Anda di halaman 1dari 15

MAS}}LAH

URGENSI MAS LAH}


LAHA
} H DALAM PEMBARUAN HUKUM ISLAM
DI ERA GLOBAL

Hamzah K.

STAIN Palopo
Jl. Agatis Palopo
Email:hamzahkamma@yahoo.co.id

Abstrak

Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin perlu dipahami dan diamalkan dengan baik agar
bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam, selamat dunia dan akhirat. Memahami
Islam dalam dunia global ini diperlukan metode yang tepat agar pemahamannya itu
bisa membawa kedamaian, ketenangan dan rahmat bagi semua umat manusia pada
umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dalam dunia global ini sangat banyak
persoalan hukum yang muncul segera ditetapkan hukumnya karena dianggap sangat
mendesak untuk ditetapkan karena menyangkut persoalan kemaslahatan umat
manusia. Salah satu metode penetapan hukum yang dianggap sangat relevan dalam
dunia global ini adalah teori mas}lah}ah atau maqa>s}id al-syari>’ah, banyak persoalan
baru yang muncul tidak bisa ditetapkan hukumnya melalui al-Qur’an, sunnah, ijmak
dan kias. Karena itu mujtahid mencari metode lain. Metode yang dianggap paling
tepat adalah teori mas}lah}ah, baik penetapan hukumnya dilakukan dengan mas}lah}ah
mu’tabarah, mas}lah}ah mursalah maupun dengan mas}lah}ah mulghah. Ketiga
mas}lah}ah ini telah digunakan para mujtahid atau fukaha untuk menetapkan hukum
dalam dunia global ini.

Kata Kunci: mas}lah}ah, maqa>s}id al-syari>’ah, ijtihad, pembaruan hukum Islam,


rahmatan lil ‘alamin
Abstract

Islam as Rahmatan lil 'alamin needs to be understood and practiced well in order to
be a mercy to all the worlds, to become salvation in the world and hereafter.
Understanding Islam in a globalized world is necessary, so that it needs a proper
method that can bring peace, tranquility and mercy for all mankind in general and
Muslims in particular. In this global world, there are so many legal issues that need
to be assigned carefully, because it is considered concerning the goodness of
humankind. One method in examining the law that is considered very relevant in
this globalized world is maslahah (beneficiaries) theory, whether using mas}lah}ah
mu’tabarah, mas}lah}ah mursalah or mas}lah}ah mulgah. These three theories of
maslahah have been used by fuqaha’ (Muslim Jurists) to establish laws in this global
world.

Keywords: beneficiaries legal theory, maqa>s}id al-syari>’ah, ijtihad, Islamic legal


reform, rahmatan lil 'alamin
A. Pendahuluan aktualisasinya, berupaya mengembalikan
Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin pada keadaan semula sehingga ia tampil
perlu diaplikasikan dalam kehidupan seakan barang baru. Hal ini dengan cara
keseharian bagi umat manusia di dunia memperkokoh sesuatu yang lemah,
ini. Karena itu, untuk menjadikan Islam memperbaiki yang usang, menambal
sebagai rahmatan lil alamin, perlu yang rusak atau retak, sehingga kembali
dipahami secara komprehensif agar mendekati pada bentuk yang pertama.3
mengamalkannya penuh dengan Pembaharuan hukum Islam dalam
kedamaian, ketenangan dan ketentraman bahasa Arab sering disebut dengan
dalam kehidupannya. “Tajdi>d”.Tajdi>d erat kaitannya dengan
Untuk mengkaji hukum Islam pada persoalan “ijtihad”, karena itu pintu
era global ini, para ulama menggunakan ijtihad harus tetap terbuka bagi orang
berbagai macam metode, salah satu yang mampu untuk berijtihad. Islam
metode yang digunakan adalah teori melarang orang-orang berpikiran jumud
mas}lah}ah. Mas}lah}ah ada tiga macam atau suka bertaqlid membabi buta,
yaitu mas}lah}ah mu’tabarah, mas}lah}ah bahkan imam empat melarang keras
mulghah dan mas}lah}ah mursalah.1 bertaqlid, kepada pendapat mereka tanpa
Tujuan hukum Islam yang sesungguhnya berusaha mencari kebenaran di tempat
adalah kemaslahatan manusia dan tidak lain.4 Menurut Yusuf al-Qardhawi yang
satupun hukum yang disyariatkan, baik dimaksud dengan ijtihad adalah
dalam al-Qur’an maupun dalam sunnah mencurahkan secara maksimal daya
nabi Muhammad saw. melainkan di upaya dan jerih payah dalam rangka
dalamnya terdapat kemaslahatan.2 menginstinbatkan hukum-hukum syariat
Pembicaraan tentang pembaruan dari dalil-dalilnya melalalui metode
hukum Islam atau aktualisasi hukum pemikiran dan penelitian. Sedangkan
Islam, telah dilakukan sejak abad ke- 20 hukum ijtihad adalah fardu kifayah, di
sampai sekarang, baik dari kalangan ahli mana semua umat ini berdosa bila tidak
hukum Islam maupun non-Islam. Hal ini ada seorang pun dari mereka yang tampil
disebabkan karena umat Islam di dunia untuk berijtihad, dan fardu ‘ain bagi
ini di satu pihak memerlukan hukum orang yang punya kemampuan untuk
Islam yang dapat mengayomi umat Islam berijtihad, manakala tidak didapatkan
dalam kehidupannya di dunia dan orang lain yang dapat melakukannya.5
diakhirat. Pakar hukum Islam melihat Seorang pakar hukum Islam ketika ingin
bahwa hukum Islam yang tersebut dalam berijtihad tidak terlepas dengan metode
kitab-kitab fikih oleh para mujtahid yang digunakan agar ijtihadnya sesuai
beberapa abad yang lalu dalam beberapa dengan norma-norma yang telah
hal tidak lagi dapat mengayomi ditetapkan dalam ajaran agama Islam.
kehidupan mereka. Atau sebagian hukum Dalam tulisan ini akan dikemukakan
Islam tersebut tidak mungkin lagi salah satu metode ijtihad yang dapat
dilaksanakan secara praktis dan aktual digunakan dalam pembaruan hukum
karena kondisi zaman yang telah berubah Islam yang sering digunakan para pakar
karena globalisasi dalam segala bidang. hukum Islam yaitu “teori mas}lah}ah”.
Sehubungan dengan hal tersebut, Inilah yang menjadi fokus pembicaraan
para ahli dan cendekiawan hukum Islam dalam tulisan ini.
bermaksud mengkaji hukum Islam itu Berdasar dari latar belakang
dalam konteks kekinian, sehingga hukum masalah di atas, maka yang menjadi
Islam bisa diandalkan pada masa kini permasalahan dalam tulisan ini adalah
sebagaimana perumusan para mujtahid “Bagaimana Urgensi Mas}lah}ah dalam
pada waktu itu (lampau). Mengkaji ulang Pembaruan hukum Islam pada era
hukum Islam bermaksud mengembalikan global? dari masalah umum ini dapat
dirinci dengan sub-sub masalah sebagai agama, jiwa, akal, harta benda dan
berikut; Bagaimana urgensi mas}lah}ah keturunan atau kehormatan.
dalam pembaruan hukum Islam di era Menurut Izz al-Din bin Abdul
global ? Bagaimana pandangan para ahli Salam mas}lah}ah dan mafsadah sering
10

