Anda di halaman 1dari 10

MAQĀṢID SYARĪ’AH SEBAGAI SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN

SISTEM, PRAKTIK, DAN PRODUK PERBANKAN SYARIAH

Moh Nasuka
Program Pascasarjana UNISNU Jepara
Email:Nasucha_durri@yahoo.com

Abstract: This paper aims to explain the understanding, the function of maqāṣid
syarī'ah in life, Islamic economy, and maqāṣid syarī'ah as the corridor of management
of Islamic banking. Maqāṣid syarī'ah is very relevant to be used as the basis for system
development, practice, and even Islamic banking product in this multidimensional era,
in response to contemporary dynamic issues, because it is based on the welfare and
prosperity of society. In the end, Islamic banking products and services provided to
customers can provide benefits, ie, awake his religion, his soul, his intellect, his wealth,
and his descendants.

Abstrak: Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pengertian, fungsi maqāṣid syarī‟ah
dalam kehidupan, ekonomi Islam, dan maqāṣid syarī‟ah sebagai koridor pengelolaan
perbankan syariah. Maqāṣid syarī‟ah sangat relevan digunakan sebagai dasar
pengembangan sistem, praktik, bahkan produk perbankan syariah di era multidimensi
ini, dalam menjawab persoalan kontemporer yang dinamis, karena didasarkan pada
kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat. Pada akhirnya, produk dan layanan
perbankan syariah yang diberikan kepada nasabah dapat memberikan kemaslahatan,
yakni terjaga agamanya, jiwanya, akal pikirannya, hartanya, serta keuturunannya.

Kata Kunci: Maqāṣid Syarī’ah, Ekonomi Islam, Bank Syariah.

I. PENDAHULUAN manusia. Sehingga pada gilirannya,


Perkembangan berbagai lembaga pemikiran Islam kontemporer dengan
keuangan syariah menunjukkan segala perangkatnya, termasuk
pertumbuhan yang luar biasa baik dalam metodologi uṣūl al-fiqh dan qawā’id al-
maupun di luar negeri. Banyak fiqhiyyah yang selama ini menjadi salah
permasalahan hukum yang terkait satu landasan praktik perbankan syariah,
dengan pengelolaan lembaga keuangan harus bermetamorfosis seiring dengan
syariah tersebut. Namun dibalik perjalanan zaman dan realitas.
perkembangannya, gelombang Maqāṣid Syarī’ah dalam konteks
keangkuhan modernitas dan eknomi Islam, merupakan jantung dalam
industrialisasi global telah menyelinap ilmu ushul fiqh, karena itu Maqāṣid
ke dalam sendi-sendi kehidupan Syarī’ah menduduki posisi yang sangat
2 | Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2017 : 1 - 10

