Anda di halaman 1dari 41

MODUL 2 NEUROLOGI

KELOMPOK 10:
YUSUF WAHYU DWI U 2015730135
RINTO PRADHANA PUTRA 2015730113
ELIDA HASIATIN 2015730036
RIZKY PRATIWI 2015730115
RIFAH NAAIMAH 2015730111
NURUL AMELIA HAMID 2015730104
NADIA SALSABILA FAUZIAH 2015730097
RANIEDHA AMALIA 2015730109
CENDY ANDESTRIA 2015730020

dr. Mieke Marindawati, SpPA.


Skenario 1 Seorang anak laki-laki 12 tahun dibawa ke Rumah
Sakit oleh orangtuanya segera setelah timbul gejala : “tiba-tiba
perutnya sakit, merengek terus, dan kejang hingga mulutnya
berbusa, kemudian sadar kembali setelah 30 detik”. Dokter
masih melihat gejala aura dan automatisasi. Setelah serangan
tersebut, terdapat keluhan tangan dan kaki terasa baal; sesaat
kemudian sembuh lagi. Pasien tidak ingat lagi kejadian yang
menyebabkan timbulnya keluhan ini.

Pada pemeriksaan EEG ditemukan aktifitas theta wave


yang ireguler simetris dan di beberapa tempat nampak
gelombang lambat delta, CT-Scan Normal. Laboratorium darah
dan urin normal. Kejadian ini sudah berulang kali dialami,
pertama kali kejang pada usia 10 tahun, biasanya sekitar dua kali
dalam sebulan dan akhir-akhir ini semakin sering.
Kata sulit
• Aura adalah gejala pendahulu sebelum serangan kejang. Aura bisa berupa perasaan tidak enak,
melihat sesuatu, mencium bau tidak enak, suara gemuruh, sakit kepala dll.
• Automatisasi adalah melakukan gerakan secara tidak sadar seperti mulut komat kamit, tangan
mengusap baju dan tepuk tangan.
• Gelombang theta adalah gelombang yang mempunyai frekuensi diantara 4-7 siklus per saat
dan biasanya datang dari lobus parietalis dan temporalis pada anak-anak. Pada dewasa
gelombang ini biasa terjadi pada orang yang mengalam frustasi atau kecewa. Gelombang theta
juga terjadi pada golongan orang yang mempunyai penyakit otak degeneratif.
• Gelombang delta adalah gelombang yang mempunyai frekuensi kurang dari 3.5 siklus per saat
dan mempunyai tegangan volt 2-4 kali lebih besar daripada gelombang otak lain.
Kata kunci 1.
2.
Laki laki 12 tahun
KU
5. Pemfis
– Inspeksi : gejala aura dan
automatisasi
– perut sakit mendadak
6. Pemeriksaan penunjang
– Kejang hingga berbusa
– Lab darah dan urin :
3. RPS
normal
– Sadar setelah 30 detik
– EEG : tetha wave ireguler
– Tangan dan kaki baal simetris, delta wave
– Pasien tidak ingat melambat
kejadian penyebab – CT scan : normal
keluhan
4. RPD
– Pertama kali kejang usia
10 tahun
– 1 bulan 2 kali dan semakin
parah
Mind map Klasifikasi etiologi Faktor risiko

Patomekanisme Laki laki 12 tahun Penyakit


Kejang dengan penyakit
mulut berbusa

Anamnesis Pemfis

DD

Pem. penunjang

WD

Tatalaksana
Pertanyaan 1.
2.
Apa definisi, etiologi, dan klasifikasi dari kejang ?
Bagaimana patomekanisme kejang dan
patomekanisme kejang sampai mulut berbusa?
3. Apasaja penyakit penyakit yang disertai gejala
kejang?
4. Bagaimana mekanisme baal pada tangan dan kaki?
5. Bagaimana alur diagnosis pada scenario?
6. Apa DD1 pada scenario?
7. Apa DD2 pada scenario?
8. Apa DD3 pada scenario?
9. Bagaimana penatalaksanaan awal pada kejang dan
apasaja tatalaksana yang diberikan pada pasien di
scenario?
Definisi, Etiologi, dan Klasifikasi
dari Kejang
KEJANG

Perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai


akibat dari aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai
pelepasan listrik serebral yang berlebihan

Referensi :
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Etiologi

Intrakranial Ekstrakranial Idiopatik

- Asfiksia - Gangguan
- Kejang
- Trauma metabolik
neonatus
- Infeksi - Toksik
fanciliel benigna
- genetik
Parsial
sederhana
Parsial
Parsial
kompleks
Kejang
Tonik

