Anda di halaman 1dari 106

KETENTUAN MU’AMALAH

DALAM ISLAM

Oleh: Oneng Nurul Bariyah


Juli 2017
I. CAKUPAN AJARAN ISLAM
SKEMA AJARAN ISLAM

ISLAM

AKIDAH SYARI’AH AKHLAK


(IMAN) (ISLAM) (IHSAN)

FIQIH

IBADAH MU’AMALAH

2
Ruang Lingkup Fikih

Ibadah : thaharah, Shalat, zakat, puasa, haji

Mu’amalah : riba, jual beli, syirkah, mudharabah, muzara’ah, hiwalah,


ijarah, mukhabarah, rahn, ji’alah, ‘ariyah

Fikih Munakahat : arti, syarat& rukun nikah, hk nikah, hak&kewajiban suami


isteri, talak(cerai), ‘iddah, khulu’, li’an, dll
Mawaris :arti, syarat& rukun waris, prinsip-prinsip kewarisan, furud
al-muqaddarah, ‘ashabah, furudh laki-laki,pr, dll
Jinayat :sanksi2 pidana pembunuhan, pencurian, perzinaan, dll.

Siyasah :musyawarah, kepemimpinan, hak&kewajiban warga


negara
I. CAKUPAN AJARAN ISLAM…
SKEMA AJARAN ISLAM

MU’AMALAH DLM ARTI LUAS

POLITIK EKONOMI SOSIAL


(SIYASAH) (IQTISHADIYAH) (IJTIMAIYAH)
PIDANA PERDATA
(JINAYAH) (MUNAKAHAT/
AL-TURATS)

PRODUKSI KONSUMSI DISTRIBUSI KEUANGAN


(FINANCE)
2017 4
Ruang Lingkup Mu’amalah Dalam Arti Khusus

Jual Beli (al-Buyu’) Gadai (rahn) Pinjam (‘Ariyah)

riba

Sewa (Ijarah) Utang Piutang (Qardl) Perikatan

Kerjasama Dlm pertanian: muzara’ah, mukhabarah Sayembara

Syirkah : Mudharabah, ‘inan, Abdan, Mufawadhah, Wujuh dll

Temuan (Ihyaul Mawat)


I. PENGERTIAN
Kata mu’amalah berasal dari kata ‘âmala yu’âmilu
mu’âmalatan ( ‫ ( عامل يعامل معاملة‬artinya ada kepentingan
seseorang dengan yang lainnya.

Kata mu’amalah mempunyai dua arti yaitu arti khusus


dan arti umum. Mu’amalah dalam arti umum meliputi
semua perilaku manusia yang melibatkan adanya peran
serta orang lain. Misal: jual beli, sewa menyewa,
perkawinan, tindak pidana, dsb. Mu’amalah dlm arti
khusus yaitu segala perilaku manusia yang
menghendaki adanya hubungan timbal balik antara
sesama manusia untuk memenuhi kebutuhan material
yang meliputi: jual beli, utang-piutang, gadai, sewa-
menyewa, dll.

2016 6
I. Pengertian… (Lanjutan)

Mu’amalah dalam arti khusus dikenal dengan


istilah fikih mu’amalah.
Fikih mu’amalah yaitu suatu hukum syari’at yang
mengatur segala perilaku manusia dengan berbagai
bentuknya dalam masalah kebendaan yang meliputi:
jual beli, ijarah, syirkah, wakalah, mudharabah,
‘ariyah, shulh, ji’alah, dll.
Jadi, objek kajian fikih mu’amalah yaitu semua
masalah yang berkaitan dengan kebendaan :jual beli,
ijarah, sewa-menyewa, dll.

2016 7
II. SISTEMATIKA

Klasifikasi dan sistematika fikih mu’amalah ada 4


macam, yaitu:
Mazhab Mazhab Mazhab Mazhab
Hanafi Maliki Syafi’I Hanbal
-Transaksi -Jual beli & Riba al-Ba’I
materi permasalhan Jual beli al-Riba wa
berimbal nya Khiyar al-sharf
-Perkawinan -al-Salm al-Tauliyah Wa Tahrim
-Perselisihan -al-Rahn Jual beli al-Hiyal
-Amanah -al-Fals pokok kayu Al-Qardh
-Harta -al-Hijr & buah2an Al-Rahn
Peninggalan -al-Shulh al-Salm Al-Dhaman
-Hiwalah al-Rahn Wa al-
-Dhaman Taflsi Kafalah
-Syirkah Syarikah Al-Shulh wa
-Wakalah Wakalah Ahkam al-
-Iqrar Al-Iqrar Jiwar
2016 8
lanjutan

Mazhab Mazhab Mazhab Mazhab


Hanafi Maliki Syafi’I Hanbal
Istilhaq al-’Ariyah Al-Hajr
Wadhi’ah Al-Gashb Al-Wikalah
Syuf’ah Al-Qiradh Al-Syarikah
Al-Qardh Al-Ijarah Al-Ijarah
Musaqat Ihyaulmawat Al-Syuf’ah
Ijarah Al-Waqf Al-Ju’alah
Ihyaulmawat Al-Hibbah Al-Luqathah
Waqaf Al-Luqathah Al-Hibbah wa
Hibah Al-Laqith al-’Athiyah
Shadaqah Al-Ju’alah Al-Washaya
Luqathah Al-Faraidh

2016 9
III. PRINSIP-PRINSIP MU’AMALAH
• Asas suka sama suka (al-taradhi). Prinsip ini dilihat
dlm al-Quran surat al-Nisa:28-29 .”Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesama
dengan cara yang batil, kecuali melalui tijarah (usaha
ekonomi) yang dilakukan atas dasar suka sama suka
diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu
sendiri, karena Allah Maha Penyayang kepadamu. Dan
siapa yg berbuat demikian, dgn sikap permusuhan dan
aniaya, maka (kelak)Kami akan memasukkannya ke dlm
neraka. Yg demikian itu amat mudah bagi Allah.”
• Asas Keadilan. Dalilnya Firman Allah, al:Sesungguhnya
Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami dgn membawa
bukti-bukti nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dpt melaksanakan keadilan.(QS. Al-Hadid/57:25)

10
lanjutan
Keadilan dalam sistem ekonomi tdk semata-mata terletak pada
produksi dan cara-cara memperolehnya, tetapi juga pada
pendistribusian dan penggunaan/pemanfaatannya.

• Asas Saling Menguntungkan dan tidak ada pihak yang


dirugikan. Allah berfirman:”Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kamu kepada Allahdan tinggalkanlah sisa riba (yg
belum sempat dipungut) jia kamu (benar-benar) sbg orang-orang
beriman. Jika kamu tidak lagi mengerjakan (meninggalkan sisa
riba), maka (ketahuilah) untuk kamu modal hartamu, (sebab)
kamu tidak boleh merugikan dan (juga) tidak boleh
dirugikan.(QS.2:278-279)

• Tolong-menolong dan saling membantu . Dsr al-Quran dan


hadis al: QS. Al-Maidah:2 “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
kebaikan dan takwa.” Sabda Nabi:”Allah akan menolong
hambanya, selama hambanya selalu menolong saudaranya”(HR
Muslim)

2016 11
IV. HARTA BENDA (MAL)

1. Pengertian Harta (al-mal)


Harta (al-mal) asal kata dlm bhs Arab artinya
condong atau berpaling dari tengah ke salah satu
sisi. Harta diartikan sbg segala sesuatu yang
diinginkan manusia dan dapat disimpan atau
dipelihara dlm bentuk materi maupun manfaat.
Atau “nama segala benda selain manusia yang
ditetapkan untuk kemaslahatan manusia, dapat
dipelihara dan diolah (dikembangkan) melalui
bisnis. Atau sesuatu yang disukai manusia dan
dapat dihadirkan pada saat dibutuhkan. Firman
Allah dlm al-Quran surat al-Baqarah:29:”Dialah
Allah yang menjadikan segala yang ada dibumi
untuk kamu semuanya…”
12
2. Kedudukan dan Fungsi Harta