penting dalam merumuskan ekonomi dalam hal ini tema utamanya adalah
Islam menciptakan produk-produk maṣlaḥah. Menurut Abdul Wahab
perbankan dan keuangan syariah. Khalaf, mengerti dan memahami tentang
Imam Al-Syatibi (w.790 H), dalam maqāṣid al-syarī’ah dapat dijadikan
kitab Al-Muwafaqat, mengatakan, sebagai alat bantu dalam memahami
mempelajari ilmu ushul fiqh merupakan redaksi Alquran dan Sunnah, membantu
sesuatu yang sangat penting dan mutlak menyelesaikan dalil yang saling
diperlukan, karena melalui ilmu inilah bertentangan (ta’āruḍ al-adillah), dan
dapat diketahui kandungan dan maksud yang sangat penting lagi adalah untuk
setiap dalil syara‟ (al-Quran dan al- menetapkan suatu hukum dalam sebuah
Hadits) sekaligus bagaimana kasus yang ketentuan hukumnya tidak
menerapkan dalil-dalil syariah itu di tercantum dalam Alquran dan Sunnah
lapangan. Para ulama ushul fiqh sepakat jika menggunakan kajian semantik
bahwa pengetahuan maqashid syariah (kebahasaan).1 Syāṭibī mengatakan
menjadi syarat utama dalam berijtihad bahwa tujuan pokok pembuat undang-
untuk menjawab berbagai problematika undang (Syāri‟) adalah taḥqīq maṣalih
kehidupan ekonomi dan keuangan yang al-khalq (merealisasikan kemaslahatan
terus berkembang. Maqāṣid Syarī’ah makhluk), dan bahwa kewajiban-
tidak saja diperlukan untuk merumuskan kewajiban syari‟at dimaksudkan untuk
kebijakan-kebijakan ekonomi makro memelihara maqāṣid syarī’ah.2
baik kebijakan moneter, fiscal, dan
public finance, tetapi juga untuk B. Fungsi Maqāṣid Syarī’ah dalam
menciptakan produk-produk perbankan Kehidupan
dan keuangan syariah serta teori-teori
Maqāṣid merupakan bentuk plural
ekonomi mikro lainnya. Oleh karena itu,
(jama‟) dari maqṣud. Sedangkan akar
perlu dilakukan upaya inkorporasi
katanya berasal dari kata verbal qaṣada,
wahyu ke dalam penelitian ilmiah guna
yang berarti menuju; bertujuan;
membebaskan sarjana-sarjana Muslim
berkeinginan dan kesengajaan.3
dari paksaan epistemologi Barat atau
Sementara itu, kata maqāṣid, menurut al-
mengadopasi praktik ekonomi dan
Afriqi, dapat diartikan sebagai tujuan
keuangan konvensional tanpa
atau beberapa tujuan, sedangkan asy-
pertimbangan segala resikonya.
syarī’ah adalah jalan menuju sumber air
sebagai sumber kehidupan.4 Oleh
II. PEMBAHASAN
karenanya, secara terminologis, al-
A. Prosedur Pendaftaran, Pengertian
maqāṣid asy-syarī’ah dapat
Maqāṣid Syarī’ah
diartikan sebagai tujuan-tujuan ajaran
Konsep Maqāṣid al-Syarī’ah adalah
Islam atau dapat juga dipahami sebagai
teori perumusan (istinbāṭ) hukum
tujuan-tujuan pembuat syariah (Allah)
dengan menjadikan tujuan penetapan
dalam menggariskan ajaran Islam.
hukum syara‟ sebagai referensinya, yang
Moh Nasuka, Maqāṣid Syarī’ah Sebagai Sebagai Dasar Pengembangan Sistem, ... | 3

Teori Maqāṣid tidak dapat menghindarkannya dari segala hal yang


dipisahkan dari pembahasan tentang membuatnya dalam kondisi yang buruk,
maslaḥah. Hal ini karena sebenarnya tidak saja di kehidupan dunia namun
dari segi substansi, wujud al-maqāṣid juga di akhirat. Kata kunci yang kerap
asy-syarī’ah adalah kemaslahatan.5 disebut kemudian oleh para sarjana
Dalam pandangan Asy-Syaṭibi, Allah muslim adalah maslaḥah yang artinya
menurunkan syariat (aturan hukum) adalah kebaikan, di mana barometernya
bertujuan untuk menciptakan adalah syariah.
kemaslahatan manusia baik di dunia Prinsip dasar syariah Islam menurut
maupun di akhirat.6 Tujuan utama Ibnul Qayyim adalah hikmah dan
ketentuan syariat (maqāṣid syarī’ah) kemaslahatan umat manusia di dunia dan
adalah tercermin dalam pemeliharaan di akhirat. Kemaslahatan ini terletak
pilar-pilar kesejahteraan umat manusia, pada keadilan yang merata, rahmat
sebagaimana dikemukakan Asy-Syaṭibi7 (kasih sayang dan kepedulian),
yang mencakup lima kemaslahatan kesejahteraan dan kebijaksanaan. Segala
dengan memberikan perlindungan permasalahan yang berubah, dari
terhadap terjaga: (1) agamanya (hifẓ ad- keadilan menjadi kezhaliman, rahmat
dīn), misalnya membaca dua kalimat berubah menjadi kekerasan,
syahadat, melaksanakan sholat, zakat, kesejahteraan menjadi kesengsaraan, dan
kebijaksanaan hikmah menjadi
puasa, haji; (2) jiwanya (hifẓ an-nafs)
kebodohan, maka hal itu semua
dan (3) akal pikirannya (hifẓ al-‘aql).
bertentangan dengan syariah Islam. Ibnu
misalnya makanan, minuman, pakaian,
al-Qayyim menambahkan syariah
tempat tinggal; (4) keturunannya (hifẓ
merupakan keadilan Allah diantara
an-nasl) dan (5) harta bendanya (hifẓ al-
hamba-hambaNya, rahmat bagi segala
māl), misalnya bermuamalah.
citptaannya, perlindungan segala apa
Aturan-aturan dalam syariah
yang ada di muka bumi, dan hikmah-
tidaklah dibuat untuk syariah itu sendiri,
Nya ditunjukkan atas kebenaran yang
melainkan dibuat untuk tujuan
8 diajarkan oleh Rasulullah SAW. Syariah
kemaslahatan. Sejalan dengan hal
Islam juga merupakan cahaya bagi orang
tersebut, Muhammad Abu Zahrah juga
yang mampu melihat dengan mata
menyatakan bahwa tujuan hakiki Islam
hatinya, menjadikan petunjuk bagi orang
adalah kemaslahatan. Tidak ada satu
yang mendapatkan hidayah, sebagai obat
aturan pun dalam syariah, baik dalam al-
mujarab untuk segala penyakit hati, dan
Qur‟an dan Sunnah, melainkan di
menunjukkan jalan yang lurus bagi
dalamnya terdapat kemaslahatan.9
orang yang senantiasa berada pada jalan
Dengan demikian, dapat dipahami
yang benar. Oleh karenanya, syariah
bahwa serangkaian aturan yang telah
Islam menjadi sumber kebahagiaan,
digariskan oleh Allah dalam syariah
penyejuk hati, dan penenang jiwa.10
adalah untuk membawa manusia dalam
kondisi yang baik dan
4 | Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2017 : 1 - 10

