DI MEDIA MASSA
Ida Nor Layla
Jawa Pos Radar Semarang
081227426345
idanorlayla@radarsemarang.com
ida.n.layla@gmail.com
ida_nurlayla@yahoo.com
Harapan adalah kehendak yang
harus diikuti amal perbuatan,
kalau tidak demikian maka hanya
angan-angan.
Syarat Pendukung
1. Kebiasaan Membaca
2. Kebiasaan Mencatat
3. Belajar/Latihan
4. Kegigihan
1. Butuh Kejujuran
2. Keterbukaan pada diri sendiri
Artikel
Bisa menggunakan dimensi waktu, masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang.
Struktur timbangan, yakni teknik bertutur yang menggunakan dua hal yakni
yang kontradiktif dan kontras.
Struktur segitiga yang menekankan pada tiga hal.
Struktur hamburger, yakni pola pendahuluan, isi dan penutup.
Nama Penulis
Judul/Head
Pendahulu (intro)
Isi (content)
Penutup (closed)
Status Penulis
Teenlit dalam Pembelajaran Sastra
Oleh: Ikha Mayashofa Arifiyanti SPd MA (Guru MTs Negeri 3 Demak)
Muat Jawa Pos Radar Semarang, Jumat 5 Oktober 2018
Sejumlah 4.484 karakter
Kesimpulan
8. Tugas guru mengarahkan peserta didik dalam memilih dan memilah teenlit yang mengandung nilai-nilai
positif.
Belajar IPS Bersama Bumeri CS
Oleh : Puji Sri Winarni SPd MPd (Guru SMPN 28 Semarang)
Muat 14 Juli 2018 sebanyak 4.800 karakter
Kesimpulan
Hasilnya siswa lebih percaya diri dengan kemampuannya.
Judul
1. Penjelasan
- Pendekatan Filosofis (substansi atau hakikat dari masalah)
- Pendekatan Fungsi (melihat nilai guna yang dikandungnya)
- Pendekatan Susunan (melihat struktur atau susunannya)
- Pendekatan Bentuk (melihat bentuknya secara fisik)
- Pendekatan Sifat (merinci masalah dengan sifat-sifat penting yang
membedakannya)
- Pendekatan Tujuan (memetakan masalah dengan menyebut tujuan yang
hendak dicapai)
Jika Kehabisan Kata-Kata-2
2. Contoh (gagasan yang konseptual, abstrak dan tidak tersentuh oleh fisik, perlu
diberikan contoh)
3. Perbandingan (membandingkan antara satu objek yang satu dengan yang lain)
4. Kutipan (mengutip kitab suci, majalah, buku, dll)
5. Statistik (menjelaskan tentang data angka)
6. Penegasan (menegaskan pokok masalah dengan bahasa yang berbeda dari
sebelumnya)
Teknik Menulis Penutup
Menegaskan kembali topik atau pokok bahasan dalam kalimat yang ringkas
dan tegas dengan tujuan meyakinkan pembaca.
Mengakhiri dengan klimaks. Menegaskan kesimpulan yang menyengat dan
dapat dijadikan bahan renungan dan pemikiran pembaca.
Persuasif yaitu mengajak khalayak untuk melakukan tindakan tertentu yang
dianggap penting, relevan dan mendesak.
Kutipan. Bisa diambil dari kitab suci, pendapat tokoh, ungkapan peribahasa,
amsal, kata-kata mutiara, dan lainnya.
Menulis Kalimat
Tulisan diketik dengan font 12, spasi 1,5, jenis font bisa time
new roman atau arial dengan 3000-4000 karakter.
Minta koreksi dan penilaian dari kawan atau seseorang yang
memahami standar penulisan.
Kirimkan artikel ke media massa.
Jika artikel tak dimuat, minta alasan/komentar dari Editor
Opini.
Simpan artikel yang SUDAH dimuat atau yang BELUM dimuat di
media massa, sebagai khazanah pemikiran pribadi.
Pelajari kebutuhan dan tema yang diinginkan media massa.
Rajin membaca artikel/opini di media cetak (koran, majalah, buletin,
tabloid)
Peka terhadap keadaan sekitar atau berita yang aktual
Rajin membaca referensi/buku
Konsisten dalam menulis
Memahami karakteristik media yang dituju.