Harta sebagai penunjang semua kehidupan manusia


(sandang-pangan-papan)
Harta termasuk ke dalam kebutuhan pokok
manusia (al-dharuriyat al-khamsah) yaitu
memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan
(keturunan), dan harta.
Untuk memelihara harta islam melarang mencuri,
menipu, menjalankan dan memakan riba, merusak
harta baik milik sendiri maupun milik orang lain.
Untuk memperoleh harta disyariatkan usaha-usaha
halal seperti bertani, berdagang, mengelola industri ,
dll.
Pemanfaatan harta untuk kepentingan pribadi,
membantu orang lain dan masyarakat (fungsi
sosial). 13
3. Macam-macam Harta
1. Dari segi kebolehan pemanfaatannya
1) Halal untuk dimanfaatkan (mal mutaqawwim)
misal: binatang ternak, makanan, dsb.
2) Tidak halal untuk dimanfaatkan (mal ghairu
mutaqawwim), misal: babi, bangkai, khamar
(minuman memabukkan)
2. Dari segi jenis ;
1) Harta yang tidak bergerak (ghair manqul) ;
misal kebun, rumah
2) Harta yang bergerak, misal: mobil, binatang,dll.
3. Dari segi pemanfaatannya:
1) Harta yang pemanfaatannya tdk menghabiskan
benda tersebut dan tetap utuh (al-isti’mali), misal
rumah , lahan pertanian
14
..lanjutan
2) Harta yang pemanfaatannya, menghabiskan
benda tersebut (al-istihlaki) misal: pakaian,
makanan, minuman, sabun, dsb

4. Dilihat Dari segi jenis ada atau tidak ada di


pasaran, yaitu:
1) Benda yang ada jenisnya (al-mitsliy) misal
benda yang dapat ditakar/ditimbang spt :beras,
gula, kentang,dsb.
2) Harta yang tidak ada jenisnya yang sama
dalam satuannya (al-qimiy), misal: alat-alat
rumah tangga. Dlm harta qimiy tdk mungkin
terjadi riba karena jenis satuannya tdk sama.

15
5. Dari status (kedudukan) harta:
1) Harta yang telah dimiliki (al-mal al-
mamluk), baik milik pribadi, badan hukum
(negara, organisasi, amsyarakat)
2) Harta yang tidak dimilik seseorang (mal al-
mubah). Mis: sumber mat aair, kayu di
hutan belantara, ikan di laut.
3) Harta yang dilarang oleh syara’ memilkinya,
atau harta yang diperuntukkan untuk
kepentingan umum. Misal benda wakaf,
jalan umum, saluran air.

16
6. Dilihat dari segi bisa dibagi atau tidak harta tsb
1) Harta yang bsa dibagi. Artinya: apabila harta itu
dibagi, maka tidak rusak dan manfaatnya tidak
hilang. misal:rumah, tanah.

2) Harta yang tida bisa dibagi. Misal: mobil, motor.

7. Dilihat Dari segi berkembang atau tidak


1) al-ashl, yaitu: harta yang menghasilkan, misal;
hewan, pepohonan.
2) al-tsamr (buah atau hasil), misal: susu
sapi/kambing., buah-buahan

17
8. Dari segi status kepemilikan
1) Harta milik pribadi yang bebas digunakan dan
dimanfaatkan pemilik selam atidak merugikan
orang lain.
2) Harta milki masyarakat umum yang
pemanfaatannya untuk semua , misal: jalan
raya, harta wakaf, tanah-tanah negara

18
V. KEPEMILIKAN
1. Arti Milik
Milik atau al-milk asal katanya malaka,yamliku,
milk. Arti milik menurut bahasa yaitu
“menguasai sesuatu dan sanggup bertindak
menguasainya. Arti milik menurut syara’ yaitu
Suatu kekhususan bagi seseorang yang
menghalangi pihak lain menurut syara’ yang
membenarkan pemilik bertindak terhadap benda
miliknya sekehendak hati kecuali ada
penghalang.

2. Macam-macam Hak milik


a. Milk al-’aini yatu memiliki benda yang dapat
dimiliki. Misal: kendaraan, binatang, rumah,dsb
19
..lanjutan
b. Milk al-manfaat yaitu hak untuk menfaatkannya
saja.Misal: buku di perpustakaan, mendiami rumah
dengan cara sewa atau pinjam.

c. Milk al-dayn, yaitu memiliki barang dengan cara utang.

20
VI. AKAD (TRANSAKSI)

1. Pengertian Akad
Akad berasal dari bahasa Arab al-’Aqd yang berarti
mengikat dua tepi. Akad menurut syara’ yaitu
perikatan antara ijab (pernyataan melakukan akad)
dan qabul (pernyataan menerima akad) sesuai
dengan aturan syara’ yang berpengaruh terhadap
obyek akad.
2. Rukun Akad
a. Shighat al-’aqd (pernyataan untuk mengikatkan
diri)
b. Pihak-pihak yang berakad
c. Obyek akad.
21
3. Syarat-syarat Umum Akad
Pihak yang bertransaksi dpandang mampu bertindak
menurut hukum (mukallaf). Jika tidak mampu
dilakukan oleh wali
Obyek akad: - berbentuk harta, dimiliki seseorang,
bernilai harta menurut syara’.
Akad itu tidak dilarang oleh syara’
Akad memenuhi syarat-syarat khusus dengan akad
yg bersangkutan. Mis: syarat jual beli berbeda dgn
syarat ijarah (sewa-menyewa)
Akad itu bermanfaat.
Ijab tetap utuh sampai terjadi qabul
Ijab & qabul menggambarkan proses transaksi
Tujuan akad diakui oleh syara’
22
4. Berakhirnya Suatu Akad

Berakhir masa berlaku akad, jika akad itu memiliki


tenggang waktu
Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad
Dalam suatu akad yang mengikat, akad dapat
berakhir jika:
1. Akad itu fasid
2. Berlaku khiyar syarat, khiyar ‘aibi
3. Akad tdk dilaksanakan oleh salah satu pihak yg
berakad
4. Telah tercapai tujuan akad dgn sempurna
• Wafat salah satu pihak yang berakad.

2015 23
PENJELASAN
 Prinsip dalam transaksi syariah yaitu tidak boleh mengandung
unsur gharar, maysir, riba, zalim, risywah, barang haram dan
maksiat
 "Gharar" adalah transaksi yang mengandung tipuan dari salah satu
pihak sehingga pihak yang lain dirugikan.
 “Maysir" adalah transaksi yang mengandung unsur perjudian,
untung-untungan atau spekulatif yang tinggi.
 "Riba" adalah transaksi dengan pengambilan tambahan, baik dalam
transaksi jual-beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau
bertentangan dengan ajaran Islam.
 ”Zalim" adalah tindakan atau perbuatan yang mengakibatkan
kerugian dan penderitaan pihak lain.
 "Risywah" adalah tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau
bentuk lainnya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan
fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi.
 "Barang haram dan maksiat" adalah barang atau fasilitas yang
dilarang dimanfaatkan atau digunakan menurut hukum Islam.