Kriteria maslaḥah, terdiri dari dua dalam transaksi perpindahan


15
bagian: pertama, maslaḥah itu bersifat kepemilikan.
mutlak, artinya bukan relatif atau Maslaḥah Ḥajjiyyat adalah sesuatu
subyektif yang akan membuatnya tunduk yang sebaiknya ada sehingga dalam
pada hawa nafsu.11 Kedua; maslaḥah itu melaksanakannya leluasa dan terhindar
bersifat universal (kulliyah) dan dari kesulitan. Kalau sesuatu ini tidak
universalitas ini tidak bertentangan ada, maka ia tidak akan menimbulkan
dengan sebagian (juz`iyyat)-nya. Terkait kerusakan atau kematian, namun akan
dengan hal tersebut, maka Asy-Syaṭibi berimplikasi adanya masyaqqah dan
kemudian menyatakan bahwa agar kesempitan.16 Contoh yang diberikan
manusia dapat memperoleh oleh asy-Syaṭibi dalam hal mu‟amalat
kemaslahatan dan mencegah pada bagian ini adalah dimunculkannya
kemadharatan maka ia harus beberapa transaksi bisnis dalam fiqh
menjalankan syariah, atau dalam istilah mu‟amalat, antara lain qiradh, musaqah,
yang ia kemukakan adalah Qaṣduhu fī dan salam.17
Dukhūl al-Mukallaf taḥta Ḥukmihā Maslaḥah Taḥsiniyyat adalah
(maksud Allah mengapa individu harus sesuatu yang tidak mencapai taraf dua
menjalankan syariah). Jika individu telah kategori di atas. Hal-hal yang masuk
melaksanakan syariah, maka ia akan dalam kategori taḥsiniyyat jika
terbebas dari ikatan-ikatan nafsu dan dilakukan akan mendatangkan
menjadi hamba, yang dalam istilah Asy- kesempurnaan dalam suatu aktivitas
Syaṭibi, ikhtiyaran dan bukan yang dilakukan, dan bila ditinggalkan
idhtiraran. 12
Selanjutnya, maslaḥah maka tidak akan menimbulkan kesulitan.
dapat diklasifikasikan menjadi tiga Ilustrasi yang digunakan asy-Syaṭibi
bagian yang berurutan secara hierarkhis, dalam bidang mu‟amalat untuk hal ini
yaitu ḍaruriyyat (necessities/ primer), adalah dilarangnya jual-beli barang najis
ḥajjiyyyat (requirements/ sekunder), dan dan efisiensi dalam penggunaan air dan
taḥsiniyyat (beautification/tersier).13 rumput.18 Pemahaman nilai serta ide
yang terkandung dalam teks-teks
Maslaḥat Ḍaruriyyat adalah sesuatu
otoritatif, dalam hal ini al-Qur‟ān dan
yang harus ada/dilaksanakan untuk
as-Sunnah, tidak dapat dipisahkan dari
mewujudkan kemaslahatan yang terkait
dengan dimensi duniawi dan ukhrawi. pemahaman terhadap Maqāṣid Syarī’ah.
Apabila hal ini tidak ada, maka akan Seseorang yang berupaya
menimbulkan kerusakan bahkan menderivasikan nilai dan ide tersebut ke
hilangnya hidup dan kehidupan seperti dalam dataran praksis, maka tidak akan
makan, minum, shalat, puasa, dan memberikan efek positif dan
ibadah-ibadah lainnya.14 Dalam hal kemaslahatan jika ia tidak dapat
mu‟amalat, Asy-Syaṭibi mencontohkan menginternalisasikan Maqāṣid Syarī’ah
dalam proses tersebut.
Moh Nasuka, Maqāṣid Syarī’ah Sebagai Sebagai Dasar Pengembangan Sistem, ... | 5

