Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nor Naily Sa’adah

Kelas : PS-2B
Nim : 4.42.19.1.17
Mata Kuliah : Hukum Bisnis dan Bank Syariah

Maqashid Syariah

 Pengertian
Menurut bahasa, Maqashid adalah jamak dari “maqshid” maqshid berarti tujuan.
Sedangkan dalam istilah para ulama, Maqashid Asy-Syari’ah adalah tujuan yang ingin
diwujudkan oleh syariah Islam sebagai alasan diturunkannya syariah itu, demi untuk
kemaslahatan hamba-hamba Allah. Maqashid syariah sama dengan kemaslahatan
(segala sesuatu yang mendatangkan manfaat).

 Contoh Maslahah pada Ekonomi Keuangan


 Penerapan collateral pada financing di bank syariah
 Larangan Bay’ Kali bi Kali
 Larangan Bay’ al-’Inah
 Larangan Riba fadhl pada mata uang
 Larangan dumping (siyasah ighraq) dalam penjualan suatu produk, karena
maslahah produsen
 Larangan kartel dan monopoli, karena untuk memelihara kemaslahatan konsumen
 Larangan spekulasi valas karena maslahah ‘ammah
 Penerapan dinar dan dirham karena maslahah ‘ammah
 Mengadakan Pengadilan Niaga Syariah
 Larangan talaqqi rukban,memelihara maslahah petani
 Larangan bay’ najsy, karena menjaga maslahah pembeli agar tidak tertipu
 Intervensi harga pada saat distorsi pasar
 Pilihan sistem Net Revenue sharing (Net RS) pada bagi hasil
 Larangan Ghabn Fahisy
 NA (Akte nikah) bagi orang yang nikah
 Mendirikan rumah sakit
 Sertifikasi pada profesi tertentu,pilot,
 BSMR bagi kacab perbankan syariah
 Memakai helm (maslahah dan sadd zari’ah)
 Keharusan SIM bagi pengendara

 Maqashid Syariah Pada Masa Nabi


Pada Masa Nabi Muhammad SAW penerapan maqashid syariah secara nyata tampak
pada memelihara 5 kebutuhan pokok (kulliyatul khams), yaitu ; al-din, al-nafs, al-‘aql,
al-nasb dan al-mal. Jika mengacu kepada instrumen dan metode maqashid syariah
yang bermuatan maslahah, maka penerapan maqashid syariah tampak pada kasus-
kasus berikut :
- Larangan menyimpan daging kurban, krn kepentingan tamu (orang-orang miskin
desa sekitar Madinah yang datang.Setelah masa itu berakhir, Nabi saw
membolehkan menyimpannya.
- Hadits tentang larangan tas’ir (intervensi harga)
- Hadits tentang larangan talaqqi rukban
- Larangan menyewakan tanah
- Hadits-hadits tentang kebolehan muzara’ah dan larangan tentangnya.

 Penerapan Maqashid Syariah pada Masa Umar Bin Khattab


- Kasus Ghanimah Tanah Sawad di Iraq
- Tidak memotong tangan pencuri pada masa ‘amul maja’ah
- Tidak memberi zakat kepada muallaf
- Menghukum recidivis peminum khamar sebanyak 80 kali
- Menghukum qishah semua jama’ah yang membunuh 1 orang.

 Dalil-Dalil Terkait Maqashid Syariah


 Qur’an Surat Al-Anbiya Ayat 107

Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.”
 Qur’an Surat Ibrahim Ayat 1

Artinya : “Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang
benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.”
 Qur’an Surat An-Nisa Ayat 28

Artinya : “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia


dijadikan bersifat lemah.”

 Manfaat Mempelajari Maqashid Syari’ah


 Mengungkapkan tujuan, alasan, dan hikmah tasyri’ baik yang umum atau khusus,
integral atau parsial di segala bidang kehidupan dan dalam setiap ajaran Islam.
 Menegaskan karakteristik Islam yang sesuai dengan setiap zaman, abadi, realistis
dan luwes.
 Membantu ulama dalam berijtihad dalam bingkai tujuan syariat.
 Memadukan secara seimbang prinsip “Mengambil zhahir nash” dengan prinsip
“memperhatikan ruh Agama : iman, taqwa, ibadah dan substansi nash”.
 Mempersempit perselisihan dan ta’ashub di antara pengikut madzhab fiqih.