24
•BUNGA DAN RIBA
Dalam Perspektif Sejarah dan Agama
YUNANI
•PLATO (427-347SM)
1. Bunga menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam
masyarakat
2. Bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi
golongan miskin

ARISTOTELES (384-322SM)
Fungsi uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange) bukan alat
menghasilkan tambahan melalui
Bunga
“..istilah riba yang berarti lahirnya uang dari uang, diterapkan kepada
pengembangbiakan uang karena analogi keturunan dan orang tua.
Dibanding dengan semua cara mendapatkan uang, cara seperti ini adalah
yang paling tidak alami” (Politics, 1258)
YAHUDI
Kitab Eksodus (Keluaran) 22:25
Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang umatku,
orang yang miskin diantramu, maka janganlah engkau berlaku sbg
penagih hutang terhadap dia, janganlag engkau bebankan bunga
kepadanya.”
Kitab Deuteronomy (Ulangan) 23:19
“Janglah engkau membungakan uang kepada saudaramu, baik
uang maupun bahan makanan, atau apa pun yg dapat dibungakan.”
• Kitab Levicitus (Imamat) 35:7
• Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba darinya,
melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu
bisa hidup diantaramu. Jangan engkau memberi uangmu
kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu jangan lah
kau berikan dengan meminta riba.”
KRISTEN

“Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang,


karena kamu berharap akan mendapat sesuatu
darpadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun
meminjamkan kepada orang berdosa, supaya mereka
menerima kembali sama banyak. Tetapi kasihilah
musuhmu dan berbuat baiklah kepada merekadan
pinjamkan dengan tidka mengharap balasan, maka
upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak
Tuhan Yang Maha Tinggi, sebab ia baik terhadap orang
–orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap
orang-orang yang jahat.” (Lukas 6:34-35)
lanjutan

Karena tidak disebutkan secara jelas, timbul berbagai


tanggapan dan tafsirantentang boleh tidaknya
melakukan praktek pembungaan. Pandangan para
sarjana Kristen thdp praktek pembungaan terbagi
tiga periode, yaitu:
- Pandangan pendeta awal (abad I-XII)
- Pandangan para sarja Kristen (abad XII-XV)
- Pandangan para reformis Kristen (Abad XV-1836)
Kristen
Pandangan pendeta awal (abad I-XII) : Larangan
mengambil bunga merujuk kepada Old Testament
yang juga diimani oleh orang Kristen.
St Basil ((329-379)
St Gregory dari Nyssa (335-395)
St Ambrose
St Augustine
St Alsem dari Cenerbury (1033-1109)
Larangan yang dikeluarkan gereja dlm bentuk undang-
undang (Canon)
Council of Elvira (Spanyol tahun 306)
Council of Arles (tahun 314)
First Council of Nicaea (Tahun 325)
Council of Carthage (th 345) & Council of Aix la (789)
Council of Latern (1179)
Council of Lyons (1274)
Council of Vienne (1311)
+ Kesimpulan pandangan Pendeta Awal (Abad I-XII)
- Bunga adalah semua bentuk yang diminta sbg imbalan yg
melebihi jumlah barang yang dipinjamkan di awal
- Mengambil bunga adalah suatu dosa yang dilarang baik
dalam Perjanjian Lama maupun Perjanian Baru
Lanjutan…
Keinginan atau niat untuk mendapat imbalan
melebihi apa yang dipinjamkan adalah suatu dosa
Bunga harus dikembalikan kepada pemiliknya
Harga barang yang tinggi untuk penjualan secara
kredit juga merupakan bunag yang terselubung
Pandangan Para Sarjana Kristen (Abad XII-XV)
Robert of Courcon (1152-1218)
William Auxxerre (1160-1220)
St Raymond of Pennafore (1180-1278)
St Bonaventure (1221-1274)
St Thomas Aquinas (1225-1274)
Bunga dibedakan menjadi interest dan usury
Niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan
dengan memberikan pinjaman adalah suatu dosa
yang bertentangan dengan keadilan
Mengambil bunga dari pinjaman diperbolehkan,
namun haram atau tidaknya tergantung niat si
penabung
Pandangan Para Reformis Kristen (Abad XVI-th 11836)
John Calvin (1509-1564)
Charles de Moulin (1500-1566)
Claude Saumaise (1588-1653)
Martin Luther (1483-1546)
Melancthon (1497-1560)
Zwingli (1484-1531)
Dosa apabila bunga memberatkan
Uang dapat membiak (kontra dgn Aristoteles)
Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi
Jangan mengambil bunga dari orang miskin
ISLAM
Al-Ruum:39
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar ia
bertambah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang yang melipatgandakannya
(pahalanya)
Al-Nisa:160-161
“Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan
diatas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang
dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak
menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka
memakan riba , padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan
jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk rang-orang
yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih
Lanjutan …

Ali Imran :130


‘hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada
Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Al-Baqarah:278-279
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allahdan tinggalkanlah sisa riba (yg belum sempat
dipungut) jika kamu (benar-benar) sbg orang-orang
beriman. Jika kamu tidak lagi mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka (ketahuilah) untuk kamu modal hartamu,
(sebab) kamu tidak boleh merugikan dan (juga) tidak
boleh dirugikan.
ISLAM
Jabir berkata bahwa Rasulullah saw mengutuk orang
yang menerima riba, orang yang membayarnya dan
orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya,
kemudian beliau bersabda:”Merka semuanya sama.”
(HR Muslim)

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi saw


berata;”Pada malam perjalananku Mi’raj, aku melihat
orang-orang yang perutnya seperti rumah,
didalamnya dipenuhi ular-ular yang kelihatan dari
luar. Aku bertanya kepada Jibril, siapakah mereka
itu? Jibril menjawab:”mereka adalah orang-orang
yang menerima riba.”
RIBA
Riba :
- riba dayn (riba dalam pinjaman)
- riba ba’i (riba dalam jual beli)

* Riba Ba’i:
- Riba Fadl: riba karena pertukaran barang yang sejenis, tapi
jumlahnya tidak seimbang
- Riba nasiah: riba karena pertukaran yang sejenis dan
jumlahnya dilebihkan karena melibatkan jangka waktu
- Ulama sepakat bahwa riba haram. Namun, persoalannya
apakah bunga bank sama dengan riba?
Bunga Bank Pandangan Dunia Islam

