Anda di halaman 1dari 7

Vol. 03 No.

01 Tahun 2022 ISSN Media Elektronik: 2722-6557

Pemikiran Al-Syatibi Dalam Bidang Ekonomi

Suharyono1, Yuda Septian Kurniawan2,


1,2,
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Nahdhatul Ulama Bengkulu,
1
suharyono@stiesnu-bengkulu.ac.id, 2yudha@stiesnu-bengkulu.ac.id,

Abstrak
Studi ini adalah membahas tentang pemikiran Al-Syatibi dalam bidang ekonomi. Al-Syatibi adalah salah
satu cendikiawan muslim yang benyak menkaji tentang konsep maqasid syariah terutama yang berkaitan
dengan bidang ekonomi. Studi ini menggunakan analisis kualitatif dengan menggunakan rujukan kajian-
kajian terdahulu yang bersumber dari litelatur ilmiah. Studi tentang Maqasid Syariah, tentang perilaku
konsumen serta kebijakan baik secara individu maupun pemerintah menjadi salah satu kajian dari AL-
Syatibi. Secara sederhana pemikiran Al-syatibi bidang ekonomi menitikberatkan kepada kegiatan
ekonomi yang berorientasi pada kemaslahatan. Kata kunci: Al-Syaibani, Al-Kasb, Ekonomi Klasik,
Pendapatan
Kata Kunci: Al-Syatibi, Maqasid Syariah, Pemikiran Ekonmi

Abstract
This study was discusses the thoughts of Al-Syatibi in the economic study. Al-Syatibi was a Muslim scholar
who studied the concept of maqasid sharia especially in the area of economics. This study used qualitative
analysis using reference to previous studies sourced from scientific literature. The study of Maqasid
Syariah, about consumer behavior and policies both individually and the government was one of the
studies of AL-Syatibi.The conclusion, Al-Syatibi's thoughts in the field of economics focus on economic
activities oriented to benefit.
Keywords: Al-Syatibi, Maqasid Sharia, Economic Thought
A. Pendahuluan Al-syatibi. Beberapa fokus pemikiran
Pemikiran ekonomi yang ekonomi oleh Al-syatibi adalah berkaitan
berlandaskan atas ajaran Islam sudah dengan konsep maqasid syariah, tentang
dimulai sejak zaman Rasulullah SAW dan teori kebutuhan, tentang kepemilikan dan
para sahabat. Setelah di zaman rasul dan pajak.
sahabat banyak cendikiawan-cendikiawan Konsep maqasid syariah yang
muslim yang juga menerapkan dan dijabarkan lagi dalam konsep teori
mengembangkan teori-teori ekonomi dalam kebutuhan yang berlandaskan atas azas
kehidupan baik masyarakat luas maupun kemaslahatan adalah teori ekonomi yang
secara kenegaraan. Banyak tokoh-tokoh sampai saat ini tetap eksis digunakan
pemikir ekonomi islam yang terkenal di terutama dalam ekonomi yang
dunia diantaranya adalah ibnu khaldun, berlandaskan atas landasan al-Quran dan
yusuf qhardawi, Al-syatibi dan masih Hadis yang lebih dikenal dengan ekonomi
banyak tokoh pemikir ekonomi Islam Islam. Di era sekarang masih banyak pelaku-
lainnya.Tulisan ini akan membahas tentang pelaku ekonomi yang dalam aktifitas
pemikiran ekonomi yang dikemukakan oleh ekonominya sering keluar dan melanggar
Suharyonoi1, Yuda Septian Kurniawan2
Jurnal El-Kahfi (Journal of Islamic Economic) Vol . 03 No. 01 (2022)