Hukum Islam tentang penggunaan dimaksudkan dengan baik dan buruk,


Mas}lah}ah sebagai dalil hukum Islam manfaat dan mudarat, bagus dan jelek,
dalam pembaharuan hukum Islam? bermanfaat dan bagus sebab semua
Bagaimana relevansi mas}lah}ah dalam mas}lah}ah itu baik, sedangkan mafsadah
pembaruan hukum Islam di era global? itu semuanya buruk, membahayakan dan
tidak baik untuk manusia. Dalam al-
B. Urgensi Mas}lah}
Mas }lah
laha} h dalam Qur’an kata al-h}asanah (kebaikan)
Pembaruan Hukum Islam sering dipergunakan untuk pengertian al-
1. Pengertian Mas}lah}ah mas}a>lih dan kata al-sayyi’ah (keburukan)
Secara etimologi mas}lah}ah sama dipergunakan untuk pengertian al-
dengan manfaat, baik dari segi lafal mafa>sid (kerusakan-kerusakan). Dalam
maupun makna. Mas}lah}ah juga berarti bagian lain ‘Izz al-Din11 mengemukakan
manfaat atau suatu pekerjaan yang bahwa mas}lah}ah itu ada empat macam,
mengandung manfaat. Apabila dikatakan yaitu kelezatan, sebab-sebabnya atau
bahwa perdagangan itu suatu sarananya, kesenangan dan sebab-
kemaslahatan dan menuntut ilmu itu sebabnya atau sarananya, sedangkan
suatu kemaslahatan, maka hal tersebut mafsadah juga ada empat macam, yaitu
berarti bahwa perdagangan dan menuntut rasa sakit atau tidak enak, penyebabnya
ilmu itu penyebab diperolehnya manfaat atau hal-hal yang menyebabkannya, rasa
lahir batin.6 Secara terminologi Imam al- sedih dan penyebabnya atau hal-hal yang
Ghazali mengemukakan bahwa, menyebabkannya.
mas}lah}ah adalah mengambil manfaat dan Dari pengertian tersebut terlihat
menolak kemudaratan dalam rangka adanya perbedaan antara pengertian
memelihara tujuan-tujuan syarak.7 Al- mas}lah}ah dari segi bahasa (umum)
Ghazali menjelaskan bahwa menurut dengan pengertian mas}lah}ah dari segi
asalnya mas}lahah itu berarti sesuatu yang hukum. Perbedaannya terlihat dari segi
mendatangkan manfaat atau keuntungan tujuan syarak yang dijadikan rujukan
dan menjauhkan mud}arat (kerusakan) mas}lah}ah dalam pengertian bahasa
yang pada hakikatnya adalah memelihara merujuk kepada pemenuhan kebutuhan
tujuan syarak dalam menetapkan manusia dan karenanya mengandung
hukum.8 pengertian untuk mengikuti syahwat atau
Sedangkan Zaky al-Din Sya’ban9 hawa nafsu. Sedangkan pengertian
yang dimaksud dengan mas}lah}ah adalah mas}lah}ah dari segi syarak yang menjadi
sesuatu hukum yang ditetapkan akan titik bahasan dalam us}u>l al-fiqh, yang
berhasil menarik manfaat dan menolak selalu menjadi rujukan dan ukurannya
mudarat dari makhluk, dan tidak ada dalil adalah tujuan syarak, yaitu memelihara
tertentu yang menunjukannya baik yang agama, akal, jiwa, keturunan dan harta
membenarkan maupun yang benda, tanpa melepaskan tujuan
membatalkannya. Jadi apa yang pemenuhan kebutuhan manusia yaitu
disampaikan baik oleh al-Ghazali mendapatkan kesenangan dan
maupun disampaikan oleh Zaky al-Din menghindarkan segala hal
sya’ban berbeda redaksionalnya, tetapi ketidaksenangan. Tetapi inti dari
intinya sama, bahwa mas}lah}ah itu adalah mas}lah}ah adalah menarik atau
sejalan dengan tindakan syarak dan mengambil manfaat dan menolak
tujuan hukum syarak, yaitu memlihara mudarat.
2. Urgensi Mas}lah}ah dalam pembaruan c. Mas}lah}ah mulgha>h, yaitu suatu
hukum Islam mas}lah}ah yang bertentangan
Semakin banyaknya persoalan dengan dalil syarak.12
baru yang muncul dalam dunia global ini Ketiga mas}lah}ah tersebut
yang tidak ditemukan dalilnya secara dipergunakan oleh para ahli hukum Islam
harfiah di dalam al-Qur’an dan hadis dalam menetapkan hukum syarak.
Rasulullah Muhammad saw., ijma’ dan Tujuan pokok hukum Islam
kias, bahkan dalam kitab-kitab fikih (maqa>s}id al-Syari’>ah) adalah
(hukum Islam) yang ditulis para fukaha mewujudkan kemaslahatan. Peranan
pada masa lalu, membuat ahli hukum mas}lah}ah dalam menetapkan hukum
Islam masa kini melakukan ijtihad. sangatlah dominan dan menentukan,
Mas}lah}ah salah satu metode ijtihad yang sebab al-Qur’an dan sunnah sebagai
banyak dipergunakan para ahli hukum sumber hukum Islam sangat
Islam kontemporer untuk menemukan memperhatikan prinsip kemaslahatan ini.
hukum Islam. Dalil hukum yang Demikian juga metode istinbat} yang lain
disepakati ada empat, yaitu al-Qur’an, sangat memerhatikan mas}lah}ah dalam
hadis, ijma’ dan kias. Mereka juga mengembangkan hukum Islam. Karena
sepakat bahwa dalam mempergunakan itu semua produk hukum Islam baik yang
dalil hukum tersebut harus dipergunakan bersumber dari dalil yang disepakati
secara berurutan. Para ahli hukum Islam maupun dalil yang diperselisihkan, tidak
berbeda pendapat jika timbul masalah di satupun yang terlepas dari prinsip untuk
tengah masyarakat, sedangkan keempat mewujudkan kemaslahatan manusia.
dalil hukum itu tidak dapat ditemukan. Kemaslahatan yang ingin diwujudkan
Terhadap hal ini muncullah dalil hukum oleh hukum Islam bersifat universal
yang lain selain yang empat tadi. Dalil- sejati, duniawi dan ukhrawi, lahir dan
dalil yang paling menonjol adalah is}tis}lah batin, material dan spritual, mas}lah}ah
atau mas}lah}ah dan istih}sa>n. Status dalil individu dan umum, mas}lah}ah hari ini
ini masih diperselisihkan oleh para ahli dan hari esok.13
hukum Islam, sebagaimana mereka Ditinjau dari segi kekuatannya
memandang dalil hukum tersebut sebagai mas}lah}ah sebagai hujjah dalam
hujjah dalam mengistinbatkan hukum, menetapkan hukum, mas}lah}ah ada tiga
sedangkan sebagian yang lain tidak macam, yaitu d}aru>riah, yaitu lima hal
memandang sebagian dalil hukum yang yang wajib dipelihara meliputi, agama,
dapat dipergunakan sebagai dalil istinbat jiwa, akal, keturunan dan harta
hukum dalam menghadapi berbagai kemaslahatan dan keberadaanya sangat
persolan masyarakat. dibutuhkan oleh kehidupan manusia.
Ada tiga mas}lah}ah yang sering Artinya kehidupan manusia tidak
dipergunakan para ahli hukum Islam mempunyai arti apa-apa apabila satu dari
dalam menetapkan hukum, yaitu : prinsip yang lima tidak ada. Kedua,
a. Mas}lah}ah mu’tabarah, yaitu suatu mas}lah}ah h}aj> iyah, yaitu kemaslahatan