Sumber Tema :
1. Hasil Penelitian
- Bermain Puzzle Atasi Kebosanan Belajar Baca Siswa Kelas 1 SD
- Sulap Biji Rambutan Jadi Kecap
- Belajar Kemagnetan Mudah Dengan Discovery
2. Skripsi, Tesis dan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
- Pengaruh Menjamurnya Kamera HP dengan Maraknya Kasus Asusila
- Reading Exposition Text Mudah Dipelajari dengan Group Investigation
3. Pengalaman Mengajar
- Penguatan Karakter Siswa melalui Kunjungan Museum
- Permainan Kartu Tingkatkan Hasil Belajar IPA
4. Ulasan/Analisis atau Tinjauan Ilmiah
- Menyoal Perlindungan Hukum Guru
5. Pengamatan yang up to date
- Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan
Contoh Judul Artikel Guru
Teenlit dalam Pembelajaran Sastra
Oleh : Ikha Mayashofa Arifiyanti SPd MA (Guru MTs Negeri 3 Demak)
Pembelajaran IPA secara Holistik
Oleh: Mudhofar SPd (Guru MTs Miftahul Ulun Demak)
Status Offline Menumbuhkan Budaya Literasi
Oleh: Setyo Harno SPd Msi (Guru SMA Negeri 1 Welahan Jepara)
Siapa Bilang Guru TK Tidak Punya “Gawean?”
Oleh : Sulastri SPd AUD (Guru TK Bandarjo II Korwilcam Pendidikan Ungaran
Barat, Kabupaten Semarang)
Budaya Membaca 10 Menit di Awal Pembelajaran Biologi
Oleh: Setyo Nugroho SPd MPd (Guru SMA Negeri 1 Demak)
Contoh Tulisan
Pembelajaran Membaca Puisi Mudah dengan Si Loba Santai
Oleh: Binawati SPd MSi
Mendongeng Yuk...
Oleh : M Djoni Abdilah SPd
(Jawa Pos Radar Semarang, Minggu, 23 April 2017)
Pendidikan Kepemimpinan
Oleh : Rudi Wahyu Ginanjar
(Jawa Pos Radar Semarang, Minggu, 5 Februari 2017)
WAWASAN
Nama Rubrik : GURU MENULIS
Alamat Email : wawasangurumenulis@gmail.com
Media dengan Rubrik Umum
JAWA POS
Nama Rubrik : OPINI
Alamat Email : opini_jp@jawapos.co.id
SEPUTAR INDONESIA
Nama Rubrik : OPINI
Alamat Email :
Media dengan Rubrik Umum
SUARA MERDEKA
Nama Rubrik : WACANA NASIONAL
Alamat Email : wacana.nasional@gmail.com
TRIBUN JATENG
Nama Rubrik : Tribun Corner
Alamat Email : opini.tribun.jateng@gmail.com
Email : editor@radarsemarang.com
Pembelajaran Drama Melalui Pemanfaatan
Media Audio Visual
Oleh : Dwi Rita Nurdiana, S.Pd. M.Pd (Guru Bahasa Indonesia SMP N 1 Salatiga)
Menurut Azhar Arsyad (2002:81) salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa
media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu
siswa. Sebagian media dapat mengolah pesan atau respons siswa sehingga media
itu sering disebut media interaktif.
Wina Sanjaya (2010) dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan membagi media pembelajaran. Pertama, media auditif. Yaitu
media yang hanya dapat didengar saja atau media yang hanya memiliki unsur
suara, seperti radio dan rekaman suara. Kedua, media visual. Yaitu media yang
hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam
media adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk
bahan yang dicetak seperti media grafis dan lainnya. Media visual dapat
memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula
menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi
pelajaran dengan dunia nyata. Ketiga, media audiovisual. Yaitu jenis media yang
mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
Misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya.
Kemampuan media ini dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung
kedua unsur jenis media yang pertama dan kedua.
Dari ketiga media Pembelajaran drama tersebut yang paling tepat adalah media
audiovisual. Media ini tepat sekali dimanfaatkan dalam pembelajaran drama
karena mempunyai kemampuan yang lebih, media ini mengandalkan dua indera
sekaligus, yaitu indera pendengaran dan indera penglihatan. Dengan media
tersebut diharapkan bisa membangkitkan motivasai dalam belajar dan
memperjelas materi yang disampaikan. (igi2)
1. Guru dapat menggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses
pembelajaran lebih menarik.