Dewan Studi Islam al-Azhar Cairo


Bunga dalam segala bentuk pinjaman adalah riba
Rabithah alam islamy
Bunga bank yang berlaku dalam perbankan
konvensional adalah riba yang diharamkan (Keputusan
no 6 sidang ke-9, Mekkah 12-19 Rajab 1406 H)
• Majma’ Fiqih Islamy, Organisasi Konferensi Islam
• Seluruh tambahan dan bunga atas pinajman yang jatuh
tempo dan ansabah tidak mampu membayarnya,
demikian pula tamgahan (atau bunga) atas pinajman
dari permulaan perjanjian adalah dua gambaran dari
riba yang diharamkan secara syariah (Keputusan n 10
Majelis Fiqih Islamy, Konferensi OKI ke II, 22-28
Desember 1985
BUNGA BANK PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Nahdhatul Ulama
Sebagian ulam amengatakan sama dengan riba, sebagian
lain mengatakan tidak sama dan sebagia menyatakan
syubhat.
• Rekomendasi agar PBNU mendirikan bank Islam sengan
sistem tanpa bunga (Bahtsul Masail, Munas Bandar
Lampung, 1992)
• Muhammadiyah
• Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada
nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku
termasuk perkara mutasyabihat
• Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk
mengusahakan terwujudnya konsepsi perekonomian
khususnya lembaga perbankan yang sesuai qaidah Islam
(Lajnah Tarjih Sidoarjo, 1968)
BUNGA BANK PANDANGAN ULAMA INDONESIA
Majelis ulama Indonesia
1) Bunga bank sama dengan riba; 2) tidak
sama dengan riba;3)syubhat. MUI harus
mendirikan bank alternatif (Lokakarya Alim
Ulama Cisarua 1991)
2) Lajnah Ulama Komisi Fatwa se Indonesia,
MUI : bunga sama dengan riba (Silaknas
MUI, 16 Desember 2003)
Alasan Pihak yang membolehkan
1. Boleh mengambil bunga karena darurat
2. Pada tingkat wajar, tidak mengapa bunga dibebankan
3. Opportunity Lost yang ditanggung pemilik dana
disebabkan penggunaan uang oleh pihak lain
4. Bunga untuk konsumtif dilarang, untuk produktif
dibolehkan
5. Uang sebagai komoditi, karena itu ada harganya , dan
harga uang itu adalah bunga
6. Bunga sbg penyeimbang laju inflasi
7. Bunga sebagai upah menunggu
8. Nilai uang sekarang lebih besar daripada nilai uang pada
masa depan
9. Di zaman Nabi tidak ada bank, dan bank bukan
Syakhshiyyah mukallafah (yang terkena kewajiban
menjalankan hukum syariah)
UPAYA ULAMA
Istinbath ulama terhadap sumber-sumber syariah
merupakan upaya menghindari riba. Diantara
hasilnya adalah produk muamalah:
- Musyarakah, mudharabah (Qiradh), muzara’ah,
musaqat, mugharatsah.
- Murabahah, ba’I muajjal, salam, Istisna, Sharf,
Jazzaf
- Wadi’ah, Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, Qardh,
I’arah, Sulh, Musaqah, Ihya Ardil Mawat,
Alasan Jawaban Thdp Kebolehan Bunga
1. Kebolehan karena darurat lemah, karena ada tempat lain
untuk menyimpan uang selain bank. Apakah menyimpan
uang di tempat lain selain bank itu menyebabkan darurat?
2. Bunga boleh jika “wajar” tidak jelas, karena kata wajar itu
kualitatif dan terikat pada jangka waktu dan tempat. Jika
kita melihat pergerakan suku bunga, dikatakan wajar
menurut siapa?
3. Opportunity cost (lost) akibat pinjaman unag oleh phak lain
sangat lemah. (Apabila uang dipakai sendiri selalu untung) .
Penggunaan uang oleh pemilik tidka selalu membawa
keuntungan
4. Bunga hanya untuk produksi tidka untuk konsumsi tidak
jelas, karena produksi pada dasarnya dalah konsumsi
barang-barang modal dan konsumsi adalah memproduksi
zat lain seperti energi dan kerja.
lanjutan
5. Uang sbg komoditi dan harga uang adalah bunga. Ini
ungakpan para bankir. Jika komoditi mengapa harus
dikembalikan. Akibat uang sebagai komoditi mengakatkan
krisis dahsyat pada dunia.
6. Bunga sebagai penyeimbang laju inflasi. Jika suku bunga
naik, maka produsen pemakai dana pinjaman akan
menaikan harga jual, sehingga akan terjadi kenaikan
harga. Dengan demikian akan terjadi inflasi.
7. Bunga sebagai imbalan menunggu (Abstinence Concept).
Artinya jika uang dipinjam orang lain, maka seseorang
harus menunggu. Upah menunggu itulah bunga. Alasan
balik: Jika orang punya uang dan ingin menggunakannya,
lanjutan
tidak akan dipinjamkan kepada orang lain. Untuk apa
dipinjamkan jika ia sendiri membutuhkan. Jika
menunggu harus dapat imbalan, ada sementara
orang menitip dengan membayar . Artinya ada motif
lain selain keuntunag yaitu keamanan dan likuiditas.
* Nilai uang masa kini lebih tinggi dari nilai uang masa
depan (Time Value of Money) merupakan faham
penganut monetaris. Alasan ini tidak kuat, karena
kuantitas uang ditentuka oleh bank sentral.Jika bank
sentral melakukan kontraksi (pengurangan uang),
maka nilai uang akan naik, karen ajumlahnya sedikit
dibanding barang
lanjutan
Bank sebagai lembaga baru yang tidak ada di zaman
Nabi dan tidak kena taklif tidak beralasan. Artinya,
bank sebagai sebuah organisasi berisi kumpulan
manusia. Bank merupakan entitas legal yang
keberadaannya diatur berdasarkan rumusan yang
dibuat oleh manusia. Dengan demikian mengikat
manusia yang berhubungan dengan bank.
JUAL BELI
Jual beli dalam bahasa Arab yaitu al-ba’i. Kata al-ba’i
secara etimologi berasal dari kata ‫باع يبيع بيعا ومبيعا‬artinya
‫ ( مقابلة شيئ بشيئ‬tukar-menukar suatu barang dengan
barang lainnya)
Rumusan jual beli menurut istilah yaitu:
‫علَى الد ََّو ِام‬ ِ ‫اس ُمبَا َدلَ ِة ا ْل َما ِل ِليُ ِف ْي َد ت َبَا ُد َل ا ْل ِم ْل ِكيَّا‬
َ ‫ت‬ ِ ‫س‬َ َ ‫علَى أ‬
َ ‫ع ْق ٌد يَقٌ ْو ُم‬
َ
“Aqad yang berdiri atas dasar penukaran harta dengan
harta lalu terjadilah penukaran milik secara tetap.”
DASAR HUKUM JUAL BELI
1 al-Qur'an surat al-Baqarah /2:275
‫ألرَبا‬ َ ‫هللا ْأل َب ْي َع َو َح َّر‬
‫م‬ ُ ‫َو َأ َح َّل‬
ِّ
Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba
2. al-Qur'an surat al-Nisa /4:29
َ ‫َي َاأ ُّي َها َّأل ِّذ َين َء َأم ُنوأ َال َت ْا ُك ُلوأ َأ ْم َو َأل ُكم َب ْي َن ُكم ب ْال َب ِّاطل أ َّال َأ ْن َت ُك‬
َ ‫ون ِّت َج َار ًة َعن َت َرأض ِّمن ُك ْم َو َال َت ْق ُت ُلوأ َأ ُنف َس ُك ْم أ َّن‬
‫هللا‬ ِ ٍ ِ ِّ ِّ
}29{ ‫َك َان ِّب ُك ْم َر ِّح ًيما‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-
suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
lanjutan

Al-Sunnah, antara lain:


Hadis Nabi riwayat Abu Sa'id al-Khudry bahwa
Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya ) ‫أنما ألبيع عن ترأض (روأه ألبيهقى وأبن ماجه وصححه أبن حبان‬
jual beli itu harus dilakukan atas dasar kerelaan."

Ijma' . Mayoritas ulama menghalalkan jual beli


RUKUN JUAL BELI

Rukun jual beli ada empat: penjual, pembeli, shighat


(ijab & qabul), dan barang (ma’qud ‘alaih).
Ijab yaitu ungkapan dari orang yang memiliki barang
(penjual) walaupun diucapkan terakhir. Sedangkan
qabul yaitu ungkapan dari orang yang akan memiliki
barang (pembeli) walaupun diucapkan di awal.
Syarat-syarat Jual Beli

1) Syarat Orang yang beraqad : Berakal , kehendak


sendiri.
2) Syarat akad; ijab dan qabul harus sesuai, dilakukan
dalam satu majlis akad.
3) Objek akad/barang yang diperjualbelikan: harta yang
bermanfaat , diketahui kriterianya, milik sendiri,
dapat diserahterimakan pada saat transaksi.
Beberapa macam jual beli
1. Jaul Beli Salam ( ‫) عقد السلم‬
Secara etimologi, kata salam berarti al-isti’jậl artinya
minta disegerakan, atau al-salaf wa al-isti’jậl. Ba’i Salam
disebut juga ba’i salaf atau ba’i mafậlis. Menurut al-
Mawardi, ba’i salam merupakan istilah yang digunakan
oleh ulama Hijaz dan al-salaf digunakan oleh ulama Irak.
Dinamakan salam karena penyerahan uang di majlis
akad, dan disebut salaf karena penyerahan uang
didahulukan.
lanjutan
Dalam keterangan lain, salaf artinya orang yang
memiliki uang dan menyerahkan uangnya terlebih
dahulu kepada penjual, sedangkan barang yang dijual
diserahkan setelah proses penuaian atau selesai fase
produksi. Kata salam menurut pendapat lain terbatas
pada jual beli, sedangkan salaf terkadang digunakan
maknanya menjadi pinjaman (qardh).
Dasar Hukum Salam