C. Maqāṣid Syarī’ah dalam Ekonomi date, sakral, nyaris untouchable dan


Islam. tidak mempunyai daya sentuh yang
Tujuan akhir ekonomi Islam adalah maksimal di lapangan. Yusuf al-
sebagaimana tujuan syariah Islam Qardhawi melihat kenyataan mandulnya
(maqāṣid asy-syarī’ah), yaitu mencapai fiqh ini ditandai dengan sistematisasi
kebahagiaan di dunia dan akhirat (falāḥ) fiqh yang dimulai dengan pembahasan
melalui suatu tata kehidupan yang baik mengenai ibadah. Menurutnya,
dan terhormat (ḥayah ṭayyibah). Inilah karakteristik fiqh yang seperti ini telah
kebahagiaan hakiki yang didambakan memandulkan cara pandang fiqh
oleh setiap manusia, bukan kebahagiaan terhadap masalah sosial, politik, dan
semu yang justru sering kali ekonomi.21 Ekonomi Islam yang dalam
menimbulkan penderitaan dan banyak hal adalah reinkarnasi dari fiqh
19
kesengsaraan. Untuk menyusun sebuah mu‟amalat22 sudah semestinya
bangunan ekonomi Islam, tidak bisa mengembalikan kelenturan dan
dilepaskan dari teori Maqāṣid. Bahkan, elastisitas fiqh dengan menjadikan
Syaikh Muhammad Thahir ibn „Asyur Maqāṣid Syarī’ah sebagai the ultimate
pernah mengatakan bahwa melupakan goal dalam proses tersebut. Mengutip
pentingnya sisi maqāṣid dalam syariah pendapat Masdar F. Mas‟udi, bahwa
Islam adalah faktor utama penyebab dalam masalah mu‟amalat, irama teks
terjadinya stagnasi pada fikih.20 tidak lagi dominan, tetapi yang dominan
Menghidupkan kembali ekonomi Islam adalah irama maslahat. Pendapat (al-
yang telah sekian lama terkubur dan qawl) yang unggul bukan hanya
nyaris menjadi sebuah fosil, merupakan memiliki dasar teks tapi juga bisa
lahan ijtihadi. Ini artinya bahwa dituntut menjamin kemaslahatan dan menghindar
kerja keras (ijtihad) dari para ekonom dari kerusakan (al-mafsadah). Oleh
Muslim untuk mencari nilai-nilai yang karenanya, menggunakan kaca mata
terkandung dalam al-Qur‟ān dan as- Fiqh Maqāṣid untuk
Sunnah yang terkait dengan ekonomi. mengoperasionalisasikan nilai-nilai
Untuk selanjutnya nilai-nilai ideal kemanusiaan universal, seperti
tersebut diderivasikan menjadi teori-teori kemaslahatan, keadilan dan kesetaraan
ekonomi yang kemudian dapat dijadikan ke dalam ekonomi Islam menjadi sebuah
rumusan/kaidah di dataran praksis. keniscayaan.23 Ekonomi Islam
Selain itu, tawaran tentang Fiqh semestinya dibangun tanpa menafikan
Maqāṣid nampaknya menjadi salah realitas yang ada namun tetap dalam
stimulan yang layak dikembangkan oleh bingkai Maqāṣid Syari’ah. Ini karena
para ekonom Muslim untuk Maqāṣid Syarī’ah sendiri berupaya
mengembangkan ekonomi Islam. Fiqh untuk mengekspresikan penekanan
Maqāṣid akan mengakhiri babakan terhadap hubungan antara kandungan
sejarah yang selama ini menghadirkan kehendak (hukum) Tuhan dengan
fiqh dalam wajahnya yang kaku, out-of aspirasi yang manusiawi.24 Sampai di
6 | Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2017 : 1 - 10

