Rizal Fahlefi
Program Studi Perbankan Syariah STAIN Batusangkar
Jl. Jenderal Sudirman No. 137, Lima Kaum Batusangkar
e-mail: rizalfahlefi735@yahoo.co.id
Abstract: In terms of Islamic laws, anything that concern with faith (aqidah), worship (‘ibadah)
dan deed (muamalah) are basically aimed at ensuring safety in the world and hereafter
as well. maslahah is the most important concept in developing economy and the
principles of maslahah in economic field have been taken as guidance in order to
achieve maqasid syariah. Obeying sharia laws is the way to realize maslahah . The
implementation of maslahah in economy can be viewed from various activities of
mankind in carrying out practices in economy which develop continuously and
innovatively, such as in market mechanism, establishment of hisbah institution,
productive divine tax (zakat), the presence of sharia financial institution, and so forth.
225
226 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Desember 2015)
terdapat satu sifat yang munasabah tuntunan situasi dan kondisi. Nabi
untuk diletakkan hukum tertentu tidak mengeluarkan aturan-aturan
kepadanya karena ia tersebut dalam kapasitas beliau
mendatangkan maṣlaḥah atau sebagai penyampai hukum Ilahiah
menolak mafsadah. yang bersifat permanen dan tidak
bisa direvisi, diubah, ataupun
dimodifikasi. Keputusan Nabi
IMPLEMENTASI MAṢLAḤAH
Muhammad saw sebagai penguasa
DALAM KEGIATAN EKONOMI
dan wali kaum Muslim dalam
SYARIAH
membuat aturan-aturan tersebut
Implementasi maṣlaḥah dalam tidak bisa dipandang sebagai bagian
kegiatan ekonomi memiliki ruang permanen dari doktrin ekonomi
lingkup yang lebih luas jika Islam.
dibandingkan dengan Untuk mengisi kekosongan
implementasinya dalam bidang- hukum harus didasarkan kepada
bidang lain. Naṣ-naṣ terkait ekonomi situasi dan kondisi yang sedang
pada umumnya bersifat global, dihadapi oleh masyarakat muslim.
karena itu ruang gerak ijtihadnya Oleh karena itu, keputusan yang
lebih luas. Sedikitnya naṣ-naṣ yang telah diambil untuk mengisi
menyinggung masalah yang terkait kekosongan hukum pada suatu saat
dengan kebijakan-kebijakan ekonomi dapat berubah pada kondisi yang
teknis, membuka peluang yang besar lain. Keputusan penguasa tersebut
untuk mengisi kekosongan tersebut sesuai dengan tuntutan keadaan
dengan mengembangkan ijtihad untuk memperoleh maṣlaḥah demi
berdasarkan prinsip maṣlaḥah. terpenuhinya kepentingan umat.
Berbeda halnya dengan bidang- Maṣlaḥah menjadi dasar
bidang lain seperti ibadah yang pengembangan ekonomi syariah
bersifat dogmatik. Dengan demikian, dalam menghadapi perubahan dan
prinsip maṣlaḥah menjadi acuan dan kemajuan zaman. Dengan
patokan penting dalam bidang pertimbangan maṣlaḥah, regulasi
ekonomi, apalagi jika menyangkut perekonomian bisa berubah dari teks
kebijakan-kebijakan ekonomi yang naṣ kepada konteks naṣ yang
minim dengan aturan syaraʻ yang mengandung maṣlaḥah.
mana terjadi kekosongan aturan Implementasi maṣlaḥah dalam
hukum. kegiatan ekonomi tersebut dapat
Terkait dengan hal tersebut, dilihat dalam berbagai aspek, seperti
Ash-Shadr (2008: 108-109) dalam masalah mekanisme pasar,
mengemukakan bahwa Nabi pembentukan lembaga ḥisbah, zakat
Muhammad Saw dalam produktif, kehadiran lembaga
kapasitasnya sebagai otoritas yang keuangan syariah, dan sebagainya.
berkuasa (waliyyul amr), bertindak Pertimbangan yang
atas nama Islam dengan tanggung berdasarkan maṣlaḥah dalam
jawab mengisi ruang kosong dalam mekanisme pasar dapat dilihat
hukum yang berlaku, sesuai dengan dalam kasus intervensi harga.
230 JURIS Volume 14, Nomor 2 (Desember 2015)