QS.2/al-Baqarah ;282
ْ ْ َ
)282:‫(ألبقرة‬.... ‫َيا َأ ُّي َها َّأل ِّذ َين َء َأم ُنوأ ِأ َذأ َت َد َأي ُنت ْم ِّب َد ْي ٍن ِألى َأ َج ٍل ُّم َس ًّمى َف ْاك ُت ُب ُوه َول َي ْك ُتب َّب ْي َن ُك ْم َكا ِّت ٌب ِّبال َع ْد ِّل‬
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang
ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya
dengan benar…
waktunya harus jelas.
lanjutan
Ayat tersebut menurut Ibnu Abbas mengandung hukum
jual beli salam yang ketentuan waktunya harus jelas.
Nabi bersabda:
‫من أسلف فى شيئ فليسلف فى كيل معلوم ووزن معلوم الى اجل معلوم (رواه‬
)‫البخارى ومسلم‬
“Siapa saja yang melakukan jual beli salam (salaf), maka
lakukanlah dalam ukuran tertentu, timbangan tertentu
dan waktu tertentu.” (HR Bukhari Muslim)
Syarat & Rukun Salam

1. Penyerahan uang di majlis akad


2. Sifat barang yang disebutkan sesuai dengan harga
barang
3. Barang dapat diserahterimakan
4. Akad salam tidak dikaitkan dengan sesuatu
5. Tidak melakukan akad salam terhadap makanan
dimana penggantinya juga makanan
Syarat salam terkait dua hal yaitu syarat
akad dan objek salam.

1. Syarat terkait dengan modal/harga, harus jelas dan


terukur berapa harga barangnya, berapa uang
mukanya, dan berapa lama sampai pembayaran
terakhirnya.
2. Yang berkaitan dengan objek salam yaitu harus jelas
jenis, ciri-cirinya, kualitas, dan kuantitasnya.
3. Akad harus jelas, tidak dikaitkan dengan sesuatu.
JUAL BELI ISTISHNA’
( ‫ ( عقد اإلستصناع‬Kata istishna’ secara etimologi berasal dari
bahasa Arab ‫صنع يصنع صنعا‬artinya membuat. Kata
istishna’ adalah bentuk mashdar dari kata istashna’a
yang artinya ‫(طلب الصنعة‬tuntutan permintaan
membuatkan sesuatu). Menurut istilah, istishna’ adalah:
‫عقد مع صانع على عمل شيئ معين فى الذمة‬
Suatu perjanjian atau akad dengan pekerja untuk
mengerjakan suatu pekerjaan yang menjadi tanggungan
shậni’.
Syarat dan rukun istishna’ meliputi:
1. Pihak-pihak yang berakad yaitu mustashni’ (pemesan)
dengan shậni’ (pekerja). Mereka harus cakap hukum
dan mumayyiz
2. Adanya shighat ijab dan qabul yang harus disebutkan
secara jelas.
3. Objek yang diakadkan yang terdiri atas mashnǔ
(barang pesanan) dan tsaman (harga jual). Barang
yang akan dibuat harus dijelaskan bentuknya, kadar
dan sifatnya, tipe serta jenis, kualitas dan
kuantitasnya.
lanjutan

Seorang pekerja (shậni’) mendapatkan upah karena


pekerjaannya, tetapi yang menjadi objek jual adalah
barang (al’ain) bukan pekerjaannya.
3) Aqad al-Sharf ( ‫) عقد الصرف‬

Kata al-sharf menurut bahasa artinya tambahan.


Sedangkan menurut istilah yaitu tukar- menukar uang
dengan uang sejenis atau berbeda jenisnya. Seperti tukar-
menukar emas dengan emas, perak dengan perak, atau
emas dengan perak secara tunai.
b. Syaratnya yaitu serah terima sebelum berpisah antara
pihak yang berakad, objek akad harus serupa, tidak ada
khiyar, dan tunai (tidak diutangkan).
4) Ba’i al-Jizậf ( ‫) بيع الجزاف‬

Ba’i al-Jizậf yaitu jual beli suatu barang tanpa ukuran,


timbangan, dan perhitungan melainkan dengan perkiraan
setelah melihat barang yang akan dibeli. Istilah al-jazf
asalnya bermakna mengambil dengan banyak. Istilah
tersebut dinamakan jual beli jizậf oleh al-Syaukani yakni
sesuatu yang tidak diketahui ukurannya secara pasti.
JAUL BELI MURABAHAH
Kata al-murabah ah dalam kitab Lisan al-Arab berasal dari
kata al-ribh (‫ ) الربح‬dan al-ribah (‫الربَح‬ ِّ ( dengan bentuk ‫َربِّ َح‬
‫يَ ْربَح ِّر ْب ًحا َو َربَ ًحا َو َربَا َحا‬artinya beruntung atau memberikan
keuntungan. Al-Ribh dengan kasrah ra' bentuk jamaknya
‫ ;ارباح‬suatu keuntungan yg diperoleh. Al-Ribh juga berarti
suatu kelebihan yg diperoleh dari produksi atau modal
(profit). Sedangkan murabahah menurut istilah yaitu jual
beli benda dengan alat tukar disertai tambahan laba yang
telah ditentukan (resale with a stated profit).
lanjutan

Menurut al-Nawawi murabahah yaitu:


 ‫عقد بني الثمن فيه على ثمن البيع األول مع زيادة‬
 “Suatu akad harga barang merupakan harga
pembelian (pertama) disertai adanya tambahan.”
b. Syarat Jual Beli Murabahah

1. Penjual memberi tahu harga barang kepada pembeli.


2. Laba yang diperoleh dan disepakati harus diketahui
secara pasti
3. Barang yang dijual jelas
4. Kejujuran penjual. Dalam hal ini penjual tidak boleh
menyembunyikan hal-hal yang berkaitan dengan
identitas dan kualitas produk serta harga.
Utang Piutang
Hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal
dengan istilah Al-Qardh. Makna Al-Qardh secara
etimologi (bahasa) ialah Al-Qath’u yang berarti
memotong. Harta yang diserahkan kepada orang yang
berhutang disebut Al-Qardh, karena merupakan
potongan dari harta orang yang memberikan hutang.
(Lihat Fiqh Muamalat (2/11), karya Wahbah Zuhaili)
Hukum Hutang Piutang

Utang piutang hkmnya boleh


ِّ ‫اإلثْ ِّم َو ْالع ْد َو‬
… … ‫ان‬ ِّ ‫علَى‬ ِّ ‫علَى ْال‬
َ ْ‫بر َوالت َّ ْق َوى َوالَ تَعَ َاونوا‬ َ ْ‫َوتَعَ َاونوا‬
( …“Dan) tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebaikan dan taqwa. Dan jangan kamu
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan maksiat
(pelanggaran) …” (Q.S. Al-Ma’idah [5]: 2)
Qiradh mnrt istilah
Sedangkan secara terminologis (istilah syar’i), makna Al-
Qardh ialah menyerahkan harta (uang) sebagai bentuk
kasih sayang kepada siapa saja yang akan
memanfaatkannya dan dia akan mengembalikannya
(pada suatu saat) sesuai dengan padanannya. (Lihat
Muntaha Al-Iradat (I/197). Dikutip dari Mauqif Asy-
Syari’ah Min Al-Masharif Al-Islamiyyah Al-Mu’ashirah,
karya DR. Abdullah Abdurrahim Al-Abbadi, hal.29).
Hukum Hutang Piutang
Hutang piutang hukumnya boleh. Dasarnya adalah al-
Quran surat 02:245
: “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah,
pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan
Allah), maka Allah akan meipatgandakan pembayaran
kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-
Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245)
Hadis Nabi
diriwayatkan dari Abu Rafi’, bahwa Nabi Sholallohu'alaihiwasallam
pernah meminjam seekor unta kepada seorang lelaki. Aku
datang menemui beliau membawa seekor unta dari sedekah.
Beliau menyuruh Abu Rafi’ untuk mengembalikan unta milik lelaki
tersebut. Abu Rafi’ kembali kepada beliau dan berkata, “Wahai
Rasulullah! Yang kudapatkan hanya-lah sesekor unta ruba’i
terbaik?” Beliau bersabda, “Berikan saja kepadanya.
Sesungguhnya orang yang terbaik adalah yang paling baik dalam
mengembalikan hutang.” (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Istiqradh,
baba istiqradh Al-Ibil (no.2390), dan Muslim dalam kitab Al-
musaqah, bab Man Istaslafa Syai-an Fa Qadha Khairan Minhu
(no.1600)
BEBERAPA ADAB ISLAMI DALAM HUTANG PIUTANG
1. Dituliskan atau dipersaksikan
2. Pemberi hutang atau pinjaman tidak boleh
mengambil keuntungan atau manfaat dari orang
yang berhutang
3. Mengembalikan hutang dg cara yg baik
4. Berhutang dengan niat baik dan akan melunasinya
Akad-Akad Kerjasama (Syirkah)
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari
kata syarika (fi’il mâdhi),yasyraku (fi’il
mudhâri’), dan mashdar (kata dasar)nya ada
tiga wazn(timbangan), boleh dibaca dengan
salah satunya,
yaitu: syirkatan /syarikatan /syarakatan;
artinya persekutuan atau perserikatan. Dan
dapat diartikan pula dengan percampuran,
sebagaimana firman Allah dalam surat Shaad,
ayat 24. (Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdullah
Al-Bassam IV/601).
Musyarakah