prinsip dasar ekonomi Islam. Perilaku dan dikembangkan oleh cendikiawan-


konsumsi yang mengedepankan cendikiawan setelahnya.
kesenangan dari pada manfaat atau I. Konsep Maqashid al-Syari’ah
maslahah adalah salah satu tindakan yang Sebagai sember utama agama Islam,
masih sangat sering terjadi dilingkungan Al-Qur’an mengandung berbagai ajaran,
masyarakat. lebiih mementingkan Ulama membagi berbagai kandungan Al-
keinginan dari pada kebutuhan, Qur’an dalam tiga bagian besar,yaitu
memaksakan sesuatu keinginan yang aqidah, akhlak berkaitan denggan etika dan
dikuasi oleh hasrat atau nafsu semata. Syariah berkaitan dengan berbagai aspek
hukum aqwal (perkataan) dan af’al
B. Metode Penelitian (perbuatan), Kelompok terakhir (Syariah),
Untuk mendapatkan sebuah dalam sistematika hukum Islam, di bagi
penelitian yang akurat, ilmiah dan dalam dua hal, yakni ibadah (habl min Allah)
sistematis, diperlukan seperangkat dan muamalah (habl min al-nas).
metodologi yang tepat dan memadai. Al-Qur’an tidak memuat berbagai
Metode penelitian yang digunakan dalam aturan yang terperinci tentang ibadah dan
penelitian ini berbentuk kualitatif. Dalam muamalah. Ia hanya menggandung dasar-
hal pengumpulan data penelitian. Peneliti dasar atau prinsip-prinsip bagi berbagai
menggunakan metode penelitian kualitatif masalah hukum dalam Islam. Bertitik tolak
dengan menggunakan rujukan kajian-kajian dari dasar atau prinsip ini, Nabi Muhammad
terdahulu yang bersumber dari literatur Saw menjelaskan melalui berbagai
ilmiah. Studi tentang maqasid syariah, hadisnya. Kedua sumber inilah (Al-Qur’an
tentang perilaku konsumen serta kebijakan dan Hadis Nabi) yang kemudian di jadikan
baik secara individu maupun pemerintah pijakan ulama dalam mengembangkan
menjadi salah satu kajian dari Al-Syatibi. hukum Islam, terutama di bidang
muamalah, Dalam kerangka ini, Al-Syatibi
C. Hasil dan Pembahasan mengemukakan konsep maqashid al-
AL syatibi yang yang bernama lengkap ayariah. Mengkaji teori tentang maqashid
Abu Ishaq bin musa bin Muhammad AL- akan terlepas dari pembahasan tentang
lakhmi AL-Ghanati Al-syatibi merupakan maslahah. Hal ini berkaitan dari segi
salah seorang cendekiawan muslim yang subtansi, wujud al-maqashid asy-sayri’ah
belum banyak diketahui latar belakang adalah kemaslahatan(Asafri, 1996: 69)
kehidupannya.yang jelas,ia berasal dari Secara bahasa, Maqashid al-Syari’ah
suku arab lakhmi.Nama Al-syatibi di terdiri dari dua kata, yakni maqashid dan al-
nisbatkan ke daerah asal keluarganya, Syari’ah, Maqashid berarti kesengajaan atau
syatibah (xatiba atau jativa), yang terletak di tujuan, sedangkan al-Syari’ah berarti jalan
kawasan spanyol bagian timur (Adiwarman, menuju sumber air, dapat pula di katakan
2018: 323-324). Beliau adalah seorang sebagai jalan ke arah sumber pokok
hafidz Qur’an, mutahid, ahli ushiliyah, kehidupan.’ menurut istilah, Al-Syatibi
tafsir, fiqih, hadits, dan bahasa (Zatadini, menyatakan, “Sesungguhnya Syariah
2018: 112). Salah seorang cendikiawan bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan
muslim yang mempunyai kontribusi yang manusia di dunia dan di akherat.” Allah
luas baik dalam bidang ekonnomi maupun menurunkan syariat (aturan hukum) tiada
kaian keilmuan lainnya. Pemikiran- lain selain untuk mengambil kemaslahatan
pemikiran Al-Syatibi dalam dan menghindari kemadaratan (jalbul
perkembangannya banyak yang diadopsi mashalih wa dar’ul mafasid). Dengan
Suharyonoi1, Yuda Septian Kurniawan2
Jurnal El-Kahfi (Journal of Islamic Economic) Vol . 03 No. 01 (2022)