mas}lah}ah yang diakui oleh dalil yang tingkat kebutuhan hidup manusia
syarak. kepadanya tidak berada pada tingkat
b. Mas}lah}ah mursalah, yaitu suatu d}aruri. Bentuk kemaslahatannya tidak
mas}lah}ah yang tidak didukung secara langsung bagi pemenuhan
oleh dalil syarak dan tidak ada kebutuhan hidup manusia. Ketiga,
pula dalil syarak yang mas}lah}ah tah}si>niyah, yaitu mas}lah}ah
membatalkannya, akan tetapi yang kebutuhan hidup manusia
sejalan dengan hukum syarak. kepadanya tidak sampai tingkat d}aruri,
juga tidak sampai pada tingkat h}aj> iyah,
tetapi kebutuhan tersebut perlu dipenuhi
dalam rangkat memberi kesempurnaan maupun tidak langsung. Diterimanya
dan keindahan hidup manusia . Mas}lah}ah mas}lah}ah itu bukan karena semata ia
dalam bentuk tah}si>niyah ini juga adalah mas}lah}ah tetapi karena syarak
berkaitan dengan kebutuhan pokok yang mendukungnya.
manusia. Menurut penjelasan Abdul Karim
Apabila ditinjau dari maksud dan Zaidan sebagaimana dikutip oleh Ramli
usaha mencari dan menetapkan hukum S.A.15 bahwa Imam Malik beserta
mas}lah}ah disebut juga dengan munasib pengikutnya serta Imam Ahmad
atau keserasian mas}lah}ah dengan tujuan menjadikan mas}lah}ah mursalah sebagai
hukum. Mas}lah}ah dengan tujuan hukum. dalil hukum dan hujjah dalam
Mas}lah}ah dalam pengertian munasib ini menetapkan hukum. Muhammad Abu
dibagi menjadi tiga, pertama; mas}lah}ah Zahrah16 menyebutkan bahwa Imam
al-mu’tabarah, yaitu mas}lah}ah yang Malik dan pengikutnya merupakan
diperhitungkan oleh syarak, maksudnya mazhab pencetus dan menyuarakan
pada masalah ini ada petunjuk dari mas}lah}ah mursalah sebagai dalil hukum
syarak, baik secara langsung mapun tidak dan hujjah syariah. Sedangkan Imam
langsung yang memberikan petunjuk Ghazali menerima mas}lah}ah mursalah
adanya mas}lah}ah yang menjadi alasan sebagai dalil hukum dan hujjah syariah
dalam menetapkan hukum. Kedua; dengan ketentuan mas}lah}ah-nya harus
mas}lah}ah mulghah, yaitu disebutkan juga d}aru>riyah qat}’iyyah dan kulliyah.
mas}lah}ah yang ditolak, yaitu mas}lah}ah Wahbah al-Zuhaily17 berpendapat bahwa
yang dianggap baik oleh akal, tetapi tidak ulama yang menerima mas}lah}ah
diperhatikan oleh syarak dan ada mursalah sebagai dalil hukum dan hujjah
petunjuk syarak yang menolaknya. Di syariah adalah ulama-ulama Malikiyah
sini akal menganggapnya baik dan dan Hanabilah, sedangkan ulama
sejalan dengan apa yang dituntut oleh Hanafiyah menerima mas}lah}ah mursalah
mas}lah}ah itu. Ketig, mas}lah}ah mursalah, sebagai dalil hukum melalui jalan
yaitu tidak ada petunjuk syarak yang istih}sa>n. Dalam kaitannya dengan
memperhitungkannya dan tidak ada masalah tersebut, Zaki al-Din Sya’ban18
petunjuk syarak yang menolaknya.14 berpendapat bahwa sebenarnya jumhur
ulama menerima mas}lah}ah ini sebagai
C. Pandangan Para Fukaha Tentang dalil hukum dan hujjah syariah, termasuk
Penggunaan Mas}lahah}a} h dalam para imam mazhab empat dan mayoritas
Penetapan Hukum Islam para ahli hukum yang mendukung
1. Para ahli hukum Islam dalam mazhab mereka. Jadi, bukan hanya Imam
menghadapi mas}lah}ah sebagai dalil Malik dan pendukungnya. Zaky al-Din
dalam menetapkan hukum terbagi dalam Sya’ban memberikan argumentasi bahwa
dua golongan. Golongan pertama sekalipun para imam tidak secara tegas
mengatakan bahwa penggunaan dan jelas menyebutkan mas}lah}ah
mas}lah}ah dalam melaksanakan ijtihad mursalah sebagai dalil hukum dan hujjah
adalah diperbolehkan dan dapat dipakai syariah dalam kitab-kitab mereka,
sebagai landasan untuk ijtihad, sedangkan ternyata banyak ditemukan hasil ijtihad
golongan kedua mengatakan bahwa atau fatwa mereka yang tersebar dalam
penggunaan mas}lah}ah sebagai dalil kitab-kitab fikih mereka yang
hukum dalam ijtihad tidak diperbolehkan. disandarkan pada mas}lah}ah mursalah ini.
Adanya perbedaan pendapat mengenai Kecuali yang secara jelas menolak seperti
penggunaan mas}lah}ah sebagai dalil golongan zahiriyah dan sebagian murid
hukum ijtihad karena tidak adanya dalil Imam Syafi’i seperti al-Amidi dan
khusus yang menyatakan diterimanya sebagian murid imam Malik seperti Ibn
mas}lah}ah oleh syarak baik langsung al-Najib.
Di antara tokoh us}u>liyyin yang Keempat; penggunaan mas}lah}ah hanya
paling banyak mempergunakan berlaku dalam bidang muamalat dan adat,
mas}lah}ah mursalah sebagai dalil hukum tidak berlaku dalam bidang ibadah dan
dan hujjah syariah adalah al-Syatibi dan muqaddarat atau hal-hal yang tidak
al-Tufi. Pandangan asy-Syatibi tentang berlaku dalam bidang ibadah, jina>yah dan
mas}lah}ah mursalah dikemukakan dalam muqaddarat atau hal-hal yang ukuran dan
kitab al-Muwa>faqa>t dan al-I’tis}a>m. ketentuannya telah ditentukan oleh
Dalam kitab al-Muwa>faqa>t, al-Syatibi19 syark.21
mengemukakan bahwa setiap prinsip Dasar hukum para ahli hukum
hukum Islam yang berhubungan dengan Islam mempergunakan mas}lah}ah
mas}lah}ah dan tidak ditunjukan oleh nas mursalah sebagai dalil hukum dan hujjah
tertentu, tetapi ia sejalan dengan tindakan syariah adalah sebagai berikut:
syarak dan maknanya diambil dari dalil- 1). Perintah Allah dalam al-Qur’an surat
dalil syarak maka mas}lah}ah itu benar, al-Nisa (4): 59
dapat dijadikan hujjah syariah.            
Al-Tufi adalah seorang ulama
mazhab Hambali yang pendapatnya   !" #$ % '& )( * + ,( -.( / 0 1( 2% ,( 3(  4
(
tentang mas}lah}ah mursalah dipandang      
5 (6 78  69 :( ( ; 1<( 0 ,( -(= 1( " 
paling berani dan kontroversial. Pendapat
itu dikemukakan dalam kitab al-Arbain . A (>0 ?@( 
an-Nawawiyah ketika mensyarahkan Hai orang-orang yang beriman,
hadis ketiga puluh dua yang berbunyi taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya),
   . Salah satu pendapatnya dan ulil amri di antara kamu. Kemudian
mengatakan bahwa mas}lah}ah mursalah jika kamu berlainan pendapat tentang
sekalipun mas}lah}ah mulghah dapat sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
dijadikan dalil hukum dan hujjah syariah Allah (Al Quran) dan Rasul
dalam menetapkan hukum pada suatu (sunnahnya), jika kamu benar-benar