Generalisata Klonik

Mioklonik

Referensi :
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Patomekanisme kejang dan mulut
berbusa
DI SINTESIS DI OTAK
Glutamat Dekarboksilase
GLU GABA
Vit B6 Fosfat
eksitasi inhibisi

T N
Instabilitas membran sel saraf
E G

Neuron hipersensitifitas
R G

Kelainan polarisasi G U

Ketidakseimbaangan ion A
KEJANG
Penyakit penyakit yang disertai
gejala kejang
PENYAKIT-PENYAKIT DENGAN GEJALA
KEJANG

1. Epilepsi 5. Astrositoma
2. Meningitis 6. Meningioma
3. Ensefalitis 7. Tetanus
8. Rabies
4. Abses otak

• Behrman,dkk. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. 2000. Edisi: 15. vol: 2. Jakarta. EGC
• M. William S. Pedoman klinis pediatri. 2004. Jakarta. EGC
• Behrman,dkk. Esensi pediatri nelson. 2010. edisi: 4. Jakarta. EGC
• B. K. Mandal, dkk. Lecture notes: penyakit Infeksi. Edisi: 6. Jakarta. Erlangga
• braintumorindonesia.com
Mekanisme baal pada tangan dan
kaki
Hubungan Kejang dengan terjadinya Baal

Peningkatan
Kejang metabolisme basal

Penyempitan Kebutuhan oksigen


saluran napas

Suplai darah Hipoksia


terganggu Baal

Timbul sensasi pada saraf akibat Terjadi gangguan Gangguan pada


pembuluh darah terhimpit pada saraf sensorik serebri parietal
Sistem saraf pusat

Sistem saraf tepi


Alur diagnosis pada scenario
ANAMNESIS
Identitas Nama,usia,alamat,pekerjaan

Keluhan utama • Kejang → onset, durasi, frekuensi, kapan pertama kali muncul, tanda-
tanda serangan,sifat kejang ?
• Keadaan saat terjadinya serangan:
duduk/berdiri/berbaring/tidur/
• gejala sebelum,selama, dan pasca serangan ?
Riwayat penyakit sekarang dan Hal yang memberatkan dan Hal yang meringankan ?
sistem lain Disertai demam ? Sakit kepala ? Penglihatan terganggu ? Disertai
penurunan kesadaran ?
Tanyakan gejala pada Sistem lain.
Riwayat penyakit dahulu Pernahkan merasakan hal yang sama ?
Sebelumnya ada trauma ? Atau penyakit lainya ? (
hipertensi,diabetes,kanker atau epilepsi ?
Riwayat keluarga Memiliki gejala yang sama ? Penyakit yang terdapat dikeluarga?

Riwayat pengobatan dan alergi Obat yang pernah dikonsumsi?dan Tanyakan Apakah ada R.alergi ?

psikososial Tanyakan lingkungan rumah,perilaku keseharian


PEMERIKSAAN FISIK

• Kesadaran umum pasien


• Periksa tanda vital pasien
• Pemeriksaan neurologi
a. status mental ( tingkat kesadaran pasien )
b. fungsi motorik
c. Sensorik
Fase post iktal
• Mengobservasi adanya tingkah laku abnormal spontan seperti automatisme
• Memeriksa adanya amnesia dengan menyebutkan kembali kalimat yang disebutkan pada fase
iktal
• Mendeskripsikan aura
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Laboratorium
• Mengukur kadar gula,kalsium,dan natrium dalam darah
• Menilai fungsi hati dan ginjal
• DPL dan hitung jenis
• Pemeriksaan urin
2) Ct scan dan MRI
3) Pemeriksaan EEG
4) Pungsi Lumbal
Gelombang Otak
Gelombang yang frekuensi antara 8
dan 13 siklus/detik, terdapat di region
oksipital region parietal dan region
frontal kulit kepala
Gelombang yang frekuensi lebih dari
14 siklus /detik dan dapat mencapai
80 siklus per detik, terdapat di region
parietal dan region frontal selama
bagian-bagian otak tersebut
melakukan aktivasi yang spesifik.

Frekuensi antara 4 dan 7


siklus/detiknya. terdapat di region
parietal dan temporal anak-anak terjadi
selama stress emosional orang
dewasa(kekecewaan dan frustasi) &
banyak gangguan otak(otak yang
berdegenerasi)
Frekuensi kurang dari 3,5 siklus/detik
dan memiliki voltase sebesar dua
sampai empat kali voltase tipe
gelombang otak lainnya. Timbul saat
tidur nyenyak, pada bayi, dan pada
penyakit organic
otak yang parah

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
DD1
Adanya pelepasan impuls bervoltase
dan berfrekuensi tinggi yang terjadi
di seluruh korteks, dan juga pada
thalamus dan formasio retikularis
batang otak.