bahasa yang lebih mudah, aturan-aturan akal, keturunan, dan harta. Dalam kerangka
hukum yang Allah tentukan hanyalah untuk ini, ia membagi maqashid menjadi tiga
kemaslahatan manusia itu sendiri tingkatan, yaitu dharuriyat, hajiyat, dan
(Abdurrahman, 2014: 56). Maṣlaḥah tahsiniat (Adiwarman, 2017: 325)
merupakan esensi dari kebijakan-kebijakan a. Dharuriyat
syari’ah (siyasah syariyyah) termasuk juga Jenis maqashid ini merupakan
kebijakan dalam perekonomian landasan dalam menegakkan kesejahteraan
(Syahruddin, 2019: 78) manusia di dunia dan di akhirat yang
Dari pengertian tersebut, dapat di mencakup pemeliharaan lima unsur pokok
katakan bahwa tujuan Syari’ah menurut Al- dalam kehidupan manusia, yakni Agama,
Syatibi adalah kemaslahatan umat manusia. jiwa, akal, keturunan, dan harta. Pengabaian
Lebih jauh, menyatakan bahwa tidak terhadap kelima unsur pokok tersebut akan
satupun hukum Allah Swt yang tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi
mempunyai tujuan karna hukum yang tidak serta kerugian yang nyata di akhirat kelak.
mempunyai tujuan sama dengan Pemeliharaan terhadap agama, jiwa, akal,
membebankan sesuatu yang tidak dapat di keturunan, dan harta dapat di lakukan
laksanakan. Kemaslahatan dalam hal ini, di dengan cara memelihara eksistensi kelima
artikannya sebagai segala sesuatu yang unsur pokok tersebut dalam kehidupan
menyangkut rezeki manusia, pemenuhan manusia dan melindunginya dari berbagai
penghidupan manusia, dan perolehan apa- hal yang dapat merusak. Sebagai contoh,
apa yang di tuntut oleh kualitas-kualitas penunaian rukun Islam, pelaksanaan
emosional dan intelektualnya, dalam kehidupan manusiawi serta laranggan
pengertian yang mutlak. Banyak ayat-ayat mencuri masing-masing merupakan salah
al-Qur’an maupun Hadits yang satu bentuk pemeliharaan eksistensi agama
berhubungan dengan hukum, setelah dan jiwa serta perlindungan terhadap
disimpulkan menunjukan bahwa semua eksistensi harta.
hukum itu bermuara pada kemaslahatan, b. Hajiyat
baik dalam rangka menarik atau Jenis maqasid ini di maksutkan untuk
mewujudkan kemanfaatan maupun memudahkan kehidupan, menghilangkan
menolak atau menghindari kerusakan kesulitan atau menjadikan pemeliharaan
(Mutakin, 2017: 549) yang lebih baik terhadap lima unsur pokok
Manifestasi dari maslahat adalah pokok manusia. Contohnya jenis maqashid
konsep maslahah mursalah. Maslahah ini antara lain mencakup kebolehan untuk
mursalah merupakan induksi dari logika melaksanakan akad mudharabah, musaqat,
sekumpulan nash, bukan dari nash yang muzara’ah, dan bai salam, serta berbagai
dirinci seperti yang berlaku dalam qiyas. aktivitas ekonomi lainnya yang bertujuan
Bahkan imam syathibi mengatakan bahwa untuk memudahkan kehidupan atau
keberadaan dan kualitas maslahah mursalah menghilangkan kesulitan manusia di dunia.
bersifat pasti (qath’i), sekalipun dalam c. Tahsiniyat
penerapannya bisa bersifat zhanni (relatif) Tujuan jenis maqashid yang ketiga ini
(Hendri, 2018: 72) adalah agar manusia dapat melakukan yang
1). Pembagian Maqashid al-Syari’ah terbaik untuk menyempurnakan
Menurut Al-Syatibi, kemaslahatan pemeliharaan lima unsur pokok kehidupan
manusia dapat terlealisasi apabila lima manusia. Ia tidak di maksudkan untuk
unsur pokok kehidupan manusia dapat di menghilangkan atau mengurangi berbagai
wujudkan dan dipelihara, yaitu agama, jiwa, kesulitan, tetapi hanya bertindak sebagai
Suharyonoi1, Yuda Septian Kurniawan2
Jurnal El-Kahfi (Journal of Islamic Economic) Vol . 03 No. 01 (2022)