2. Referensi : Sanjaya (2010:162), proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara
guru, siswa, dan materi pelajaran.
3. Pembelajaran drama perlu diajarkan untuk mengungkapkan lebih banyak tentang
kemanusiaan, kekomplekan dan konflik.
4. Referensi : (Fathurrohman dan Sutikno, 2010:65) Media didefinisikan sebagai sesuatu yang
dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam Interaksi yang berlangsung antara pendidik
dan peserta didik.
5. Referensi : Azhar Arsyad (2002:81) Ciri media pembelajaran mengandung dan membawa pesan
atau informasi kepada penerima yaitu siswa.
6. Referensi : Wina Sanjaya (2010) dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan membagi media pembelajaran.
7. Drama bisa membangkitkan motivasai dalam belajar dan memperjelas materi yang
disampaikan.
Kerangka Tulisan
1.Permasalahan
2.Analisis
dengan referensi
3.Kesimpulan
PPKn Tameng Radikalisme di Indonesia
Oleh : Drs Aris Susanto MPd (Guru PPKn SMP Negeri 4 Tengaran)
Beberapa waktu ini negara Indonesia dihadapkan pada masalah radikalisme dan
terorisme. Kejadian yang baru saja terjadi di negara ini adalah pengeboman yang
dilakukan dengan cara bunuh diri oleh satu keluarga serta melibatkan anak-anak.
Menurut pihak kepolisian, pengeboman yang dilakukan di kota Surabaya mempunyai
tujuan membunuh atau menghancurkan golongan atau orang yang tidak sepaham
dengan ajaran dari kelompok tertentu.
Pola pikir tentang keberagaman dan nasionalis harus sudah diperkenalkan kepada anak
sejak dini melalui keluarga, masyarakat dan sekolah. Pada pendidikan formal yang
berkurikulum nasional, sudah dibuat sistem kurikulum yang berwawasan nasional,
maka semua mata pelajaran, guru, sarpras serta kebijakannya berstandar nasional.
Pada mata pelajaran PPKn kelas 7 semester ganjil tepatnya bab 1, siswa SMP diajarkan
materi tentang keberagaman suka bangsa, ras dan antargolongan dalam bingkai
Bhineka Tunggal Ika. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah siswa dapat
menghormati keberagaman norma, suku, agama, ras dan antargolongan dalam bingkai
Bhineka Tunggal Ika sebagai sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Seorang guru dapat menggunakan metode diskusi disertai kajian buku
perpustakaan. Siswa diberi tugas untuk mencari sebanyak mungkin informasi
yang berkaitan dengan keberagaman masyarakat Indonesia di berbagai bidang.
Contohnya siswa mencari informasi tentang berbagai suku bangsa yang terdapat
di pulau-pulau Indonesia seperti nama suku, tempat tinggal, adat kebiasaan,
pakaian adat, alat musik dll. Siswa mencari data tentang berbagai agama dan
aliran kepercayaan yang ada di Indonesia meliputi tempat ibadah, pemimpin
agama, hari raya, kegiatan yang dilakukan dll.
Siswa melalui metode diskusi dan kajian perpustakaan diajak mencari informasi
tentang makna kalimat Bhineka Tunggal ika. Meliputi buku Sutasoma karangan
Mpu Tantular, arti kalimat Bhineka Tunggal Ika, aspek sosial dan budaya di
Indonesia, aspek kewilayahan di Indonesia. Kemudian dapat digunakan metode
diskusi dan sosio drama, di mana siswa dengan kelompok diskusinya dapat
mencari berbagai penerapan tingkah laku di masyarakat, sekolah dan keluarga
tentang yang sesuai dengan perilaku toleransi. Di lingkungan masyarakat dan
sekolah akan dijunpai secara nyata aneka perbedaan agama, ras, suku dan
antargolongan. Peran guru adalah membimbing sikap baik yang harus dilakukan
oleh siswa di lingkungan negara Indonesia terhadap adanya perbedaan tersebut.
Jika semua peserta didik SMP di Indonesia sudah mempelajari materi tentang
keberagaman maka ada harapan tumbuh kesadaran sejak usia dini untuk
mengerti tentang adanya keberagaman yang ada di Indonesia. Ada perasaan
dalam jiwa siswa bahwa negara Indonesia adalah majemuk. Setelah menyadari
adanya berbedaan diharapkan tumbuh semangat persatuan negara Indonesia yang
berdasar adanya perbedaan, tumbuh sikap saling menghormati orang yang
berbeda, tumbuh perasaan saling menyayangi sesama umat manusia ciptaan
Tuhan, dan tidak akan mncul sikap radikalisme/terorisme yang menyakiti sesama
anak bangsa. Semoga.