masalah. Bahkan mas}lah}ah terkadang beriman kepada Allah dan hari
harus diutamakan dan didahulukan dari kemudian. yang demikian itu lebih
dalil-dalil hukum yang lain termasuk nas utama (bagimu) dan lebih baik
dan ijmak para ulama.20 Pendapat al-Tufi akibatnya.22
ini dianggap telah melanggar konsensus
Adanya perintah ini untuk
para ulama dan pendapatnya ini dianggap
mengembalikan persoalan yang
sangat berbahaya bagi perkembangan
diperselisihkan kepada al-Qur’an dan
hukum Islam dan dapat mengganggu
Sunnah, dengan wajah istidla>l, sebab
eksistensi hukum Islam yang ditetapkan
mungkin perselisihan itu akibat persoalan
nas dan ijmak.
baru yang tidak ditemukan dalam al-
Untuk mendapat gambaran secara
Qur’an dan Sunnah. Untuk
utuh tentang pendapat al-Thufi dalam
menyelesaikan persoalan ini, selain dapat
urusan mas}lah}ah mursalah, dapat
ditempuh dengan mempergunakan
dikemukakan bahwa ia membangun
metode qiyas, dapat juga diselesaikan
pendapatnya atas empat asas yaitu
dengan metode lain seperti istislah atau
pertama; mas}lah}ah itu merupakan dalil
mas}lah}ah mursalah.
hukum dan hujjah syariah yang berdiri
2). Hadis Mu’az bin Jabal yang artinya :
sendiri. Kedua; mas}lah}ah merupakan
“Bagaimana engkau (Mu’az)
dalil hukum dan hujjah syariah yang
mengambil suatu keputusan hukum
paling kuat. Ketiga; bila terjadi
yang diajukan kepadamu ? Jawab
kontradiksi antara mas}lah}ah dengan nas
Mu’az “saya akan mengambil suatu
atau ijmak para ulama, maka mas}lah}ah keputusan hukum berdasarkan kitab
harus didahulukan melalui takh}si>s}.
Allah (al-Qur’an), kalau kamu tidak tindakan Abu Bakar Ash-Shiddiq tidak
mendapatkannya dalam kitab Allah ? membagi tanah yang ditaklukkan kepada
Jawab Mu’az, saya akan mengambil prajurit yang menaklukannya, tidak
keputusan berdasarkan atas Sunnah memberi zakat kepada muallaf, tidak
Rasul. Selanjutnya Nabi bertanya, jika memotong tangan pencuri yang
engkau tidak menemukannya dalam as- kelaparan, membuat kantor
Sunnah ? jawab Mu’az “saya akan pemerintahan, mengadakan rumah
berijtihad dan saya tidak akan tahanan dan sebagainya.24
menyimpang daripadanya. “lalu 4). Melaksanakan Konsep Maqa>s}id al-
Rasulullah menepuk dada Mu’az seraya Syari>’ah
mengatakan. “segala puji bagi Allah Tujuan pokok melaksanakan
yang telah memberi taufiq urusan hukum Islam adalah untuk mewujudkan
Rasulnya pada sesuatu yang dirid}ai kemaslahatan manusia. Kemaslahatan
oleh Allah dan RasulNya.23 manusia terus berubah dan bertambah
sesuai dengan kemajuan zaman. Dalam
Dalam hadis tersebut Rasulullah kondisi semacam ini akan banyak muncul
saw. membenarkan dan memberi restu masalah baru yang hukumnya belum
kepada Mu’az bin Jabal untuk melakukan ditegaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah.
ijtihad apabila masalah yang akan Kalau masalah baru itu pemecahannya
diputuskan hukumnya tidak terdapat hanya ditempuh dengan metode kias,
dalam al-Qur’an dan Sunnah. Dalam akan terjadi masalah baru yang tidak
berijtihad banyak metode yang dapat diselesaikan oleh hukum Islam. Hal ini
dipergunakan, bisa dengan metode kias akan menjadi masalah serius dan hukum
karena ada illah yang Islam akan ketinggalan zaman. Untuk
mempertemukannya. Apabila dengan mengatasi masalah tersebut ditempuh
metode kias tidak dapat dipergunakan, melalui metode ijtihad dengan
maka dapat mempergunakan metode lain mempergunakan dalil mas}lah}ah
seperti istis}la>h atau mas}lah}ah dapat untuk mursalah.
menyelesaikan masalah-masalah yang Pengetahuan dan pemahaman
dihadapinya. Dengan demikian ijin maqa>s}id al-syari>’ah merupakan hal yang
Rasulullah saw. kepada Mu’az untuk sangat penting dalam ber-ijtihad . Orang
melakukan ijtihad dengan metode istis}la>h yang berhenti pada zahir ayat atau
atau mas}lah}ah mursalah dapat dijadikan pendekatan lafziyah serta terikat dengan
dalil hukum atau hujjah syariah dalam nas yang juz’iyah dan mengabaikan
menetapkan suatu hukum. kekeliruan dalam ijtihad. Oleh karena itu,
3). Ijtihad para sahabat maqa>s}id al-syari>’ah menjadi kunci
Pada zaman sahabat banyak keberhasilan mujtahid dalam ijtihad-nya.
muncul masalah baru yang belum pernah Karena landasan hukum itulah setiap
terjadi pada zaman Rasulullah saw. persoalan dalam kehidupan manusia
dalam menyelesaikan masalah baru dikembalikan. Baik terhadap masalah-
tersebut para sahabatnya banyak masalah baru yang belum ada secara
mempergunakan ijtihad berdasarkan harfiah dalam wahyu, maupun dalam
mas}lah}ah mursalah. Cara dan tindakan kepentingan untuk mengetahui apakah
ini menjadi konsensus para sahabat pada suatu kasus masih dapat diterapkan suatu
waktu itu. Contoh; ijtihad sahabat yang ketentuan hukum atau tidak karena
dilakukan berdasarkan mas}lah}ah perubahan waktu dan tempat.
mursalah antara lain pengkodifikasian al- Dalam rangka melaksanakan
Qur’an oleh Abu Bakar ash-Shiddiq, konsep maqa>s}id al-syari>’ah dalam hukum
penunjukan Umar bin Khattab oleh Abu Islam, maka mas}lah}ah mursalah dan
Bakar sebagai Khalifah sepeninggalnya, maqa>s}id al-syari>’ah mempunyai
keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. mas}lah}ah mursalah berarti menetapkan
Menurut Muhammad Muslehuddin teori kepada dua kemungkinan dengan tanpa
mas}alah}ah mursalah terikat pada konsep dalil yang mendukung.
bahwa syariah ditujukan untuk Argumentasi tersebut ditolak oleh
kepentingan masyarakat dan berfungsi golongan yang mempergunakan
memberikan kemanfaatan dan mas}lah}ah mursalah sebagai dalil hukum.
menghilangkan kemudaratan.25 Oleh Mereka mengemukakan bahwa tidak
karena pertimbangan maqa>s}id al-syari>’ah benar kalau dikatakan bahwa memandang
yang begitu jelas, maka penajaman mas}lah}ah mursalah sebagai hujjah berarti
metode istis}la>h dapat dilakukan dengan mendasarkan hukum Islam pada suatu
pemahaman maqa>s}id al-syari>’ah itu keraguan. Sebab mas}lah}ah mursalah itu
sendiri. ditentukan melalui sekian banyak dalil
2. Golongan yang Tidak Menggunakan dan pertimbangan sehinga menghasilkan
