Anda di halaman 1dari 4

Nama : Inda fazira

Nim : (190510182)

Mk : Filsafat Hukum Islam

Kelas : VA

TUGAS

Membuat resume tentang Pentingnya Maqashid Syariah dalam


Filsafat.

Pentingnya Maqashid Syariah dalam Filsafat.

Istilah maqasid al-syari’ah adalah al-ma’anni allati syuri’at


laha al-ahkam (kandungan nilai yang menjadi tujuan
pensyariatan hukum), Identik dengan istilah filsafat hukum
Islam. Hal yang dikaji teori maqasid al-syari’ah ialah mengkaji
tujuan hukum diturunkan adalah untuk kemaslahatan hidup
umat manusia baik itu di dunia ataupun di akhirat. Maksudnya,
mengkaji aspek kemaslahatan merupakan pokok dari ilmu
maqasid al-syari’ah.

Dasar hukum maqashid syariah Al-Ghazali mencetuskan


bahwa Maqasid Syariah tercermin dalam lima hal pokok yaitu
menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Setiap hukum
atau aturan yang mengandung lima prinsip ini, maka ia
dinamakan maslahat. Setiap keputusan hukum yang
mengabaikan atau justru menafikan kelima dasar diatas, berarti
mafsadah.

Maqasid Syariah adalah tujuan-tujuan hukum dan rahasia-


rahasia yang dimaksudkan oleh Allah swt untuk kemashlahatan
umat di dunia dan akhirat. Kemashlahatan bagi umat dan
menghilangkan kemudharatan adalah salah satu tujuan
disyariatkan hukum dimuka bumi ini.

Secara substansial maqâshid al-syarî‘ah mengandung


kemaslahatan, baik ditinjau dari maqâshid al-syâri’ (tujuan
Tuhan) maupun maqâshid al-mukallaf (tujuan Mukallaf ).
Dilihat dari sudut tujuan Tuhan, maqâshid al-syarî‘ah
mengandung empat aspek:

1. Tujuan awal dari Syâri’ (Allah dan Rasul-Nya)


menetapkan syari’ah yaitu untuk kemashlahatan
manusia di dunia dan akhirat.
2. Penetapan syariah sebagai sesuatu yang harus dipahami.
3. Penetapan syariah sebagai hukum taklîfi yang harus
dilaksanakan.
4. Penetapan Syariah guna membawa manusia ke bawah
lindungan hukum yakni ter-hindar dari mengikuti hawa
nafsu.

Kesimpulannya bahwa Maqashid Syari’ah adalah konsep


untuk mengetahui hikmah (nilai-nilai dan sasaran syara' yang
tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits). yang
ditetapkan oleh Allah Swt terhadap manusia adapun tujuan
akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau
kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di dunia
(dengan Muamalah) maupun di akhirat (dengan ‘Aqidah dan
Ibadah). Sedangkan cara untuk tercapai kemaslahatan tersebut
manusia harus memenuhi kebutuhan Dharuriat (Primer).

Adapun inti dari konsep maqâshid al-syarî‘ah adalah untuk


mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan
atau menarik manfaat dan menolak mudarat. Maqâshid al-
syarî‘ah tersebut adalah maslahat, karena penetapan hukum
dalam Islam harus bermuara kepada maslahat. Untuk
memahami hakikat dan peranan maqâshid al-syarî‘ah, berikut
akan diuraikan secara ringkas teori tersebut.
Secara garis besar mashlahah mencakup 2 (dua) unsur yang
holistik, yakni jalb al-manâfi‘al-mashâllih dan dar’ al-
mafâsid/al-madârr yang mengandung arti mewujudkan sesuatu
yang bermanfaat/baik atau yang membawa
kemanfaatan/kebaikan, dan mencegah serta menghilangkan
sesuatu yang negatif-destruktif atau yang membawa kerusakan
dalam kerangka arahan Alquran.
Dapat disimpulkan bahwa teori keadilan menjadi landasan
utama dalam filsafat hukum Islam, khususnya dalam
pembahasan maqâshid al-syarî‘ah yang menegaskan bahwa
hukum Islam disyariatkan untuk mewujudkan dan memelihara
maslahat umat manusia. Karena pada dasarnya teori maqâshid
syarî’ah di sini sama dengan teori keadilan sosial dalam istilah
filsafat hukum.

Maqasid muncul pertama kali dalam karya At-Turmuzi


yang berjudul as-Salah wa maqasiduha Konsep ini terus
mengalami proses Metamorfosis konseptual mulai dari “nilai”
hingga pendekatan. Sebagai nilai, maqasid syari’ah adalah
bagian yang tidak terpisahkan dari kajian maslahah mursalah,
istihsan dan qiyas dalam kajian usul fikih. Namun demikian,
dalam perkembangannya kajian maqasid syari’ah semakin
menampakkan urgensinya dalam penetapan hukum Islam,
khususnya dalam merespons problematika hukum kontemporer.
Pioner dalam kajian maqasid syari’ah adalah Abu Ishaq asy-
Syatibi. Pada masanya, Maqasid syari’ah telah menemukan
bangunan konseptualnya dalam Tiga kategori; daruriyah,
hajiyah dan tahsiniyah. Tiga kategori ini harus berorientasi
pada kemaslahatan lima prinsip dasar (al-mabadi’ al-khamsah >
), yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, harta dan
keturunan. Kajian maqasid semakin sempurna di tangan Thahir
Ibn Asyur, di mana maqasid> tidak hanya dipahami sebagai
mabda’ (prinsip) dalam ijtihad, tetapi menjadi muqtarabah
(pendekatan) dalam ijtihad. Dengan tegas Ibn Asyura
mengatakan bahwa pendekatan dalil-dalil lafziyah tidak cukup
untuk menemukan hukum Islam, melainkan dilengkapi dengan
pendekatan kausasif dan pendekatan teleologis.Di samping itu,
maqasid syari’ah tidak lagi berkutat pada lima aspek dasar
kebutuhan manusia, melainkan juga nilai-nilai universal, seperti
toleransi, kesetaraan, demokrasi dan HAM. Alasan Ibn Asyur,
bahwa Islam datang untuk terciptanya masyarakat sejahtera,
tidak saja dalam konteks lokal, tetapi juga global.

Anda mungkin juga menyukai