Kontruksi Tulisan
Permasalahan
1. Radikalisme dan terorisme dengan pengeboman secara bunuh diri oleh satu keluarga serta melibatkan anak-anak.
2. Definisi radikalisme dan terorisme.
3. Sikap negatif yang melatarbelakangi terjadinya tindakan terorisme/radikalisme di Indonesia.
Tawarkan Solusi
1. Pola pikir tentang keberagaman dan nasionalis harus sudah diperkenalkan kepada anak sejak dini melalui keluarga,
masyarakat dan sekolah.
2. Pada mata pelajaran PPKn kelas 7 semester ganjil tepatnya bab 1, siswa SMP diajarkan materi tentang keberagaman suka
bangsa, ras dan antargolongan dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
3. Cara guru : dapat menggunakan metode diskusi disertai kajian buku perpustakaan.
4. Mendorong siswa memahami kebinekaan : Peran guru adalah membimbing sikap baik yang harus dilakukan oleh siswa di
lingkungan negara Indonesia terhadap adanya perbedaan tersebut.
Kesimpulan
1. Siswa SMP harus mendapat materi tentang keberagaman, akan tumbuh kesadaran sejak usia dini untuk mengerti tentang
adanya keberagaman yang ada di Indonesia.
Permasalahan
1. Radikalisme dan terorisme dengan pengeboman secara bunuh diri oleh satu keluarga serta
melibatkan anak-anak.
2. Definisi radikalisme dan terorisme.
3. Sikap negatif yang melatarbelakangi terjadinya tindakan terorisme/radikalisme di Indonesia.
Tawarkan Solusi
4. Pola pikir tentang keberagaman dan nasionalis harus sudah diperkenalkan kepada anak sejak
dini melalui keluarga, masyarakat dan sekolah.
5. Pada mata pelajaran PPKn kelas 7 semester ganjil tepatnya bab 1, siswa SMP diajarkan
materi tentang keberagaman suka bangsa, ras dan antargolongan dalam bingkai Bhineka Tunggal
Ika.
6. Cara guru : dapat menggunakan metode diskusi disertai kajian buku perpustakaan.
7. Mendorong siswa memahami kebinekaan : Peran guru adalah membimbing sikap baik yang
harus dilakukan oleh siswa di lingkungan negara Indonesia terhadap adanya perbedaan tersebut.
Kesimpulan
8. Siswa SMP harus mendapat materi tentang keberagaman, akan tumbuh kesadaran sejak usia
dini untuk mengerti tentang adanya keberagaman yang ada di Indonesia.
Ibu, Kid Zaman Now, dan Karakter Bangsa
Oleh: Ali Mudlofir*
SUDUT PANDANG 22/12/2017, 20:59 WIB | Editor: Suryo Eko Prasetyo
Guru besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya
Pembahasan/Analisis
2. Kembalikan kesadaran kaum ibu dalam pembangunan generasi penerus dan partisipasi
mereka dalam pembangunan nasional.
3. Definisi ibu.
4. Referensi dari sastrawan Mesir abad ke-19 Ahmad Syauqi : Ibu merupakan sekolah
terbaik.
5. Referensi Agama Islam tentang ibu.
6. Tantangan dalam pendidikan informal (keluarga) bertumpu pada ibu.
7. Pertama, arah dan kebijakan kurikulum sekolah formal.
8. Kedua, semakin banyak ibu yang menjadi perempuan karir.
9. Ketiga, semakin meluasnya penggunaan alat-alat ICT di kalangan anak-anak.
10. Keempat, semakin merenggangnya ikatan sosial dan emosional pada lembaga
pendidikan nonformal.
11. Peran ibu Indonesia menyiapkan generasi muda Indonesia.
12. Pemerintah mencanangkan tahun 2045 sebagai tahun emas.
13. Referensi : UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
14. Slogan dan seruan pemerintah, hanya rutinitas tidak berbekas.
15. Pendidikan formal hanya mampu mengembangkan intelektualitas dan nalar
siswa, pendidikan nonformal tidak berdaya.
Terima Kasih