Mas}lah}ah Mursalah z}ann yang kuat, beramal berdasarkan
Golongan yang tidak z}ann dianggap cukup, karena fikih
mempergunakan mas}lah}ah mursalah semuanya membicarakan tentang z}ann
sebagai dalil hukum berijtihad adalah ini. Demikian juga tidak benar jika
para ahli hukum Islam dalam mazhab menjadikan mas}lah}ah mursalah berarti
Hanafi sebagian dari mazhab Syafi’i dan memilih dua kemungkinan tanpa
Zahiriyah. Mazhab yang terakhir ini didukung dalil, sebab kalau diadakan
merupakan mazhab yang paling perbandingan antara mas}lah}ah yang
menentang atas kehujjahan mas}lah}ah dibenarkan oleh syarak dengan mas}lah}ah
mursalah sebagai dalil hukum.Mazhab yang ditolak oleh syarak maka yang
Imamiyah menolak kias, kemudian paling banyak adalah mas}lah}ah yang
mereka menolak istih}sa>n dan mas}lah}ah dibenarkan oleh syarak. Dengan
mursalah dengan jalan aulawiyah demikian apabila ada mas}lah}ah tidak ada
(mengutamakan). Hal ini karena mereka dalil yang membenarkan, maka yang
menjadikan tafsir dan ijtihad para imam tepat tentu mas}lah}ah itu harus disamakan
mereka pada posisi nas-nas syariah. dengan yang banyak.27
Mereka menganggap imam-imam mereka b. Hukum Islam sudah Lengkap dan
ma’}u>m sehingga apa yang ditetapkan Sempurna
oleh para imam adalah sesuatu yang Menjadikan mas}lah}ah sebagai
benar, tidak luput dari kesalahan dan dalil hukum dan hujjah syariah berarti
kelupaan.26 secara tidak langsung tidak mengakui
Argumentasi yang dikemukakan prinsip-prinsip ini. Artinya hukum Islam
oleh golongan yang tidak itu belum lengkap dan sempurna, masih
mempergunakan mas}lah}ah mursalah ada yang kurang. Menjadikan mas}lah}ah
sebagai dalil hukum dan hujjah syariah mursalah sebagai hujjah akan membawa
dalam menetapkan hukum sebagai dampak bagi terjadinya perbedaan hukum
berikut: Islam disebabkan perbedaan kondisi dan
a. Dalil hukum yang masih situasi. Hal ini menafsirkan universitas,
diragukan keluasan dan keluwesan hukum Islam.28
Menjadikan mas}lah}ah mursalah Pendapat tersebut di atas dibantah
sebagai dalil hukum dan hujjah syariah oleh golongan yang berpegang kepada
berarti menetapkan hukum berdasarkan mas}lah}ah mursalah sebagai dalil hukum
kepada sesuatu yang diragukan sebab dan hujjah syariah. Mereka mengatakan
mas}lah}ah mursalah itu ada yang bahwa hukum Islam memang telah
dibenarkan oleh hukum syarak, ada yang lengkap dan sempurna, tetapi yang
diperselisihkan, ada pula yang ditolak. lengkap dan sempurna hanya pokok-
Menetapkan hukum berdasarkan pokok ajarannya dan prinsip-prinsip
hukumnya. Jadi tidak berarti semua ada menunjukkan keluwesan dan
hukumnya. Ini terbukti cukup banyak keluasannya. Jadi argumentasi yang
masalah baru yang hukumnya belum diajukan oleh golongan yang menolak
disinggung oleh al-Qur’an dan al-Sunnah mas}lah}ah mursalah sebagai dalil hukum
dan hukum itu diketahui setelah digali dan hujjah syariah adalah lemah,
lewat ijtihad. Jadi melakukan ijtihad yang sebagaimana yang telah disanggah oleh
sesuai dengan kehendak kemaslahatan golongan yang mempergunakan
agar sesuai dengan maqa>s}id al-syari>’ah mas}lah}ah mursalah sebagai dalil hukum
seperti mas}lah}ah mursalah atau metode dan hujjah syariah di atas. Sebagaimana
yang lain. Apabila hal ini tidak dapat diketahui bahwa hampir semua ijtihad
diselesaikan oleh hukum Islam, dan sahabat dasar pertimbangannya adalah
hukum Islam akan ketinggalan zaman.29 mas}lah}ah mursalah.
c. Menodai Kesucian Hukum Islam Sebenarnya apabila ditelusuri
Mempergunakan mas}lah}ah pokok pegangan Imam Mazhab dalam
mursalah sebagai dalil hukum dan hujjah menetapkan hukum, pada hakikatnya
syariah berarti telah menodai kesucian mas}lah}ah mursalah ini dapat ditempuh
Islam dengan memperturutkan hawa semua mazhab. Hanya perbedaannya
nafsu dengan dalih mas}lah}ah. Dengan pada pemakaian metode ijtihad-nya saja
cara ini banyak hukum Islam yang dan intensitas serta frekuensi
dihasilkan berdasarkan hawa nafsu para penggunaannya. Jadi prinsipnya sama,
mujtahid. Sebab dunia terus bertambah yaitu menuju pada kemaslahatan manusia
maju dan seiring dengan itu akan muncul dunia dan akhirat. Sungguh sangat
hal-hal baru yang oleh hawa nafsu disayangkan jika masih ada mujtahid
dipandang mas}lah}ah. Pada hal menurut meninggalkan mas}lah}ah mursalah ini,
syarak perbuatan memperturutkan hawa karena justru mas}lah}ah mursalah
nafsu adalah akan membawa mafsadah. merupakan lahan yang paling subur
Hal yang demikian jelas tidak dalam melaksanakan hukum Islam.31
dibenarkan.30 Meskipun demikian, penggunaan
Argumentasi di atas telah mas}lah}ah mursalah hendaknya
dibantah oleh golongan yang dilaksanakan secara hati-hati dan tidak
mempergunakan mas}lah}ah mursalah dilaksanakan secara berlebihan, tetapi
sebagai dalil hukum. Mereka mengatakan dalam rambu-rambu dan kriteria yang
bahwa penggunaan mas}lah}ah mursalah telah disepakati oleh para imam mazhab
sebagai dalil hukum dan hujjah syariah sehingga tidak merusak tatanan hukum
harus memenuhi persyaratan-persyaratan Islam yang baik ini. Jangan sampai
tertentu yang sangat berat. Dengan karena ditolaknya mas}lah}ah mursalah
demikian bukan sekedar mas}lah}ah yang lalu perpaling pada teori hukum yang
tidak diperhitungkan dengan akal sehat berasal dari Barat karena dianggap lebih
dan diseleksi dengan ketat, sehingga rasional. Tindakan ini adalah tindakan
tidak akan terjadi penyalagunaan. yang tidak benar. Bagaimanapun juga
Dapat disimpulkan bahwa mas}lah}ah mursalah terbukti unggul
pendapat dari golongan yang tidak dalam meng-istinbat-kan hukum dalam
menerima mas}lah}ah mursalah sebagai bidang muamalah yang belum ada
dalil hukum dan hujjah syariah tidak hukumnya dalam al-Qur’an dan as-
realistis dan kontra dengan watak dasar Sunnah.
hukum Islam itu sendiri yang begitu
besar perhatiannya kepada kemaslahatan D. Relevansi Mas}lah}
Mas}lah
laha} h dalam
manusia. Justru dengan menggunakan Pembaruan Hukum Islam di Era
mas}lah}ah mursalah sebagai dalil hukum Global
dan hujjah syariah, hukum Islam