pelengkap, penerang dan penghias opjek kepemilikan dan penggunaan nya


kehidupan manusia. Contoh jenis maqashid tidak bisa di miliki oleh seorangpun.
ini antara lain mencakup kehalusan dalam Dalam hal ini, dia membedakan dua
berbicara dan bertindak serta macam air, yaitu; air yang dapat di jadikan
pengembangan kualitas produksi dan hasil sebagai objek kepemilikan, seperti air
pekerjaan. Korelasi Antara Dharuriyat, sunggai dan oase, air yang di jadikan sebagai
Hajiyat, Tahsiniyat. objek kepemilikan seperti air yang di beli
Dari hasil penelaahannya secara lebih atau termasuk bagian dari sebidang tanah
mendalam, Al-Syatibi menyimpulkan milik individu. Lebih jauh,Ia menyatakan
korelasi antara dharuriyat, hajiyat dan bahwa tidak ada hak kepemilikan yang
tahsiniyat sebagai bentuk. dapat di klaim terhadap sungai dikarnakan
a. Maqashid dharuriyat merupakan dasar adanya pembanggunan dam.
bagi maqashid hajiyat dan maqashid 2) Pajak
tahsiniyat. Bagi al-Syatibi adanya pemerintahan
b.Kerusakan pada maqashid dharuriyat yang mengatur rakyat merupakan salah
akan membawa kerusakan pula pada satu maslahah dharuriah yang harus
maqashid hijiyat dan maqashid tahsiniyat. dipenuhi pemerintah, diwujudkan guna
Sebaliknya, kerusakan pada maqashid memenuhi maslahah dunia para rakyatnya
hajiyad dan maqashid tahsiniyat tidak (Nabila, 2019: 10). Dalam pandanggan Al-
dapat merusak maqashid dharuriyat. Syahtibi, pemunggutan pajak harus di lihat
c. Kerusakan pada maqashid hajiyat dan dari sudut pandang maslahah
maqashid tashiniyat yang bersifat apsolut (kepentinggan umum). Dengan menggutip
terkadangdapat merusak maqashid pendapat para pendahulunya, seperti Al-
dharuriyad Pemeriharaan maqashid Ghazali dan Ibnu Al-farra’, ia menyatakan
hajiyat dan maqashid tahsiniat di perlukan bahwa memeliharaan kepentingan umum
demi pemeliharaan maqashid dharuriyat secara esensial adalah tanggung jawab
secara tepat. masyarakat. Dalam kondisi tidak mampu
Dengan demikian,apabila di anasis melaksanakan tanggung jawab ini,
lebih jauh, dalam usaha mencapai masyarakat bisa mengalihkannya kepada
pemeliharaan lima unsur pokok secara baitul Mal serta menyumbangkan sebagian
sempurna, ketiga tingkat maqashid tersebut kekayaan mereka sendiri untuk tujuan
tidak dapat di pisahkan. Tampaknya, bagi tersebut. Oleh karna itu, pemerintah dapat
Al-syahtibi, tingkat hajiyat merupakan menggenakan pajak-pajak baru terhadap
penyempurnaan tingkat dharuriyat, tingkat rakyatnya, sekalipun pajak tersebut belum
tahsinyat merupakan penyempurnaan lagi pernah di kenal dalam sejarah Islam (Melis,
bagi tingkat hajiyat, sedangkan dharuriyat 2016: 7).
menjadi pokok hajiyat dan tahsinyat 3) Wawasan Modern Teori Al-Syahtibi
(Adiwarman, 2017: 326). Dari pemaparan konsep Maqashid al-
I. Beberapa pandanggan Al-Syahtibi di Syari’ah di atas, terlihat jelas bahwa syariah
Bidang Ekonomi. mengginginkan setiap individu
1) Objek Kepemilikan memperhatikan kesejahteraan mereka. Al-
Pada dasarnya, Al-Syahtibi mengakui Syahtibi menggunakan istilah maslahah
hak milik individu. Namun, Ia menolak untuk menggambarkan tujuan syariah ini.
kepemilikan individu terhadap sumber daya Dengan kata lain, manusia senantiasa di
yang dapat mengguasai hajat hidup orang tuntut untuk mencari kemaslahatan.
banyak. Ia menegaskan bahwa air bukanlah Aktivitas ekonomi produksi, konsumsi, dan
Suharyonoi1, Yuda Septian Kurniawan2
Jurnal El-Kahfi (Journal of Islamic Economic) Vol . 03 No. 01 (2022)