menurut istilah para ulama fikih, syirkah adalah suatu


akad kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana (atau amal) dengan
kesepakatan bahwa keuntungan dan kerugian akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
(Bidayatul Mujtahid, Ibnu Rusydi II/253).

7/4/2007 73
Dasar Hukum Syirkah
A. Al-Qur’an:
Firman Allah Ta’ala: “Dan Sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka
berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh;
dan amat sedikitlah mereka ini.” (QS. Shaad: 24)
Dan firman-Nya pula: “Maka mereka bersekutu dalam yang
sepertiga itu.” (QS. An-Nisa’: 12)
Kedua ayat di atas menunjukkan perkenanan dan
pengakuan Allah akan adanya perserikatan dalam
kepemilikan harta. Hanya saja dalam surat An-Nisa’ ayat 12
perkongsian terjadi secara otomatis karena waris,
sedangkan dalam surat Shaad ayat 24 terjadi atas dasar
akad (transaksi).
74
Dasar Syirkah
B. Hadits:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya
Allah azza wa jalla berfirman: “Aku pihak ketiga dari dua
orang yang berserikat selama salah satunya tidak
mengkhianati pihak lainnya. Kalau salah satunya
berkhianat, Aku keluar dari keduanya.” (HR. Abu Daud
no.3383, dan Al-Hakim no.2322).
C. Ijma’:
Ibnu Qudamah berkata: “Kaum muslimin telah
berkonsensus terhadap legitimasisyirkah secara global
walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa
elemen darinya.” (Al-Mughni V/109).

75
Rukun syirkah yang pokok ada 3 (tiga) yaitu:
Menurut mayoritas ulama fikih, bahwa rukun syirkah itu
ada 3 (tiga), yaitu:
(1) akad (ijab-kabul), disebut juga shighat; (2) dua
pihak yang berakad (al–‘âqidâni), syaratnya harus
memiliki kecakapan melakukan tasharruf(pengelolaan
harta); (3) obyek akad, disebut juga al–ma’qûd ‘alaihi,
yang mencakup pekerjaan (al–amal) dan atau modal
(al–mâl). (Al-Fiqhu ‘Alal Madzahibi al-Arba’ah,
Abdurrahman al-Jaziri).
Adapun syarat sah akad ada 2 (dua) yaitu: (1) obyek
akadnya berupa tasharruf, yaitu aktivitas pengelolaan
harta dengan melakukan akad-akad, misalnya akad jual-
beli; (2) obyek akadnya dapat diwakilkan (wakalah),
agar keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara
para syarîk (mitra usaha).
76
Macam-macam Syirkah
Pertama: Syirkah Amlaak (Hak Milik)
Yaitu penguasaan harta secara kolektif, berupa bangunan, barang bergerak atau
barang berharga. Yaitu perserikatan dua orang atau lebih yang dimiliki melalui
transaksi jual beli, hadiah, warisan atau yang lainnya. Dalam
bentuk syirkahseperti ini kedua belah pihak tidak berhak mengusik bagian
rekan kongsinya, ia tidak boleh menggunakannya tanpa seijin rekannya.
(Taudhihul Ahkam, Syaikh Abdullah Al-Bassam IV/601).
Misalnya; si A dan si B diberi wasiat atau hadiah berupa sebuah mobil oleh
seseorang dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang
keduanya, atau mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua
berserikat dalam kepemilikan mobil tersebut. (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq
III/258, dan Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/794)
Kedua : Syirkah Uquud (Transaksional/kontrak)
Yaitu akad kerja sama antara dua orang yang bersekutu dalam modal dan
keuntungan, misalnya, dalam transaksi jual beli atau lainnya. Dalam syirkahseperti
ini, pihak-pihak yang berkongsi berhak menggunakan barang syirkahdengan kuasa
masing-masing. Dalam hal ini, seseorang bertindak sebagai pemilik barang, jika
yang digunakan adalah miliknya. Dan sebagai wakil, jika barang yang
dipergunakan adalah milik rekannya.
77
Macam-Macam Syirkah Uquud
(Transaksional/kontrak):

(1) syirkah al- inân; (2) syirkah al-abdân; (3) syirkah al-
mudhârabah; (4) syirkah al-wujûh; dan (5)syirkah al-
mufâwadhah.
Menurut ulama Hanabilah, yang sah hanya empat macam,
yaitu: syirkah inân,abdân, mudhârabah, dan wujûh.
Menurut ulama Malikiyah, yang sah hanya tiga macam,
yaitu: syirkah inân, abdan, dan mudhârabah. Menurut
ulama Syafi’iyah dan Zhahiriyah, yang sah hanya syirkah
inân dan mudhârabah. Sedangkan menurut Hanafiyah
semua bentuk syirkah boleh/sah bila memenuhi syarat-
syaratnya yang telah ditetapkan. (Al-Fiqh al-Islâmî wa
Adillatuhu,Wahbah Az-Zuhaili, IV/795).

78
[1]. Syirkah al-‘Inaan
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih dengan harta masing-
masing untuk dikelola oleh mereka sendiri, dan keuntungan dibagi di
antara mereka, atau salah seorang sebagai pengelola dan mendapat
jatah keuntungan lebih banyak daripada rekannya.
hukum syirkah ini diperbolehkan berdasarkan konsensus para ulama,
sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu al-Mundzir. (Al-Fiqhu Al-Islami wa
Adillatuhu, karya Wahbah Az-Zuhaily IV/796).
Contoh syirkah inân: A dan B keduanya dokter . A dan B sepakat
menjalankan bisnis dengan membuka jasa pengobatan. Masing-masing
memberikan konstribusi modal sebesar Rp.50 juta dan keduanya
sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut.
Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqûd);
sedangkan barang (‘urûdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh
dijadikan modalsyirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya pada
saat akad.

79
MACAM-MACAM SYIRKAH
[2]. Syirkah al-Mudharabah, Yaitu, seseorang sebagai
pemodal (investor) menyerahkan sejumlah modal kepada
pihak pengelola (mudharib) untuk diperdagangkan, dan dia
berhak mendapat prosentase tertentu dari keuntungan.
[3]. Syirkah al-Wujûh, Yaitu kerja sama antara dua orang
atau lebih yang memiliki reputasi dan nama baik serta ahli
dalam bisnis. Mereka membeli barang secara kredit (hutang)
dari suatu perusahaan dan menjual barang tersebut secara
tunai, lalu keuntungan yang didapat dibagi bersama atas
dasar kesepakatan di antara mereka. (Bada-i’u al-Shana-i’,
karya al-Kasani VI/77)

80
Syirkah wujûh dibolehkan menurut kalangan
hanafiyah dan hanbaliyah, namun tidak sah menurut
kalangan Malikiyah, Syafi’iyah dan Zhahiriyah. (Al-
Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya Wahbah Az-
Zuhaily IV/801)
Disebut syirkah wujûh karena didasarkan pada
kedudukan, ketokohan, atau keahlian seseorang di
tengah masyarakat. Seseorang yang tdk memiliki
modal, tetapi memiliki nama baik, sehingga mereka
membeli barang secara hutang dengan jaminan
nama baik tersebut.