Dalam pembahasan yang telah dan untuk mereka yuang sedang
lalu diuraikan bahwa mas}lah}ah jika dalam perjalanan, sebagai suatu
dilihat dari segi eksistensinya ketetapan yang diwajibkan Allah,
(wujudnya), oleh para us}u>l dibagi dalam dan Allah Maha mengetahui lagi
tiga macam, yaitu : pertama; mas}lah}ah Maha Bijaksana.32
mu’tabarah, yaitu mas}lah}ah yang
terdapat nas}s} secara tegas menjelaskan 2. Umar bin Khattab tidak memotong
dan mengakui keberadaannya. Kedua, tangan pencuri pada musim peceklik.
mas}lah}ah mulgah, yaitu mas}lah}ah yang Dalam al-Qur’an pencuri harus
bertentangan dengan ketentuan nas}s}, dipotong tangnnya. QS. al-Maidah
dengan kata lain mas}lah}ah yang tertolak (5): 38.
karena ada nas}s} yang menunjukkan
bahwa ia bertentangan dengan ketentuan C?= I J'KL M N ( O(D% PD ?  Q ? 
dalil yang jelas. Ketiga, mas}lah}ah   
mursalah yaitu, mas}lah}ah yang secara 5 3@ K5 K .    3F
.,
eksplisit tidak satupun dalil baik yang
mengakuinya maupun yang menolaknya. Laki-laki yang mencuri dan
Mas}lah}ah terakhir ini secara tegas perempuan yang mencuri, potonglah
termasuk dalam jenis mas}lah}ah yang tangan keduanya (sebagai)
didiamkan oleh syarak. pembalasan bagi apa yang mereka
Berdasarkan ketentuan di atas kerjakan dan sebagai siksaan dari
dapat diketahui bahwa yang dimaksud Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi
mas}lah}ah mulgah adalah mas}lah}ah yang Maha Bijaksana.33
tidak sejalan dengan penetapan hukum
Islam dan berlawanan dengan al-Qur’an, Jelas dalam ayat tersebut di atas
as-Sunnah dan ijmak para ulama. bahwa setiap pencuri baik pencuri laki-
Banyak contoh produk ijtihad laki maupun perempuan di potong
yang dihasilkan berdasrkan mas}lah}ah tangannya. Kadang tidak dipotong tangan
ammah (kepentingan umum) khususnya karena ada mas}lah}ah yang lebih penting.
yang berorientasi pada mas}lah}ah 3. Ketentuan bagian waris 2:1 antara
mulghah di antaranya sebagai berikut : bagian laki-laki dan perempuan
1. Tidak memberikan zakat kepada dalam al-Qur’an, dalam keadaan
mu’allaf padahal dalam al-Qur’an tertentu karena kondisi wanita yang
jelas-jelas mu’allaf berhak menerima miskin diubah menjadi 2:2 atau 2:0
zakat. Ini atas pertimbangan ammah untuk pewaris wanita, mengubah
yang berorientasi mas}lah}ah mulghah hukum cambuk dari 40 kali menjadi
seperti yang ditegaskan dalam QS. 20 kali, larangan memberi hadiah
al-Taubah (9): 60. kepada pejabat karena hadiah itu
 C?( @ D   ,E0   ,( F (  pada zaman sekarang sudah berubah
fungsi menjadi suap,
  !" F"   G
( % (   0<(   memperbolehkan menjual buah-
. 1CH buahan yang masih mudah yang
sebelumnya dilarang.
Sesungguhnya zakat-zakat itu, 4. Mengalihkan harta wakaf kepada
hanyalah untuk orang-orang fakir, yang lebih bermanfaat.
orang-orang miskin, pengurus- 5. Kebolehan wanita menjadi pemimpin
pengurus zakat, para mu'allaf yang negara (presiden) dan masih banyak
dibujuk hatinya, untuk lagi yang belum bisa disebutkan pada
(memerdekakan) budak, orang-orang tulisan ini.
yang berhutang, untuk jalan Allah
Berdasarkan contoh mas}lah}ah Hakikat atau tujuan awal
mulgha>h di atas, maka selayaknyalah pemberlakuan syariat adalah untuk
mas}lah}ah mulgha>h tetap dipertahankan mewujudkan kemaslahatan manusia.
dan perlu terus dikembangkan sesuai Kemaslahatan tersebut dapat diwujudkan
dengan kebutuhan, kondisi dan situasi apabila kelima unsur pokok dapat
setempat dengan seleksi yang ketat dan diwujudkan dan dipelihara yaitu,
betul-betul untuk kepentingan umum. memelihara agama, jiwa, akal, keturunan
Diharapkan para mujtahid tetap dan harta atau dalam literatur-literatur
memprioritaskan dalil-dalil nas}s} untuk hukum Islam lebih dikenal dengan istilah
menetapkan hukum, tetapi apabila dalil- us}u>l al-khams.35
dalil nas}s} tersebut belum ada atau sudah Pemikiran mas}lah}ah dihubungkan
ada tetapi tidak bisa menyelesaikan dengan hukum positif di Indonesia
problem yang dihadapi oleh masyarakat nampaknya menemukan relevansinya di
dewasa ini, maka atas dasar kemaslahatan masa kekinian. Misalnya dihubungkan
dan kepentingan umum (maq>as}id al- dengan keharusan pencatatan pernikahan
syari>’ah) tidak ada salahnya dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).
mempergunakan teori masyarakat, Hal ini dapat diidentifikasi dalam latar
termasuk mas}lah}ah mulghah sebagai dalil belakang atau maksud dan tujuan
hukum dan hujjah syariah dan sudah keharusan pencatatan pernikahan dalam
digunakan oleh para sahabat terutama Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Umar bin Khattab ketika ia menjadi Keharusan pencatatan pernikahan
khalifah. dimaksudkan untuk memelihara dan
Konsep mas}lah}ah dalam hukum menjaga ketertiban perkawinan
Islam telah ada beriringan dengan masyarakat Islam. Selain itu di dalam
pertumbuhan pensyariatannya. Namun penjelasan umum pasal 2 (2) Undang-
is}tis}la>h} (mas}lah}ah) mengemuka dalam undang perkawinan No. 1 tahun 1974,
perdebatan penetapan hukum dimulai juga menerangkan bahwa tiap-tiap
semenjak Rasullah wafat terutama perkawinan adalah sama halnya dengan
diperatekkan oleh Umar bin al-Khattab, pencatatan peristiwa-peristiwa penting
Imam al-Haramain al-Juwaini kemudian dalam kehidupan seseorang. Umpamanya
memperkenalkan secara keilmuan dalam kelahiran, kematian yang dinyatakan
ranah us}u>l al-fiqh pada abad ke-4 sebagai dalam surat-surat keterangan suatu akta
pertimbangan hukum yang harus resmi yang juga dimuat dalam daftar
diperhatikan. Diskursus mas}lah}ah pencatatan.36
menggejala dalam us}u>l al-fiqh sejak abad Jadi dapat dikatakan bahwa
ke-13 bersamaan dengan upaya pencatatan pernikahan ditujukan agar
kebangunan kembali peradaban Islam peristiwa pernikahan itu dapat menjadi
dan kuatnya interaksi hukum Islam jelas, baik bagi yang bersangkutan
dengan peradaban lain.34 maupun bagi masyarakat luas. Karena
Varia tentang pemikiran mas}lah}ah dengan adanya bukti otentik yang berupa
begitu beragam mulai dari Umar bin al- surat akta nikah, dapat diterima maupun