pertukaran yang menyerahkan ini merupakan tingkat kebutuhan yang


kemaslahatan seperti didefinisikan syariah paling tinggi.
harus diikuti sebagai kewajiban agama Dalam dunia manajemen, kebutuhan-
untuk memperoleh kebaikan di dunia dan kebutuhan yang di kemukakan oleh maslow
akhirat. Dengan demikian, seluruh aktivitas tersebut dapat di aplikasikan sebagai
ekonomi yang menggandung kemaslahatan berikut.
bagi umat manusia di sebut sebagai a. Pemenuhan kebutuhan fisiologi antara
kebutuhan (needs) (Adiwarman, 2017: 328). lain dapat di aplikasikan dalam hal
Menurut Maslow, apabila seluruh pemberian upah atau gaji yang adil dan
kebutuhan seseorang belum terpenuhi pada lingkungan kerja yang nyaman.
waktu yang bersamaan, pemenuhan b. Pemenuhan kebutuhan keamanan antara
kebutuhan yang paling mendasar lain dapat di aplikasikan dalam hal
merupakan hal menjadi prioritas, Dengan pemberian tunjangan, keamanan kerja
kata lain, seorang individu baru akan beralih dan lingkunggan kerja yang aman.
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang c. Pemenuhan kebutuhan sosial antara lain
lebih tinggi jika kebutuhan dasarnya telah dapat di aplikasikan dalam hal dorongan
terpenuhi. Lebih jauh, berdasarkan konsep terhadap kerja sama, stabilitas klompok
hienarchy of needs, Ia berpendapatbahwa dan kesempatan berinteraksi sosial.
garis hierarkis kebutuhan manusia d. Pemenuhan kebutuhan akan
berdasarkan skla prioritasnya terdiri dari; penghargaan antara lain dapat di
1. Kebutuhan Fisiologi (physiological aplikasikan dalam hal penghormatan
needs), mencakaup kebutuhan dasar terhadap jenis pekerjaan, siknifikansi
manusia, seperti makan dan minum. Jika aktivitas pekerjaan dan pengakuan publik
belum terpenuhi, kebutuhan dasar ini terhadap performance yang baik.
akan menjadi prioritas manusia dan e. Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri
mengesampingkan seluruh kebutuhan antara lain dapat di aplikasikan dalam hal
budup lainya. pilihan dalam berkreativitas dan
2. Kebutuhan keamanan (Sefety Needs), tantanggan pekerjaan (Adiwarman, 2017:
mencakup kebutuhan perlindungan 331)
terhadap gangguan fisik dan kesehatan Bila ditelaah lebih dalam, berbagai
serta krisis ekonomi. tingkat kebutuhan yang di kemukakan oleh
3. Kebutuhan sosial (Social Needs), Maslow di atas sepenuhnya telah
mencakup kebutuhan akan cinta, kasih terakomodasi dalam konsep maqashid al-
sayang, dan persahabatan. Tidak Syari’ah. Bahkan, konsep yang telah di
terpenuhinya kebutuhan ini akan kemukakan oleh Al-Syatibi mempunyai
memengaruhi kesehatan jiwa seseorang. keunggulan komparatif yang sanggat
4. Kebutuhan akan penghargaan (Esteem seknifikan, yakni menempatkan agama
Needs), mencakup kebutuhan terhadap sebagai faktor utama dalam elemen
penghormatan dan pengakuan kebutuhan dasar manusia, suatu hal yang
diri.pemenuhan kebutuhan ini akan luput dari perhatian Maslow. Seperti yang
memengaruhi rasa percaya diri dan telah di maklumi bersama, agama
prestise seseorang. merupakan fitrah manusia dan menjadi
5. Kebutuhan aktualisasi diri (Self- faktor penentu dalam mengerjakan
Actualization Needs), mencakup kehidupan umat manusia di dunia ini.
kebutuhan memberdayakan seluruh Maqasid syariah mempunyai relevansi
potensi dan kemampuan diri. Kebutuhan hubungan erat dengan konsep motivasi.
Suharyonoi1, Yuda Septian Kurniawan2
Jurnal El-Kahfi (Journal of Islamic Economic) Vol . 03 No. 01 (2022)