sini dapat ditarik sebuah benang merah metodologi uṣūl al-fiqh dan qawā’id al-
bahwa teori Maqāṣid menempati posisi Fiqhiyyah yang selama ini menjadi salah
yang sangat sentral dan vital dalam satu landasan praktik perbankan syariah,
merumuskan metodologi untuk harus bermetamorfosis seiring dengan
pengembangan ekonomi Islam. Bahkan, perjalanan zaman dan relitas. Dengan
asy-Syaṭibi sendiri menyatakan bahwa kata lain, perlu dilakukan upaya
Maqāṣid Syarī’ah merupakan uṣulnya- inkorporasi wahyu ke dalam penelitian
uṣul.25 Ini berarti bahwa menyusun uṣul ilmiah guna membebaskan sarjana-
fiqh sebagai sebagai sebuah metodologi, sarjana Muslim dari paksaan
tidak dapat lepas dari Maqāṣid Syarī’ah. epistemologi Barat atau mengadopasi
Hal ini karena teori Maqāṣid dapat praktik ekonomi dan keuangan
mengantarkan para mujtahid untuk konvensional tanpa pertimbangan segala
menentukan standar kemaslahatan yang resikonya. Hal ini merupakan pekerjaan
sesuai dengan syariah/hukum. besar yang harus dilakukan dalam
Uraian di atas menunjukkan bahwa rangka membangun cita diri Islam (self
Maqāṣid asy-Syarī’ah menjadi landasan image of Islam) di tengah kehidupan
dasar untuk mencapai tujuan akhir modern yang senantiasa berubah dan
ekonomi Islam, yaitu mencapai berkembang.26
kebahagiaan di dunia dan akhirat (falāḥ) Berkaitan dengan itu, Maqāṣid
melalui suatu tata kehidupan yang baik Syarī’ah merupakan koridor yang
relevan sebagai dasar pengembangan
dan terhormat (ḥayah ṭayyibah).
sistem, praktik, bahkan produk
Karenanya, konsep Maqāṣid asy-
perbankan syariah di era multidimensi
Syarī’ah menjadi landasan dasar
ini. Tatanan maqāṣid syarī’ah dinilai
perilaku individu maupun lembaga baik
oleh mayoritas ulama sebagai jalan
sebagai produsen, konsumen, karyawan.
terang bagi perjalanan perbankan syariah
Dengan demikian konsep Maqāṣid asy-
dalam menjawab persoalan kontemporer
Syarī’ah memiliki peranan penting
yang dinamis, karena didasarkan pada
dalam menentukan dalam bidang
kemaslahatan dan kesejahteraan
produksi dan pemasaran sesuai prinsip-
(welfare). Konsep maṣlaḥah merupakan
prinsip syariah Islam.
tujuan syara‟ (Maqāṣid Syarī’ah) dari
D. Pentingnya Maqāṣid Syarī’ah ditetapkannya hukum Islam. Maṣlaḥah
dalam Perbankan Syariah di sini berarti jalbul manfa’ah wa daf’ul
Gelombang keangkuhan modernitas mafsadah (menarik kemanfaatan dan
dan industrialisasi global telah menolak kemudaratan).27
menyelinap ke dalam sendi-sendi Menurut Thohir Ibnu Asūr, semua
kehidupan manusia. Sehingga pada ajaran syarī’ah, khususnya Islam, datang
gilirannya, pemikiran Islam kontemporer dengan membawa misi kemaslahatan
dengan segala perangkatnya, termasuk bagi manusia di dunia dan akhirat.28
Oleh karenanya, bisa dikatakan bahwa
Moh Nasuka, Maqāṣid Syarī’ah Sebagai Sebagai Dasar Pengembangan Sistem, ... | 7