81
Macam-macam syirkah
Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya
pedagang. Lalu A dan B ber-syirkah wujûh, dengan cara
membeli barang dari seorang pedagang (misalnya C)
secara kredit. A dan B bersepakat, masing-masing memiliki
50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual
barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua, sedangkan
harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).
Dalam syirkah wujûh ini, keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan, bukan berdasarkan prosentase barang
dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian ditanggung
oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase
barang dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan
kesepakatan.

82
Macam-macam syirkah
[4]. Syirkah al-Abdaan (syirkah usaha), Yaitu kerja sama
antaradua orang atau lebih dalam usaha yang dilakukan oleh tubuh
mereka, yakni masing-masing hanya memberikan konstribusi kerja
(‘amal), tanpa konstribusi modal (mâl), seperti kerja sama sesama
dokter di klinik, atau sesama arsitek untuk menggarap sebuah proyek,
atau kerja sama dua orang penjahit untuk menerima order pembuatan
seragam sekolah.
Syirkah ini kadang-kadang disebut juga dengan Syirkah al-A’mâl dan al-
Shanâi’.
Dalam syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian,
tetapi boleh berbeda profesi. Jadi, boleh saja syirkah ‘abdan terdiri dari
beberapa tukang kayu dan tukang besi. (Fiqh al-Sunnah, Sayyid Sabiq
III/260). Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan
merupakan pekerjaan halal. Keuntungan yang diperoleh dibagi
berdasarkan kesepakatan; nisbahnya boleh sama dan boleh juga tidak
sama di antara mitra-mitra usaha (syarîk).
Contohnya: A dan B. keduanya adalah dokter, bersepakat membuka
praktik bersama untuk pengobatan. Mereka sepakat pula, jasa usaha
parktik akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60%
83
dan B sebesar 40%.
[5]. Syirkah al-Mufawadhah
Yaitu kerja sama antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan
suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. Setiap
pihak membagi keuntungan dan kerugian secara sama.
Syirkah Mufawadhah merupakan syirkah komprehensif yang
dalamsyirkah itu semua anggoga sepakat melakukan aliansi dalam
semua jenis kerja sama, seperti ‘inan, abdan dan wujuh.
masing-masing menyerahkan kepada pihak lain hak untuk mengoperasikan
segala aktivitas yang menjadi komitmen kerja sama tersebut, seperti
jual beli, penjaminan, penggadaian, sewa menyewa, menerima tenaga
kerja, dan sejenisnya. Atau syirkah ini bisa pula diartikan kerja sama
dalam segala hal.
Namun tidak termasuk dalam syirkah ini berbagai hasil sampingan yang
didapatkannya, seperti barang temuan, warisan dan sejenisnya. Dan
juga masing-masing tidak menanggung berbagai bentuk denda, seperti
mengganti barang yang dirampas, ganti rugi syirkah , mengganti
barang-barang yang dirusak dan sejenisnya.

84
lanjutan

Dalam syirkah mufawadhah harus ada kesamaan Dana


(modal) yang diberikan, kerja, tanggung jawab,
beban utang dibagi oleh masing-masing pihak, dan
agama. (Al-Fiqhu Al-Islami wa Adillatuhu, karya
Wahbah Az-Zuhaily IV/798, dan Fiqhus
Sunnah, Sayyid Sabiq III/259-260).

85
IJARAH
Secara etimologis al-ijarah berasal dari kata al-ajru artinya
ialah al-iwadh (ganti dan upah). Arti ijarah Sedangkan
menurut terminologinya
‫عقد على منفعة مقصودة معلومة مباحة قابلة للبذل واإلباحة بعوض معلوم‬
Artinya : “Akad atas suatu kemanfaatan yang
mengandung maksud tertentu Dan mubah , serta
menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti
tertentu.
Makna Ijarah
Ijarah diartikan pula jual beli jasa yaitu mengambil manfaat
tenaga manusia. Misal, mempekerjakan tukang, atau
menyewa tenaga ahli. Ijarah juga bermakna sewa
menyawa, yakni mengambil manfaat dari barang. Misal,
rental mobil. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa
ijarah itu menjual manfaat dimana barangnya harus berupa
sesuatu yang boleh disewakan dengan mengambil
manfaatnya.
Dasar Hukum
1. al-Quran surat al-Baqarah/02: 233
َْ ‫للا َوأع َل ُموأ َأ َّ ْن‬
‫للا ِب َما‬ ْ ِ ‫اح َع َلي ُكمْ ِإ َذأ َس َّلم ُتم َّما َء َأتي ُتم ِبال َمع ُرو‬
َْ ‫ف َو َّأت ُْقوأ‬ َْ ‫َو ِإنْ َأ َرد ُتمْ َأن َتس َتر ِض ُعوأ َأو َال َد ُكمْ َف َْل ُج َن‬
}233{ ُُ‫ون َب ِص ُير‬ ْ َ ‫َتع َم ُل‬
Artinya : Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan. Qs. Al Baqarah 233
QS. Al-Qashash/28:26
َ ‫ت ا ْستَئْ ِّج ْره ِّإ َّن َخي َْر َم ِّن ا ْستَأ ْ َج ْر‬
}26{ ‫ت ْالقَ ِّوي اْأل َ ِّمين‬ ِّ َ‫ت ِّإ ْح َداه َما يَآأَب‬
ْ َ‫قَال‬

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku


ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita),
karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya."
‫‪Hadis Nabi‬‬
‫يجف ع ََرقُه‬
‫َّ‬ ‫أن النبي‪ ،‬صلى هللا عليه وسلم‪ ،‬قال‪ :‬أَ ْع ُ‬
‫طوا األجير أجره قبل ْ‬
‫أن‬
‫‪Berilah upah pekerja sebelum keringatnya jering. (HR Ibnu‬‬
‫)‪Majah dari Ibn Umar‬‬

‫للَا صلى هللا عليه وسلم ( قَا َل َ َّ‬


‫للَاُ‬ ‫سو ُل َ َّ ِ‬ ‫َوع َْن أ َ ِبي ُه َر ْي َرةَ رضي هللا عنه قَا َل‪ :‬قَا َل َر ُ‬
‫ع ُح ًّرا ‪ ,‬فَأ َ َك َل‬ ‫تعالى ث َ ََلثَةٌ أَنَا َخ ْ‬
‫ص ُم ُه ْم يَ ْو َم ا َ ْل ِقيَا َم ِة‪َ :‬ر ُج ٌل أَ ْع َطى بِي ث ُ َّم َ‬
‫غد ََر‪َ ,‬و َر ُج ٌل بَا َ‬
‫س ِل ٌم‬‫ستَ ْوفَى ِم ْنهُ‪َ ,‬ولَ ْم يُ ْع ِط ِه أَ ْج َرهُ ) َر َواهُ ُم ْ‬‫يرا ‪ ,‬فَا ْ‬ ‫ستَأ ْ َج َر أَ ِج ً‬
‫ثَ َمنَهُ‪َ ،‬و َر ُج ٌل اِ ْ‬
Artinya:

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Allah 'Azza wa Jalla berfirman: Tiga orang yang
Aku menjadi musuhnya pada hari kiamat ialah:
Orang yang memberi perjanjian dengan nama-Ku
kemudian berkhianat, orang yang menjual orang
merdeka lalu memakan harganya, dan orang yang
mempekerjakan seorang pekerja, lalu pekerja itu
bekerja dengan baik, namun ia tidak memberikan
upahnya." Riwayat Muslim
3. Ijma’ . Ulama sepakat ijarah sebagai suatu akad yang
dibolehkan
Rukun ijarah ada 4 ( Empat ), yaitu