Khattab, al-Juwaini, al-Ghazali, al- dicegah sesuatu perbuatan hukum
Syatibi, al-Thufi, sampai Thahir ibn seseorang yang ada hubungannya dengan
Asyur. Terminologi yang digunakan tindakan pernikahan tersebut. Sebaliknya
dalam kajian ini biasanya menggunakan apabila sebuah pernikahan dilaksanakan
salah satu atau kedua istilah baik tanpa pencatatan pernikahan, maka
mas}lah}ah maupun maqa>s}id al-Syari>’ah. sangat dimungkinkan akan memicu
Oleh sebab itu dalam tulisan ini, dua maraknya pernikahan di bawah tangan
istilah tersebut digunakan secara identik, yang pada gilirannya akan menimbulkan
bersamaan, atau bergantian. terjadinya kekacauan proses-proses
hukum yang akan terjadi berikutnya dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI),
implikasi adanya pernikahan atau juga dengan menyatakan kata “harus” yang
akan nengacaukan hak-hak hukum atas tercantum dalam pasal 5 KHI, adalah
suami istri yang bersangkutan dan anak mempunyai makna “wajib” sebagaimana
hasil hubungan keduanya. Dengan asumsi halnya menurut pengertian hukum Islam.
dasar bahwa dalam melakukan transaksi Mengingat aturan hukum dalam KHI
penting seperti hutang piutang hendaknya berkembang dalam situasi kehidupan
dicatatkan.37 Apalagi pernikahan adalah berbangsa dan bernegara dan juga sesuai
suatu transaksi yang jauh lebih penting dengan tuntutan berkembangan zaman,
dari pada sekedar transaksi hutang serta pertimbangan kemaslahatan.
piutang. Kemaslahatan sendiri merupakan sisi
Di dalam al-Qur’an di jelaskan paling subtansial dalam hukum Islam.
betapa pentingnya suatu bukti tertulis Sisi kemaslahatan menjadi inti dari
dalam bertransaksi. (Q.S. al-Baqarah hukum Islam, mengingat tanpa adanya
(2):282). Bukti tertulis tersebut berguna pencatatan pernikahan maka pernikahan
sebagai langkah preventif dan antisifatif tidak mempunyai kekuatan hukum.
bila suatu waktu muncul permasalahan di Implikasi yang muncul kemudian adalah
antara pasangan suami isteri, sehingga apabila salah satu pihak melalaikan
dapat diselesaikan di depan pengadilan kewajibannya, maka pihak yang lain
agama atau pengadilan negeri dengan alat tidak dapat melakukan upaya hukum,
bukti yang dimiliki. Pihak pengadilan karena tidak memiliki bukti otentik dari
dapat menangani dan menyelesaikan pernikahan yang dilangsungkannya.
kasus apabila suatu perkawinan sah dan Dengan demikian, kondisi tersebut sangat
dapat dibuktikan di depan pengadilan. bertentangan dengan misi dan tujuan
Hal ini juga senada dengan sabda perkawinan itu sendiri.
Rasulullah saw. yang artinya: Tulisan pemikiran mas}lah}ah
ibarat bola salju yang dari hari kehari
Dari abi Said Sa’ad bin Malik semakin memperoleh temuan yang terus
al-Khudri berkata: Rasulullah berkembang. Adakalanya perkembangan
saw. Bersabda: janganlah itu selaras satu sama lain, tak jarang pula
berbuat aniaya kepada diri menemukan varian baru yang berbeda.
sendiri dan jangan berbuat Upaya untuk terus membaca pemikiran
aniaya pula kepada orang mas}lah}ah ini ibarat mengikuti glombang
lain”.38 yang bergerak naik dan turun. Naik
turunnya glombang itu ditentukan pada
Akad pernikahan seseorang yang kekuatan yang saling bergerak dinamis
tidak melalui prosedur yang telah antara teks dan rasio, antara akal dan
ditentukan, tentu akan menyulitkan kepad wahyu. Tapi ada satu hal yang bersifat
pihak-pihak yang bersangkutan apabila asasi, yaitu bahwa misi hukum Islam
suatu saat perjalanan rumah tangganya adalah menciptakan mas}lah}ah bagi
mengalami suatu permasalahan. Dalam manusia sebagaimana misi agama Islam
kondisi yang demikian, bukan hanya adalah rahmatan lil ‘alamin.
salah satu pihak yang menjadi korban, Dari uraian di atas dapat dipahami
namun juga anak-anak hasil perkawinan bahwa dalam dunia global dewasa ini
menjadi tidak jelas nasab keturunannya, nampaknya teori mas}lah}ah tetap menjadi
karena ketiadaannya alat bukti acuan yang sangat penting yang harus
perkawinan kedua orang tuanya. diperpegangi oleh para mujatahid untuk
Dalam kaitannya konsep maqa>si}d menetapkan hukum Islam, terutama
al-syari>’a-nya al-Syatibi, keharusan persoalan baru dewasa ini semakin
pencatatan pernikahan yang tercantum banyak bermunculan yang secara harfiah
belum ditemukan dalilnya dalam al- mengatakan bahwa penggunaan
Qur’an dan hadis Rasulullah saw., ijmak mas}lah}ah dalam melaksanakan ijtihad
dan tidak bisa ditetapkan dengan jalan adalah diperbolehkan dan dapat dipakai
kias. sebagai landasan untuk ijtihad, sedangkan
golongan kedua; mengatakan bahwa
E. Penutup penggunaan mas}lah}ah sebagai dalil
Dari uraian yang telah lalu dapat hukum dalam ijtihad tidak diperbolehkan.
dikemukakan beberapa kesimpulan Adanya perbedaan pendapat mengenai
sebagai berikut: penggunaan mas}lah}ah sebagai dalil
Mas}lah}ah adalah mengambil hukum ijtihad karena tidak adanya dalil
manfaat dan menolak kemudaratan dalam khusus yang menyatakan diterimanya
rangka memelihara tujuan-tujuan syarak. mas}lah}ah oleh syarak baik langsung
Atau mas}lahah itu berarti sesuatu yang maupun tidak langsung. Diterimanya
mendatangkan manfaat atau keuntungan mas}lah}ah itu bukan karena semata ia
dan menjauhkan mud}arat (kerusakan) adalah mas}lah}ah tetapi karena syarak
yang pada hakikatnya adalah memelihara yang mendukunnya.
tujuan syarak dalam menetapkan hukum, Mas}lah}ah masih relevan dalam
dan tidak ada dalil tertentu yang menetapkan hukum Islam dalam dunia
menunjukannya baik yang membenarkan global karena banyak persoalan baru
maupun yang membatalkannya. Akan yang muncul yang perlu penetapan
tetapi sejalan dengan tujuan syarak, yaitu hukumnya sementara tidak ditemukan
memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dalilnya dalam al-Qur’an, hadis, ijmak
dan harta. Ada empat dalil hukum yang dan kias. Untuk menyelesaikan
disepakati para fukaha yang sering hukumnya, maka salah satu jalan yang
dipergunakan para fukaha dalam harus ditempuh adalah penetapan hukum
menetapkan hukum Islam, yaitu al- dengan maqa>s}id al-syari>’ah atau dengan