Motivasi manusia dalam melakakukan memberikan sumbangsi karya dibidang


aktivitas ekonomi adalah untuk memenuhi bahasa, ekonomi. tafsir dan lainnya. dalam
kebutuhannya dalam arti memperoleh bidang ekonomi yang berazas atas syariat
kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat Islam yang tidak bertantangan dengan
(Boedi, 2010: 277). ajaran Islam. Teori hieraki kebutuhan yang
Disisi yang lain, ekonomi Islam tidak di kemukakan oleh Maslow sejatinya sudah
memerintahkan manusia untuk meraih pernah di bahas dan dikaji oleh pemikir
segala keingainannya. Memaksimalkan ekonomi Islam salah satunya adalah Al-
kepuasan (maxi mization of satisfaction) Syatibi. Studi tentang Maqasid Syariah,
bukanlah spirit dalam perilaku konsumsi tentang perilaku konsumen serta kebijakan
dalam prinsip ekonomi Islam. Sebagai baik secara individu maupun pemerintah
pilihannya ekonomi Islam memerintahkan menjadi salah satu kajian dari AL-Syatibi.
individu untuk memenuhi kebutuhannya Gambaran sederhana dari pemikiran Al-
(needs) sebagaimana yang dikendaki oleh syatibi adalah berbagai pemikiriannya
syari’ah. Needs memang muncul dari dalam bidang ekonomi menitikberatkan
keinginan naluriah, namun dalam prinsip kepada kemaslahatan.
Islam tidak semua keinginan bisa dianggap
sebagai sebuah kebutuhan. Hanya keinginan Daftar Pustaka
yang mengandung maslahah saja yang dapat Abdullah, Boedi, Peradaban Pemikiran
dikategorikan sebagai needs. Ekonomi Islam, Pustaka Setia: Bandung,
Dalam perspektif Islam, berpijak pada 2010
doktrin keagamaan yang menyatakan Amalia Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi
bahwa pemenuhan kebutuhan hidup Islam, Gramata Publishing, 2010
manusia dalam rangka memperoleh Bakri, Asafri Jaya, Konsep Maqashid Syari’ah
kemaslahatan di dunia dan di akhirat Menurut al-Syatibi Jakarta: Rajawali
merupakan bagian dari kewajiban agama, Press,1996
manusia akan termotivasi untuk selalu Hermawan Hendri Adinugraha, Mashudi,
berkreasi dan bekerja keras. Setiap individu Al-Maslahah Al-Mursalah dalam
harus mengalokasikan pendapatan mereka Penentuan Hukum Islam, Jurnal Ilmiah
diantara dua jenis pengeluaran. Ekonomi Islam, 4(01), 2018
Pengeluaran di jalan Allah SWT yang secara Kadir Syahruddin, Pengembangan
eksplisit tidak memberikan keuntungan Pengukuran Kinerja Dengan Pendekatan
duniawii secara langsung. Pengeluaran di Maslahah Score Card, Jurnal Ekonomi
alan Allah SWT mempunyai beberapa dan Bisnis Islam, Ad-Deenar, E-ISSN:
implikasi terhadap berbagai kebijakan 2614-8838Karim Adiwarman,
makroekonomi dalam konteks taungan, Azwar,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam
investasi, pertumbuhan, distribusi Edisi Keempat, PT. Raja Grafindo
pendapatan, pengangguran, inflasi dan Persada, Depok, 2018
sebagainya (Euis, 2010: 259). Hal ini, pada Karim Adiwarman Azwar, Sejarah
akhirnya,tentu akan meningkatkan Pemikiran Ekonomi Islam Edisi Keempat,
produktivitas kerja dan pertumbuhan PT. Raja Grafindo Persada, Depok, 2018
ekonomi secara global. Kasdi Abdurrahman, Maqasyid Syari’ah
Perspektif Pemikiran Imam Syatibi
Simpulan Dalam Kitab Al-Muwafaqat, YUDISIA,
Al-Syatibi adalah salah satu Vol. 5, No. 1, Juni 2014
cendikiawan mulsim yang produktif dalam
Suharyonoi1, Yuda Septian Kurniawan2
Jurnal El-Kahfi (Journal of Islamic Economic) Vol . 03 No. 01 (2022)

Melis, Pemikiran Tokoh Ekonomi Muslim: Kontribusinya Dalam Kebijakan Fiskal. al


Imam Al-Syatibi, Islamic Banking, falah: journal of islamic economics, vol. 3,
Volume 2 Nomor 1 Agustus 2016 no. 2, 2018
Mutakin Ali, Teori Maqâshid Al Syarî’ah Dan Zatadini Nabila, Syamsuri, Konsep
Hubungannya Dengan Metode Istinbath Maqashid Syariah Menurut Al-Syatibi
Hukum, Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. Dan Kontribusinya Dalam Kebijakan
19, No. 3, pp. 547-570, Agustus, 2017 Fiskal, Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal
Zatadini Nabila.Syamsuri, Konsep Maqashid Ekonomi dan Perbankan Syariah, Vol. 4,
Syariah Menurut Al-Syatibi Dan No. 1, 2019

Anda mungkin juga menyukai