Aqid ( orang yang aqad )


Shighat akad
Ujrah ( Upah )
Manfaat

Aplikasi di bank syari’ah:


 Mua’jjir : bank sebagai pemilik barang modal.
 Musta’jjir.: Nasabah sebagai pihak yang menyewa
barang modal dari Bank ( Mua’jjir)
 Ma’ jur: objek atau barang modal yang dipersewakan.
 Ajran atau Ujrah: sewa barang modal yang harus
dibayar penyewa ( Musta’jjir).
Syarat ijarah terdiri 4 macam:

1) Syarat terjadinya akad


Syarat in’inqad ( terjadinya akad ) berkaitan dengan aqid,
zat akad, dan tempat akad.
2) Syarat pelaksanaan akad ( an-nafadz )
Agar ijarah dapat terlaksanakan, barang harus dimiliki oleh
aqid, atau dia memiliki kekuasaan penuh untuk akad (
ahliyah )
3) Syarat sah ijarah
 Keabsahan ijarah sangat berkaitan dengan aqid ( orang
yang aqad ), ma’qud alaih ( barang yang menjadi obyek
aqad ), ujrah ( upah ), Dan zat akad ( nafs al-aqad )
yaitu :
a) Adanya keridhaan dari kedua pihak yang akad
b) Ma’qud alaih bermanfaat dengan jelas
c) Maqud alaih ( Barang ) harus dapat memenuhi secara
syara’
d) Kemanfaatkan benda di bolehkan menurut syara’
e) Tidak menyewa untuk pekerjaan yang di wajibkan ke
padanya
f) Tidak mengambil manfaat dari diri orang yang di
sewa
g) Manfaat ma’qud alaih sesuai keadaan yang umum
Syarat sah ijarah

4) Syarat Kelaziman
Syarat kelaziman ijarah terdiri atas dua hal yaitu :
– Ma’qud Alaih ( barang sewaan ) terhindar dari cacat
– Tidak ada udzur yang dapat membatalkan akad
Pembagian Dan Hukum Ijarah
Hukum sewa menyewa
 Sewa Rumah
Jika seseorang menyewa rumah, di perbolehkan untuk
memanfaatkannya sesuai kemanfaatannya, bahkan
boleh di sewakan lagi atau di pinjamkan pada orang lain.
Sewa Tanah
Sewa tanah di haruskan untuk menjelaskan tanaman
apa yang akan di tanam atau bangunan apa yang di
bangun.
lanjutan

 Sewa Kendaraan
 Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan
lainnya harus di jelaskan ssalah satu di antara dua hal
waktu Dan tempatnya. Juga harus di jelaskan barang yang
akan di bawa atau benda yang akan di angkut.
 Perbaikan barang sewaan
 Menurut ulama’ Hanafiyah, jika barang yang di sewakan
rusak seperti pintu rusak, atau dinding jebol Dan lain-
lainnya maka pemiliknya yang wajib memperbikinya.
 Kewajiban penyewa setelah habis masa sewa
 Di antara kewajibanpenyewa setelah masa sewa habis
adalah
– Menyerahkan kunci jika yang di sewakan rumah
– Jika yang di sewakan kendaraan, ia harus
menyimpan kembali di tempat asalnya
Hukum upah Mengupah

Upah mengupah atau ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual beli jasa.
Biasanya berlaku dalam beberapa hal, seperti menjahitkan
pakaian, membangun rumah, dan lain-lain, ijarah ‘ala al-
a’mal terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Ijarah Khusus
Ijarah Khusus adalah ijarah yang di lakukan oleh seorang
pekerja. Hukumnya orang yang bekerja tidak boleh
bekerja selain dengan orang yang telah memberikan upah.
2) Ijarah Musytarik
Ijarah Musyatarik adalah ijarah yang di lakukan secara
bersama-sama atau melalui kerja sama hukumnya di
perbolehkan bekerja sama dengan orang lain.
Hikmah Ijarah

1. Memberikan kemudahan bagi masyarakat


2. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
3. Terjadinya tolong-menolong
4. Menghidnari terjadinya kesulitan dan kesempitan
5. Memberikan peluang bagi pengembangan
mu’amalah khusus usaha
ARIYAH
Secara bahasa, ariyah adalah diambil dari kata (‫)عار‬
yang berarti datang dan pergi. Ariyah juga bisa seakar
dengan kata (‫ )التعاور‬yang artinya saling menukar dan
mengganti yakni dalam tradisi pinjam meminjam
Menurut istilah ariyah adalah memberikan manfaat
sesuatu yang halal kepada yang lain untuk diambil
manfaatnya dengan tidak merusakkan zatnya, agar zat
barang itu dapat dikembalikan.
Dalil Ariyah
‫ار ِم ْنهُ د ُُروعا ً يَ ْو َم‬
َ َ‫ستَع‬
ْ ِ‫ي صلى هللا عليه وسلم ا‬ َّ ‫ان ْب ِن أ ُ َميَّةَ; ( أَ َّن اَلنَّ ِب‬ َ ‫ص ْف َو‬
َ ‫َوع َْن‬
ُ ‫َر َواهُ أَبُو د‬
,‫َاو َد‬ ٌ‫ض ُمونَة‬
ْ ‫ع ِاريَةٌ َم‬
َ ‫ بَ ْل‬:‫ْب يَا ُم َح َّم ُد? قَا َل‬ ٌ ‫غص‬ َ َ ‫ أ‬:‫ فَقَا َل‬.‫ُحنَ ْين‬
‫ص َّح َحهُ اَ ْل َحا ِك ُم‬
َ ‫ َو‬,‫سائِي‬ َ َّ‫َوالن‬
Dari Shofwan Ibnu Umayyah Radliyallaahu 'anhu bahwa
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam meminjam darinya
beberapa baju besi sewaktu perang Hunain. Ia bertanya:
Apakah ia rampasan, wahai Muhammad. beliau menjawab:
"Tidak, ia pinjaman yang ditanggung." Riwayat Abu
Dawud, Ahmad, dan Nasa'i. Hadits shahih menurut Hakim
Rukun dan Syarat Pinjam Meminjam

Mu’ir (yang meminjamkan)


Musta’ir (yang meminjam)
Mu’ar (yang dipinjamkan)
Shigat (ijab-qabul)
Mengembalikan pinjaman dengan lebih baik

 Peminjam boleh membayar dengan barang yang lebih baik


dari apa yang dipinjamnya. Karena sebaik-baiknya orang yang
meminjam adalah orang yang membayar dengan lebih dari
apa yang dipinjamnya. Dalam hadits nabi disebutkan bahwa:

‫وعن جابر رضي هللا عنه قال اتيت النبي صلى هللا عليه‬
‫وسلم وكان لي عليه دين فقضاني وزادني‬

“Dan dari Jabir, ia berkata: Aku pernah datang ke tempat Nabi


s.a.w, sedang Nabi s.a.w mempunyai pinjaman kepadaku,
kemudian ia membayarku dan menambah kepadaku”.
Ariyah merupakan tanggungan atau amanat

Peminjam menanggung harga barang jika terjadi


kerusakan apabila dia menggunakannya tidak sesuai
dengan izin yang diberikan pemilik walaupun tanpa
disengaja. Namun, apabila barang tersebut
digunakan sesuai dengan izin pemilik, peminjam
tidak menanggungnya ketika terjadi kerusakan
Hikmah Ariyah

Mempererat persaudaraan untuk saling menolong


dan kerjasama
Menghilangkan kesulitan sesama
Memberikan pemenuhan kebutuhan bagi yang
membutuhkan
‫والسالم عليكم‬

‫‪106‬‬

Anda mungkin juga menyukai