Qur’an, hadis, ijmak dan kias. Jika ada mas}lah}ah, agar Islam mudah dipahami
masalah yang muncul dan tidak ada dan diamalkan dan tidak menyulitkan
ditemukan dari keempat dalil hukum umat, karena Islam adalah rahmatan lil
tersebut, maka para fukaha (mujtahid) ‘alamin, rahmat bagi sekalian alam, tidak
mengambil dalil hukum yang lain dan menyulitkan umat manusia, semua ajaran
yang paling banyak dipergunakan para Islam mampu dilakukan umat manusia
fukaha (mujtahid) dewasa ini adalah teori dimuka bumu ini, tidak memberi beban
mas}lah}ah. Ada tiga mas}lah}ah yang sering hukum diluar kemampuan manusia. Ada
dipergunakan dalam menetapkan hukum banyak contoh yang dikemukakan
yaitu; mas}lah}ah mu’tabarah, mas}lah}ah ditetapkan hukumnya dengan jalan teori
mursalah dan mas}lah}ah mulgha>h. mas}lah}ah seperti pencatatan pernikahan,
Para ahli hukum Islam dalam wakaf tunai, wakaf boleh dialih
menghadapi mas}lah}ah sebagai dalil fungsikan kepada yang lebih bermanfaat
dalam menetapkan hukum terbagi dalam dan lain-lain sebagainya.
dua golongan. Golongan pertama
Catatan Akhir:
Asmin (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), hlm.
1
Abdul Mannan, Reformasi Hukum Islam 127.
26
di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perss, Mustafa Ahmad al-Zarqa, Hukum Islam
2006), hlm. 283-283. dan Perubahan Sosial: Studi Komparatif Delapan
2
Muhammad Abu Zahrah, Us}u>l al-Fiqh Mazhab Fiqh, terj. Ade Dedi Rohayana (Jakarta:
(Kairo: Dar al-‘Arabi, 1958), hlm. 336. Riora Cipta, 2000), hlm. 94.
27
3
Ibid. Abdul Manan Reformasi, hlm. 278.
28
4
Hasballah Thaib, Elastisitas Hukum Ibid.
29
Islam (Medan: Program Pascasarjana USU, 1999), Ibid., hlm. 279.
30
hlm. 47. Ibid., hlm. 279-280.
31
5
Yusuf Qardhawi, Fiqh Tajdid dan Ibid.
32
Shahwah Islamiah, terj. Idris (Jakarta: Islamuna Departemen Agama RI., Al-Qur’an, hlm.
Press, 2000), hlm. 46. 197.
33
6
Husain Hamid Hassan, Naz}a>riyyah al- Ibid., hlm. 114
34
Mas}lah}ah fi al-Fiqh al-Isla>mi> (Kairo: Da>r al- Ahamad Hafid, Meretas Nalar Syariah:
Nahd}ah al-‘Arabiyyah, 1971), hlm. 3-4. Konfigurasi Pergulatan Akal dalam Pengkajian
7
Abu Hamid al-Ghazali, al-Mustas}fa> min Hukum Islam (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 173.
35
Ilmi al-Us}u>l (Beirut: Da>r al-Kutub al-Isla>miyyah, Asnawi, Studi Hukum Islam: dari
1983), II: 28, Lihat juga Satria Efendi, Ushul Fiqh Tekstualis-Rasionalis Sampai Rekonsiliatif
(Jakarta: Kencana, 2005), hlm. 148-149. (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 113-114.
36
8
Ibid., hlm. 286. Undang-undang Perkawinan Nomor 1
9
Zaki> al-Din Sya’ban, Us}u>l Fiqh al-Isla>mi> tahun 1974 (Surabaya: Karya Anda, 1975), hlm. 35.
37
(Ttp: Dar al-Nahdahal-Rabiyah, t.t.), hlm. 182. Q.S. al-Baqarah (2): 282.
38
10
Izz al-Din Abdul Salam, Qawa>’id al- Yahya Syaif al-Din al-Nawawi, Syarah
Ah}ka>m fi> Mas}a>lih} al-Ana>m (Kairo: Maktabah al- al-‘Arbain al-Nawawi (Surabaya: al-Miftah, t.t.),
Kulliyat al-Azhariyya>t, 1994), hlm. 5. hlm. 71.
11
Ibid., hlm. 11-12.
12
Abdul Manan, Reformasi, hlm. 260-282.
13
Ibid., hlm. 259-260. DAFTAR PUSTAKA
14
Ibid., hlm. 265.
15
Ramli, Muqaranah Mazahib fil Usul Abdul Salam, Izz al-Din . Qawa>id al-
(Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hlm. 168. Ahka>m fi> Mas}a>lih al-Ana>m.
16
Imam Muhammad Abu Zahrah, Us}u>l al-
Kairo: Maktabah al-Kulliyat al-
Fiqh (Mesir: Da>r al-‘Arabi, 1958), hlm. 280.
17
Wahbah al-Zuh}ayli>, Us}u>l al-Fiqh al- Azhariyya>t.
Isla>mi> (Beirut: Dar al-Fikr al-Muasir, 1986), hlm. Abu Dawud. Sunan Abu Dawud. Mesir:
760 Mustafa al-Babi al-Halabi, 1952.
18
Zaki> al-Din Sya’ban, Us}u>l al-Fiqh al- Abu Zahrah, Muhammmad. Us}u>l al-Fiqh.
Isla>mi> (Mesir: Mathba’ah Dar al-Ta’lif, 1965), hlm. Kairo: Dar al-‘Arabi, 1958.
182.
19
Al-Sya>t}ibi>, al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al- Asnawi. Studi Hukum Islam: Dari
Syari>’ah (Beirut: Dar al-Marifah, t.t.), hlm. 16. Tekstualis-Rasionalis Sampai
20
Abdul Manan, Reformasi, hlm. 273. Rekonsiliatif. Yogyakarta: Teras,
21
Ibid. 2012.
22
Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan
Terjemahnya (Jakarta: CV. Diponegoro, 2005),
hlm. 87. Terjemahnya. Jakarta: CV.
23
Abu Dawud, Sunna Abu Dawud (Cairo, Diponegoro, 2005.
Mesir: Mustafa al-Babi al-Halabi, 1952), II: 272 . Efendi, Satria. Ushul Fiqh. Jakarta:
24
Abdul Manan, Reformasi, hlm. 275. Kencana, 2005.
25
Muhammad Muslehuddin, Filsafat Al-Ghazali, Abu Hamid. al-Mustas}fa> min
Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis: Studi
Perbandingan Sistem Hukum Islam, terj. Wahyuni Ilmi al-Us}u>l. Beirut: Da>r al-
Kutub al-Isla>miyyah.
Hafid, Ahmad. Meretas Nalar Syariah: Syaif al-Din al-Nawawi, Yahya. Syarah al-
Konfigurasi Pergulatan Akal ‘Arbain al-Nawawi. Surabaya: al-
dalam Pengkajian Hukum Islam. Miftah, t.t.
Yogyakarta: Teras, 2011. Sya’ban, Zaky al-Din. Us}u>l al-Fiqh al-
Hamid Hasan, Husain. Naz}ariyyah al- Isla>mi>. Mesir: Matba’ah Dar al-
Mas}lah}ah fi al-Fiqh al-Isla>mi>. Ta’lif, 1965.
Kairo: Da>r al-Nahd}ah al- Al-Sya>t}ibi>. al-Muwa>faqa>t fi> Us}u>l al-
‘Arabiyyah, 1971. Syariah. Beirut: Libanon: Dar al-
Mannan, Abdul. Reformasi Hukum Islam Marifah, t.t.
di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Thaib, Hasballah. Elastisitas Hukum Islam.
Grafindo Persada, 2006. Medan: Program Pascasarjana
Muslehuddin, Muhammad. Filsafat Hukum USU, 1999.
Islam dan Pemikiran Orientalis: Undang-undang Perkawinan Nomor 1
Studi Perbandingan Sistem tahun 1974. Surabaya: Karya
Hukum Islam, terj. Wahyuni Anda, 1975.
Asmin. Yogyakarta: Tiara Al-Zarqa, Mustafa Ahmad. Hukum Islam
Wacana, 1991. dan Perubahan Sosial: Studi
Qardhawi, Yusuf. Fiqh Tajdid dan Komparatif Delapan Mazhab
Shahwah Islamiah, terj. Idris. Fiqh, terj. Ade Dedi Rohayana.
Jakarta: Islamuna Press, 2000. Jakarta: Riora Cipta, 2000.
Ramli. Muqaranah al-Maz}a>hib fil Us}u>l. Al-Zuh}ayli>, Wahbah. Us}u>l al-Fiqh al-
Jakarta: Gaya Media Pratama, Isla>mi>. Beirut: Dar al-Fikr al-
1999. Muasir, 1986.

Anda mungkin juga menyukai