seluruh ajaran yang tertuang dalam al- ekonomi dan sosial masyarakat. Contoh
Qur‟ān dan as-Sunnah menjadi dalil aspek bisnis adalah operasional bank
adanya maṣlaḥah. Meskipun sumber syariah yang menguntungkan
syara‟ tersebut tidak semuanya berbicara (profitable) bagi stakeholder dan
mengenai kemaslahatan secara langsung, perekonomian nasional pada umumnya,
akan tetapi ada beberapa dalil yang bisa di samping memudahkan aktifitas bisnis
mengindikasikan terhadap eksistensi masyarakat dan mendorong
maslahat dalam syari‟at Islam. Sehingga pertumbuhan industri perbankan syariah
menjadi aneh adanya, ketika ada satu dan perekonomian nasional. Sedangkan
produk hukum yang justru memberatkan contoh aspek syariah adalah kesesuaian
bahkan memberi beban bagi masyarakat model bisnis bank syariah Indonesia
dalam melaksanakan dalam segala dengan maqāṣid syarī’ah yang
tranksasi perekonomiannnya. Itulah mengandung unsur keadilan,
mengapa eksistensi maqāṣid syarī’ah kemaslahatan dan keseimbangan guna
menjadi penting. Menurut Abdul Wahab mencapai masyarakat Indonesia yang
Khalaf, mengerti dan memahami tentang lebih sejahtera secara material dan
al-maqāṣid al-syarī’ah dapat dijadikan spiritual.30
sebagai alat bantu dalam memahami Berikut peninjauan produk-produk
redaksi al-Qur‟ān dan as-Sunnah, dan operasional di bank syariah pada
membantu menyelesaikan dalil yang umumnya dan di Bank Muamalat pada
saling bertentangan (ta’ārud al-adillah) khususnya dengan nilai-nilai maqāṣid
dan yang sangat penting lagi adalah syarī’ah:31 (1). Terjaga agama para
untuk menetapkan suatu hukum dalam nasabah. Hal ini diwujudkan dengan
sebuah kasus yang ketentuan hukumnya Bank Muamalat menggunakan Al-
tidak tercantum dalam al-Qur‟ān dan as- Qur‟an, hadits, dan hukum Islam lainnya
Sunnah jika menggunakan kajian sebagai pedoman dalam menjalankan
semantik (kebahasaan).29 Di sinilah segala sistem operasional dan
pentingnya maqāṣid syarī’ah dalam produknya. Dengan adanya Dewan
praktek ekonomi dan keuangan kekinian, Pengawas Syariah dan Dewan Syariah
di tengah ketidaksamaan praktik Nasional, keabsahan bank tersebut dalam
perbankan syariah di berbagai Negara. nilai-nilai dan aturan Islam semakin
Bank syariah menghadapi tantangan terjamin dan Insya Allah dapat dipercaya
pengembangan industri perbankan oleh kalangan Muslim dan non-Muslim;
syariah yang semakin meningkat (2). Terjaga jiwa para nasabah. Hal ini
termasuk operasional dan model-model terwujud dari akad-akad yang diterapkan
bank syariah yang dapat dikembangkan dalam setiap transaksi di bank syariah.
ke depan. Secara operasional, model Secara psikologis dan sosiologis,
bisnis bank syariah mencakup aspek penggunaan akad-akad antar pihak
bisnis dan non bisnis (seperti aspek menuntun manusia untuk saling
syariah/sosial) dari beragam aktivitas menghargai dan menjaga amanah yang
8 | Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2017 : 1 - 10

diberikan. Di sinilah nilai jiwanya. perbankan syariah menghadapi


Selain itu, hal ini juga terwujud dari tantangan yang cukup berat dalam
pihak stakeholder bank syariah di mana menghadapi gelombang keangkuhan
dalam menghadapi nasabah dituntut modernitas dan industrialisasi global
untuk berperilaku, berpakaian, dan yang telah menyelinap ke dalam sendi-
berkomunikasi secara sopan dan Islami; sendi kehidupan manusia. Oleh karena
(3). Terjaga akal pikiran nasabah dan itu diperlukan pemikiran Islam
pihak bank. Hal ini terwujud dari adanya kontemporer dengan segala
tuntutan bahwa pihak bank harus selalu perangkatnya, termasuk metodologi uṣūl
mengungkapkan secara detail mengenai al-fiqh dan qawā’id al-Fiqhiyyah yang
sistem produknya dan dilarang untuk selama ini menjadi salah satu landasan
menutup-nutupi barang sedikit pun. Di praktik perbankan syariah, harus
sini terlihat bahwa nasabah diajak untuk bermetamorfosis seiring dengan
berpikir bersama ketika melakukan perjalanan zaman dan relitas. Dengan
transaksi di bank tersebut tanpa ada yang demikian, telah menjadi keniscayaan
dizalimi oleh pihak bank. Bank syariah bahwa Maqāṣid Syarī’ah merupakan
ikut memintarkan nasabah (adanya koredor yang relevan sebagai dasar
edukasi di setiap produk bank kepada pengembangan sistem, praktik, bahkan
nasabah); (4). Terjaga hartanya. Hal ini produk perbankan syariah di era
terwujud jelas dalam setiap produk yang multidimensi ini, dalam menjawab
dikeluarkan oleh bank, di mana bank persoalan kontemporer yang dinamis,
berupaya untuk menjaga dan karena didasarkan pada kemaslahatan
mengalokasikan dana nasabah dengan dan kesejahteraan masyarakat. Pada
baik dan halal serta diperbolehkan untuk akhirnya, produk dan layanan perbankan
mengambil profit yang wajar. Selain itu, syariah yang diberikan kepada nasabah
terlihat juga dari adanya penerapan dapat memberikan kemaslahatan, yakni
sistem zakat yang bertujuan untuk terjaga agamanya, jiwanya, akal
membersihkan harta nasabah secara pikirannya, hartanya, serta
transparan dan bersama-sama; dan (5). keuturunannya.
Terjaga keturunannya. Hal ini terwujud
dengan terjaganya empat hal di atas. Catatan Akhir :
1
Dengan demikian, dana nasabah yang Isa Anshori, “Maqāṣid Al-Syarī‟ah
Insya Allah dijamin halal akan Sebagai Landasan Etika Global”, Jurnal Hukum
berdampak baik bagi keluarga dan Islam, Vol. 01, No. 01, (Maret 2009), hlm. 16.
1
Muhammad Khalid Mas‟ud, Shatibi’s of
keturunan yang dinafkahi dari dana
Islamic Law, (Islamabad: Islamic Research
tabungannya tersebut. Institute, 1995), hlm. 151.
1
Hans Wehr, A Dictionary of Modern
III. PENUTUP Written Arabic (London: McDonald & Evan
Berdasarkan uraian di atas, dapat Ltd., 1980), hlm. 767.
ditarik suatu kesimpulan bahwa
Moh Nasuka, Maqāṣid Syarī’ah Sebagai Sebagai Dasar Pengembangan Sistem, ... | 9