Adanya pola kubah dan paku (spike


and dome pattern) dibagian seluruh
korteks serebri & talamokortikal
otak.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Differential Diagnosis 2
Grand mal epilepsi
Definisi Epilepsi yang terjadi secara mendadak, dimana penderitanya kehilangan
kesadaran lalu kejang kejang dengan nafas berbunyi dan mengeluarkan
busa/buih dari mulut.

Epidemiologi  Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun menurun sampai umur 50
tahun
 Meningkat lagi setelahnya terkait dengan kemungkinan adanya
penyakit Cerebrovaskular
 75% pasien Epilepsi terjadi sebelum umur 18 tahun
Etiologi  Trauma
 Idiopatik
 Neoplasma otak &
 Faktor Herediter
selaputnya
 Kelainan Kongenital Otak
 Keracunan
 Gangguan Metabolik
 Kelainan Pembuluh
 Infeksi
Darah

Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. 2007. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Harsono., 2009. Kapita Selekta Neurologi Edisi 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Grand mal epilepsi
Faktor Pencetus 1. Kurang tidur
2. Stress
3. Alkohol
4. Obat obatan tertentu
5. Perubahan hormonal
6. Fotosintesis
7. Kelelahan
Gejala Klinis  Kejang  Menjerit
 Hilang kesadaran  Mata membelalak
 Penderita kadang menggigit lidah  Lama serangan berkisar 1-2
 Gerakan ritmis dari kaki & tangan secara menit
tak sadar  Serangan Myoclonis

Prognosis Secara keseluruhan, prognosis terbaik adalah mereka yang memiliki:


Sangat sedikit kejang sebelum memulai pengobatan memiliki kontrol kejang baik dengan
hanya satu obat anti-epilepsy memiliki EEG normal-kejang tidak memiliki riwayat
kerusakan otak memiliki uji neurologis normal pada akhir pengobatan

Dari kebanyakan kasus, 70% berakhir dengan seizure-free (bebas kejang) selama 5 tahun
atau lebih dan 30% mampu menghentikan pengobatan secara permanen.
Diagnosis  ANAMNESIS (lewat keluarga)
 TES NEUROLOGIS
Panduan Praktis Diagnosis dan  Kondisi otot (refleks, kekuatan otot, fungsi sensorik)
Tatalaksana Penyakit Saraf. 2007.  Gejala motorik (gaya berjalan, sikap, koordinasi, keseimbangan).
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran  Tes darah dan scan
EGC  Electroencephalogram (EEG)
Harsono., 2009. Kapita Selekta
 Tes pencitraan otak
Neurologi Edisi 2. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
DD2
Epilepsi Absans
Definisi Epilepsi absans berlangsung sangat singkat (dalam hitungan detik) dengan onset mendadak dan
berhenti mendadak.
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai amnesia. Serangan tersebut tanpa
disertai peringatan seperti aura atau halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi.

Etiologi - Epilepsi idiopatik : tidak diketahui penyebabnya, biasanya ± 50% anak > 3 tahun
- Epilepsi simptomatik:
Kelompok anak dan remaja : infeksi virus, bakteri, parasite, dan abses otak yang frekuensinya sampai 32%
yang meningkat setelah tindakan operasi.

Epidemiologi Insidens epilepsi pada anak dilaporkan dari berbagai negara dengan variasi yang luas, sekitar 4-6 per 1000
anak, tergantung pada desain penelitian dan kelompok umur populasi. Di Indonesia terdapat paling sedikit
700.000-1.400.000 kasus epilepsy dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan
diperkirakan 40%-50% terjadi pada anakanak

2007. Kapita Selekta Neurologi Edisi kedua. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
Buku ajar neurologi FK UI
Jurnal :insiden dan karakteristik klinis epilepsy pada anak 2011
Epilepsi Absans
Gejala dan tanda Ciri khas:
 Tiba- tiba hilang tanggapan terhadap lingkangan sekitar. Misal menghentikan
pembicaraan
 Menatap kosong / berkedip-kedip matanya dengan cepat,
 Kejang- kejang beberapa detik
 Automatisasi sederhana (kepala mengangguk-angguk dan bibir mengecap)

Pemeriksaan penunjang Pada EEG : kelainan 3 Hz generalisata, kompleks spike wave simetris.

2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Singapore : SAUNDERS ELSEVIER


2007. Kapita Selekta Neurologi Edisi kedua. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
DD3
DD 3 : Meningitis
Definisi Radang infeksi pada meningen yang bersifat berat dan
berbahaya

Etiologi Bakteri, virus, mikoplasma, jamur dan parasit.

Bakteri : H. influenzae, S. pneumoniae, N. meningitidis, E. coli,


Streptokokus grup B
Epidemio- Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan
logi Terjadi pada usia 2 bulan – 2 tahun
Lebih sering terjadi pada musim dingin dan musim semi
Manifestas Demam, nafsu makan buruk, letargi, sakit kepala, kaku
i Klinis kuduk, tanda Kernig dan/atau Brudzkinski
Ubun-ubun cembung, apnea, kejang, ptosis
Patomekanisme
Kolonisasi
Aeorosol /
nasofa- Replikasi Invasi Bakteremia
Droplet
ringeal

Pungsi Lumbal : LCS berkabut, kadar yang tinggi pada tekanan LCS, kadar
Pmeriksaa protein LCS dan glukosa LCS
n Biakan LCS : kuman gram positif
Penunjang CT scan : menyingkirkan dugaan hematoma, perdarahan dan tumor
serebri
DRP : leukositosis
Terapi Antibiotik intravena (IV) yang sesuai utk mengatasi
organisme

Dexamethasone 0,15 mg/kg IV setiap 6 jam selama 4


hari
Penatalaksanaan awal pada kejang
dan apasaja tatalaksana yang
diberikan pada pasien di scenario
 Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen,
kompor api, dan lain – lain).
 Jangan pernah meninggalkan penderita.
 Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak
menimbulkan cedera kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah baju
di lehernya agar pernapasan penderita lancar (jika ada).
 Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut
dapat mengalir keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau
pernapasan.
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KEJANG
 Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan
penderita. Biarkan gerakan penderita sampai kejang selesai.
 Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti
memberi minum, penahan lidah.
 Berikan diazepam rektal 0,5 mg/kg
 Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan
meninggalkan penderita sebelum kesadarannya pulih total, kemudian
biarkan penderita beristirahat atau tidur.

Sumber : eprints.undip.ac.id
Prinsip Terapi Epilepsi
 Pemilihan Obat :
 Strategi Pengobatan
 Konseling
 Tindak Lanjut
 Penanganan : Jangka Panjang : teruskan pengobatan OAE sampai pasien
TATALAKSANA EPILEPSI PADA ANAK
bebas bangkitan sekurang-kurangnya 1 – 2 tahun.
 Penghentian Pengobatan
 Memulai Pengobatan
 Pengobatan OAE dapat dimulai bila terjadi dua kali bangkitan dalam
selang waktu yang tidak lama (maksimum 1 tahun)
 Pada umumnya, bangkitan tunggal tidak memerlukan terapi OAE, kecuali
bila terdapat pertimbangan kemungkinan berulang yang tinggi

Sumber : …, Dewanto, George dkk. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.
Jakarta : EGC
Nama Obat Dosis awal Dosis Frekuensi Efek Samping
(mg/kg/hari) Maintenance Pemberian
(mg/kg/hari)

Fenobarbital 4 4–8 1-2 •Dosis >> : sedatif, depresi,


(FB) gangguan kognitif
•Idiosinkratik : ruam,
hiperaktivitas
•Kronis : osteoporosis
(dewasa)
Karbamazepine 5 15 – 20 2-4 •Dosis >> : pusing, diplopia,
(Kz) mual, muntah, hiponatremia,
•Idiosinkratik : ruam, gagal
hati, pankreatitis
•Kronis : osteopenia
Fenitoin ( FH) 4 4–8 1-2 •Dosis >> : pusing, ataksia,
diplopia, mual
•Idiosinkratik : ruam, gagal hati
•Kronis : hiperplasi gingiva,
osteopenia
Asam Valproat 10 15 – 40 2-3 •Dosis >> : gangguan
(AVP) pencernaan, anoreksia, tremor
•Idiosinkratik : pankreatitis,
gagal hati (polifarmasi), ruam
•Kronis : kenaikan BB,
perubahan tekstur kulit
Etosuksimid 10 15 – 30 1–2 •Dosis > > : sedasi, nyeri kepala
(ETS) •Idiosinkratik : ruam gangguan
saluran cerna
Sumber : …, Dewanto, George dkk. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC ., eprints.undip.ac.id …,
Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi . Yogyakarta ; Gadjah Mada University Press
Tipe Obat yang efektif
1. Parsial
 Parsial sederhana Kz, DFH, FB
 Parsial kompleks Kz, DFH, FB
 Parsial sekunder Kz, FH, FB
2. Umum
 Absence/lena FB, AVP, ETS
 Mioklonik FB, AVP
 Tonik-klonik FB, Kz, DFH, AVP,
 Atonik FB, AVP, ETS

Sumber : …, Dewanto, George dkk. 2009. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC ., eprints.undip.ac.id …,
Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi . Yogyakarta ; Gadjah Mada University Press
TERAPI NON FARMAKOLOGI
1. Pembedahan Epilepsi
2. Stimulasi nervus epilepsi
3. Diet ketogenik

Anda mungkin juga menyukai