengan peleburan
• Untuk skala kecil dapat digunakan cawan porselen atau
gelas beker untuk mencampurnya, dan setelah membeku
dapat digosok-gosokkan dengan spatula atau lumpang
• Pada skala besar digunakan ketel uap berjaket
dan setelah membeku, salep dimasukkan dalam gilingan
salep untuk memastikan homogenitasnya
• Pada metode peleburan, karena titik lebur masing-masing
bahan berbeda, maka akan mempengaruhi bagaimana
proses pembuatannya, karena suhu untuk melebur beda-
beda.
• Bahan dengan titik lebur paling tinggi dileburkan terlebih
dahulu, baru komponen lain ditambahkan pada cairan yang
panas, maka semua komponen akan terkena temperatur ini,
sehingga pemilihan titik lebur berdasarkan titik lebur
tertinggi dari bahan salep
Pengawetan salep
Contoh bahan pengawet:
• Hidroksibenzoat, asam benzoat, asam sorbat, garam
amonium kuartener
Jika perlu dapat juga ditambahkan antioksidan, BHA, BHT
Pengemasan dan penyimpanan salep
• Dapat disimpan dalam botol (gelas , plastik atau porselen) atau
tube (kaleng atau plastik), tube untuk salep mata dikemas dalam
tube kaleng atau plastik kecil dan dapat dilipat dan menampung
sekitar 3,5 g salep. Tube salep untuk topikal digunakan ukuran 5-
30 g. Untuk botol salep digunakan ukuran antara ½ ounce sampai
1 pound atau lebih.
• wadah gelas dapat berwarna gelap, dengan tujuan melindungi
obat terhadap cahaya
• Keuntungan tube dibandingkan botol; pemakaian lebih mudah,
mengurangi kontaminasi selama penggunaan.
• Penyimpanan salep pada suhu di bawah 30 der C, utk mencegah
melembek (terutama untuk basis salep yg mudah mencair)
• Untuk pengisian salep pada wadahnya. Pada skala kecil,
salep yg sudah ditimbang dimasukkan ke dalam botol
dengan memakai spatula yg fleksibel dan menekannya ke
bawah sejajar melalui tepi botol untuk mencegah
terjebaknya udara dlm botol.
• Salep yg dibuat dengan cara peleburan, pengisian dapat
dilakukan langsung setelah dilelehkan langsung dimasukkan
dalam botol, pembekuan terjadi di dalam botol
• Pada skala besar, tube umumnya diisi dengan alat
bertekanan dari bagian ujung belakang yang terbuka (ujung
yg berlawanan dari ujung tutup) dari tube, yg kemudian
ditutup dan disegel.
• salep yg dibuat dengan cara peleburan dapat langsung
dimasukkan ke dalam tube
• Di industri, pengisian, penutupan, dan pelabelan tube
dilakukan dengan mesin otomatis
Yang perlu diperhatikan dalam formulasi
sediaan topikal
1. Karakteristik fisikokimia bahan aktif yang meliputi:
- kelarutan
- koefisien partisi zat aktif, perbandingan kelarutan obat
dalam lipid dibandingkan kelarutannya dalam air , untuk
sediaan topikal, bahan-bahan dalam sediaan harus
dapat berpenetrasi ke dalam kulit, perlu diperhatikan
sifat (lipofilisitas kulit)
- titik leleh, sebaiknya kurang dari 200 derajat C
2. Karakterisrik fisik bahan aktif
- warna, bau, rasa
- ukuran molekul (bobot molekul, < 500 Dalton), dan
distribusi ukuran partikel
-densitas
-viskositas
3. Stabilitas kimia, fisika, dan mikrobiologi
4. Toksisitas zat aktif
5. data biofarmasi (disolusi, absorbsi, metabolisme,
bioavailability, waktu paruh eliminasi)
6. Sifat bahan tambahan
Perlu diperhatikan :
1. Jumlah zat aktif yang ada dalam formula, semakin banyak
akan semakin banyak pula yang dapat mencapai stratum
korneum, sampai diperoleh konsentrasi jenuh
2. Polaritas formulasi relatif terhadap stratum korneum, yang
diharapkan yaitu zat aktif dalam salep lebih mudah larut
dalam stratum korneum dibandingkan di dalam formulanya