Membuat resume tentang Pentingnya Maqashid Syariah dalam
Filsafat.
Pentingnya Maqashid Syariah dalam Filsafat.
Istilah maqasid al-syari’ah adalah al-ma’anni allati syuri’at
laha al-ahkam (kandungan nilai yang menjadi tujuan pensyariatan hukum), Identik dengan istilah filsafat hukum Islam. Hal yang dikaji teori maqasid al-syari’ah ialah mengkaji tujuan hukum diturunkan adalah untuk kemaslahatan hidup umat manusia baik itu di dunia ataupun di akhirat. Maksudnya, mengkaji aspek kemaslahatan merupakan pokok dari ilmu maqasid al-syari’ah.
Dasar hukum maqashid syariah Al-Ghazali mencetuskan
bahwa Maqasid Syariah tercermin dalam lima hal pokok yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Setiap hukum atau aturan yang mengandung lima prinsip ini, maka ia dinamakan maslahat. Setiap keputusan hukum yang mengabaikan atau justru menafikan kelima dasar diatas, berarti mafsadah.
Maqasid Syariah adalah tujuan-tujuan hukum dan rahasia-
rahasia yang dimaksudkan oleh Allah swt untuk kemashlahatan umat di dunia dan akhirat. Kemashlahatan bagi umat dan menghilangkan kemudharatan adalah salah satu tujuan disyariatkan hukum dimuka bumi ini.
Secara substansial maqâshid al-syarî‘ah mengandung
kemaslahatan, baik ditinjau dari maqâshid al-syâri’ (tujuan Tuhan) maupun maqâshid al-mukallaf (tujuan Mukallaf ). Dilihat dari sudut tujuan Tuhan, maqâshid al-syarî‘ah mengandung empat aspek:
1. Tujuan awal dari Syâri’ (Allah dan Rasul-Nya)
menetapkan syari’ah yaitu untuk kemashlahatan manusia di dunia dan akhirat. 2. Penetapan syariah sebagai sesuatu yang harus dipahami. 3. Penetapan syariah sebagai hukum taklîfi yang harus dilaksanakan. 4. Penetapan Syariah guna membawa manusia ke bawah lindungan hukum yakni ter-hindar dari mengikuti hawa nafsu.
Kesimpulannya bahwa Maqashid Syari’ah adalah konsep
untuk mengetahui hikmah (nilai-nilai dan sasaran syara' yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an dan Hadits). yang ditetapkan oleh Allah Swt terhadap manusia adapun tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di dunia (dengan Muamalah) maupun di akhirat (dengan ‘Aqidah dan Ibadah). Sedangkan cara untuk tercapai kemaslahatan tersebut manusia harus memenuhi kebutuhan Dharuriat (Primer).
Adapun inti dari konsep maqâshid al-syarî‘ah adalah untuk
mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan atau menarik manfaat dan menolak mudarat. Maqâshid al- syarî‘ah tersebut adalah maslahat, karena penetapan hukum dalam Islam harus bermuara kepada maslahat. Untuk memahami hakikat dan peranan maqâshid al-syarî‘ah, berikut akan diuraikan secara ringkas teori tersebut. Secara garis besar mashlahah mencakup 2 (dua) unsur yang holistik, yakni jalb al-manâfi‘al-mashâllih dan dar’ al- mafâsid/al-madârr yang mengandung arti mewujudkan sesuatu yang bermanfaat/baik atau yang membawa kemanfaatan/kebaikan, dan mencegah serta menghilangkan sesuatu yang negatif-destruktif atau yang membawa kerusakan dalam kerangka arahan Alquran. Dapat disimpulkan bahwa teori keadilan menjadi landasan utama dalam filsafat hukum Islam, khususnya dalam pembahasan maqâshid al-syarî‘ah yang menegaskan bahwa hukum Islam disyariatkan untuk mewujudkan dan memelihara maslahat umat manusia. Karena pada dasarnya teori maqâshid syarî’ah di sini sama dengan teori keadilan sosial dalam istilah filsafat hukum.
Maqasid muncul pertama kali dalam karya At-Turmuzi
yang berjudul as-Salah wa maqasiduha Konsep ini terus mengalami proses Metamorfosis konseptual mulai dari “nilai” hingga pendekatan. Sebagai nilai, maqasid syari’ah adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kajian maslahah mursalah, istihsan dan qiyas dalam kajian usul fikih. Namun demikian, dalam perkembangannya kajian maqasid syari’ah semakin menampakkan urgensinya dalam penetapan hukum Islam, khususnya dalam merespons problematika hukum kontemporer. Pioner dalam kajian maqasid syari’ah adalah Abu Ishaq asy- Syatibi. Pada masanya, Maqasid syari’ah telah menemukan bangunan konseptualnya dalam Tiga kategori; daruriyah, hajiyah dan tahsiniyah. Tiga kategori ini harus berorientasi pada kemaslahatan lima prinsip dasar (al-mabadi’ al-khamsah > ), yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, harta dan keturunan. Kajian maqasid semakin sempurna di tangan Thahir Ibn Asyur, di mana maqasid> tidak hanya dipahami sebagai mabda’ (prinsip) dalam ijtihad, tetapi menjadi muqtarabah (pendekatan) dalam ijtihad. Dengan tegas Ibn Asyura mengatakan bahwa pendekatan dalil-dalil lafziyah tidak cukup untuk menemukan hukum Islam, melainkan dilengkapi dengan pendekatan kausasif dan pendekatan teleologis.Di samping itu, maqasid syari’ah tidak lagi berkutat pada lima aspek dasar kebutuhan manusia, melainkan juga nilai-nilai universal, seperti toleransi, kesetaraan, demokrasi dan HAM. Alasan Ibn Asyur, bahwa Islam datang untuk terciptanya masyarakat sejahtera, tidak saja dalam konteks lokal, tetapi juga global.