1 1
Ibn Mansur al-Afriqi, Lisan al-‘Arab Wael B. Hallaq, “The Primacy of The
(Beirut: Dar ash-Shadr, t.th), VIII. hlm. 175. Qur‟an in Syathibi Legal Theory”, dalam Wael
1
Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid B. Hallaq dan Donald P. Little (eds.), Islamic
Syari’ah menurut al-Syatibi (Jakarta: Rajawali Studies Presented to Charles J. Martin (Leiden:
Press, 1996), hlm. 69. EJ. Brill, 1991), hlm. 89.
1
Imam Asy-Syaṭibi, al-Muwafaqat fi Uṣūl 1
Imam Asy-Syaṭibi, al-Muwafaqat., juz. II,
al-Aḥkām (ttp: Dar al-Rasyād al-Ḥadīṡah, t.th.), hlm. 32.
1
juz. II, h. 2. W. Montgomery Watt, Islamic
1
Ibid, hlm. 4. Fundamentalism and Modernity (New York:
1
Fathi ad-Daraini, al-Manahij al-Uṣuliyyah Routledge, 1988), hlm. 140.
1
fī Ijtihad bi al-Ra’yi fī al-Tasyri’ (Damsyik: Dar Hasbi Ash-Shiddiqy, Falsafah Hukum
al-Kitab al- Ḥadīṡ, 1975), hlm. 28. Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001),
1
Muhammad Abu Zahrah, Uṣul al-Fiqh hlm. 171-182
(Mesir: Dar al-Fikr al-„Arabi, 1958), h. 336.
1
Muhammad Ṭāhir Ibnu Asyūr, Maqāṣid
1
Ibnu al-Qayyim, I’lām alMuwaqi īn (al- al-Syarī’ah, hlm. 13.
1
Mamlakah as-Saudiyah al-Arabiyyah, as- Isa, Anshori, “Maqāṣid Al-Syarī‟ah
Su‟ūdiyyah: Dar Ibnu Jauzy,1423 H) Juz. 1, hlm. Sebagai Landasan Etika Global”, Jurnal Hukum
41. Islam, Vol. 01, No. 01, Maret 2009.
1 1
Muhammad Khalid Mas‟ud, Shatibi’s of Bank Indonesia, Kajian Model Bisnis
Islamic Law (Islamabad: Islamic Research Perbankan Syariah (Jakarta: Direktorat
Institute, 1995), h. 157-159. Perbankan Syariah, 2012), hlm. 1.
1
Imam Syaṭibi, al-Muwafaqat fi Uṣūl, Juz
1
Elsimh feb-11, “Aplikasi Maqāṣid
II, hlm. 2. Syarī’ah dalam Praktik Perbankan Syariah,
1 http://elsimh-feb11.web.unair.ac.id, Diakses 17
Ibid, hlm. 3-4.
1 April 2015.
Ibid, Juz II, hlm. 7.
1
Ibid, hlm. 4.
1
Ibid, hlm. 3-4. DAFTAR PUSTAKA
1
Ibid, hlm. 5.
„Asyur, Muhammad Thahir bin,
1
Ibid.
Maqaṣid al-Syari’at al-Islamiyyah,
1
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam ttp.: al-Basair, cet. I, 1998.
Indonesia Yogyakarta atas kerjasama dengan Ad-Daraini, Fathi, al-Manahij al-
Bank Indonesia, Ekonomi Islam, (Jakarta: PT
Uṣuliyyah fī Ijtihad bi al-Ra’yi fī al-
RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 54.
Tasyri’, Damsyik: Dar al-Kitab al-
1
Muhammad Thahir bin „Asyur, Maqaṣid
Ḥadīṡ, 1975.
al-Syari’at al-Islamiyyah, (ttp.: al-Basair, cet. I,
1998), hlm. 110.
al-Afriqi, Ibn Mansur, Lisan al-‘Arab
1
Yusuf Qardhawi, As-Siyasah asy-
(Beirut: Dar ash-Shadr, t.th), VIII.
Syar’iyyah fī Ḍau’i Nuṣuḥ asy-Syari’ah wa
hlm. 175.
Maqaṣidiha (Kairo: Maktabah Wahbah: 1998),
al-Qayyim, Ibnu, I’lām alMuwaqi’ īn, al-
hlm. 228.
Mamlakah as-Saudiyah al-
1
A. Qodri Azizy, Membangun Fondasi Arabiyyah, as-Su‟ūdiyyah: Dar Ibnu
Ekonomi Umat: Meneropong Prospek Jauzy,1423 H, Juz. 1.
Berkembangnya Ekonomi Islam (Yogyakarta: Anshori, Isa, “Maqāṣid Al-Syarī‟ah
Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 175. Sebagai Landasan Etika Global”,
1
Ibid, hlm. 178. Jurnal Hukum Islam, Vol. 01, No.
01, (Maret 2009).
10 | Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Volume 15, Nomor 1, Juni 2017 : 1 - 10

Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqashid


Syari’ah menurut al-Syatibi, Watt, W. Montgomery, Islamic
Jakarta: Rajawali Press, 1996. Fundamentalism and Modernity,
Ash-Shiddiqy, Hasbi, Falsafah Hukum New York: Routledge, 1988.
Islam, Semarang: Pustaka Rizki Wehr, Hans, A Dictionary of Modern
Putra, 2001. Written Arabic, London: McDonald
Asy-Syaṭibi, Imam, al-Muwafaqat fi & Evan Ltd., 1980.
Uṣūl al-Aḥkām, ttp: Dar al-Rasyād Zahrah, Muhammad Abu, Uṣul al-Fiqh,
al-Ḥadīṡah, t.th., juz. II, h. 2. Mesir: Dar al-Fikr al-„Arabi, 1958.
Azizy, A. Qodri, Membangun Fondasi
Ekonomi Umat: Meneropong
Prospek Berkembangnya Ekonomi
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004.
Bank Indonesia, Cetak Biru
Pengembangan Perbankan Syariah
Indonesia, Jakarta: Direktorat
Perbankan Syariah Bank Indonesia,
2002.
Bank Indonesia, Kajian Model Bisnis
Perbankan Syariah, Jakarta:
Direktorat Perbankan Syariah, 2012.
Elsimh feb-11, “Aplikasi Maqāṣid
Syarī’ah dalam Praktik Perbankan
Syariah, http://elsimh-
feb11.web.unair.ac.id, Diakses 17
April 2015.
Hallaq, Wael B., “The Primacy of The
Qur‟an in Syathibi Legal Theory”,
dalam Wael B. Hallaq dan Donald
P. Little (eds.), Islamic Studies
Presented to Charles J. Martin,
Leiden: EJ. Brill, 1991.
Mas‟ud, Muhammad Khalid, Shatibi’s of
Islamic Law, Islamabad: Islamic
Research Institute, 1995.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan
Ekonomi Islam (P3EI) Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta atas
kerjasama dengan Bank Indonesia,
Ekonomi Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2008.
Qardhawi, Yusuf, As-Siyasah asy-
Syar’iyyah fī Ḍau’i Nuṣuḥ asy-
Syari’ah wa Maqaṣidiha, Kairo:
Maktabah Wahbah: 1998.

Anda mungkin juga menyukai