 Maqashid Syariah
1. Jiwa : kebutuhan pangan, kesehatan, keamanan
2. Akal : kebutuhan pendidikan dan iptek, larangan merusak
akal
3. Keturunan : mempersiapkan keturunan (nikah)
4. Harta : bekerja, SDA, melindungi harta, bank syariah,
lembaga keuangan syariah
Menurut As Syatibi ada 3 syarat dalam memahami maqasihd syariah :
- Memiliki Pengetahuan Bahasa Arab
- Memiliki pengetahuan tentang Sunnah
- Mengetahui asbabun nuzul
 Pembagian maslahah
1. Maslahah tsabitah, yaitu kemaslahatan yang bersifat tetap, tidak berubah sampai
akhir zaman, misalnya kewajiban shalat, puasa, zakat, haramnya riba, korupsi,
curang.
2. Maslahah mutaghayyirah, kemaslahatan yang dapat berubah sesuai dengan masa,
tempat, situasi, adat kebiasaan, seperti intervensi harga, talaqqi rukban, jaminan
dalam mudharabah.
3. Maslahah ammah, kemaslahatan umum yang menyangkut kepentingan orang
banyak, termasuk kepentingan mayoritas.
4. Maslahah Khashshah, yaitu kemaslahatan tertentu, atau kemaslahatan pribadi,
seperti kemaslahatan tentang pemutusan hubungan perkawinan seseorang yang
dinyatakan hilang (mafqud).

 Tingkatan Maslahah
1. Dharuriyat : kemaslahatan yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia.
2. Hajiyat : kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan
dharuriyat.
3. Tahsiniyat : kemaslahatan yang sifatnya pelengkap bagi kemaslahatan sebelumnya

 Maslahah pada Expnditur dalam Kebijakan Fiskal 


Pengeluran pemerintah (baik APBN maupun APBN) harus mengutamakan kebutuhan
dharuriyat, selanjutnya hajiyat dan seterusnya tahsiniyat. Karena itu tujuan kebijakan
fiskal dalam Islam diprioritaskan untuk pengentasan kemiskinan, yakni memenuhi
kebutuhan dasar rakyat dengan berbagai cara,program dan strategi.

 Maslahah pada Konsumsi


Menurut teori ekonomi konvensional tujuan konsumsi adalah memaksimumkan
utility. Sedangkan menurut syariah, tujuan konsumsi adalah untuk memaksiumkan
maslahah.

 Maslahah pada Produksi 


Menurut ekonomi syariah, pengadaan barang-barang produksi disesuaikan dengan
tingkatan maslahah, di mana barang-barang yang diproduksi harus diutamakan
kebutuhan dharuriyat, selanjutnya hajiyat dan selanjutnya tahsiniyat

 Maslahah Mursalah
Maslahah Mursalah ialah suatu kemaslahatan yang tidak ada dalil yang menyuruhnya
dan tidak ada dalil yang menolaknya, tetapi ia mengandung kebajikan/manfaat.
Contoh: Membukukan Al-quran, Mendirikan lembaga pengadilan, Mendirikan dan
membangun penjara.
Syarat maslahah mursalah:
 Maslahah itu adalah maslahah hakiki, bukan maslahah wahamiyah/dugaan.
 Maslahah itu adalah kemaslahatan umum, bukan perorangan atau kelompok
kecil
 Maslahah itu tidak boleh bertentangan dengan prinsip yang ditetapkan nash
atau ijma’
Contoh Maslahah Mursalah Menurut Ulama
 Membukukan Al-quran
 Mendirikan lembaga pengadilan
 Mendirikan dan membangun penjara

 Kaidah Fiqh tentang Maslahah = Maqashid Syariah


1. “Pada dasarnya, segala sesuatu yang bermanfaat • adalah boleh, sedangkan
yang berbahaya tidak bolah”
2. “Segala madharat (bahaya) harus dihilangkan”
3. “Tidak boleh membuat kemudharatan dan kemudharatan itu tidak boleh
dihilangkan dengan kemudharatan”
4. “Madharat (bahaya) tidak dapat dihilangkan dengan bahaya yang sama”
5. “Madharat yang bersifat khusus (indiviedu) dapat ditolerir untuk menghindari
madarat yang universal”
6. “Tindakan imam (selaku pemegang otoritas) terhadap rakyat harus mengikuti
maslahah”
7. “madharat (bahaya) yang besar dapat dihilangkan dengan bahaya yang lebih
ringat”
8. “Maslahah pada level hajah (hajiyah), kadang-kadang Menempati posisi
maslahah level dharurah (dharuriyah)”
9. “Segala Madharat (bahaya) harus dihindari sedapat mungkin”
10. “Mencegah mafsadah (kerusakan) harus didahulukan daripada mengambil
kemaslahatan”
11. “Kemudharatan itu diukur sesuai dengan tingkat kedharuratannya”
12. “Dimana terdapat kemaslahatan disitu terdapat syariat Allah”
13. “Situasi dharurah membolehkan mahzhurat (yang tidak dibolehkan), “
14. “Jika ada dua kemudharatan, maka yang lebih besar dihindari dengan
melaksanakan kemudharatan yang lebih kecil.”
15. “Segala sesuatu yang diharamkan karena sadd dzari’ah, dapat dibolehkan
karena maslahah yang kuat), ”
Dimana terdapat kemaslahatan di situ ada syariah dan sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai