Ekonomi Ummat’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Dosen pembimbing:
Dr. Saifullah Isri S.Pd,I., M.A.
Disusun oleh:
Siti Nurhabibah – 200201073
Mita Nanda Duana- 210201071
ْ
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., yang telah memberikan kita
rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan dalam menyelesaikan tugasmakalah kami
ini dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul Muamalah, Jual beli: Hukum kan
Kaifiyahnya dalam membangun Ekonomi Ummat. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Besar kita nabi Muhammad Saw, semoga kita semua
termasuk golongan umatnya, dan semoga kita semua akan mendapatkan syafa’atnya
dihari kelak, Aaamiin.
Makalah ini kami buat In syaa Allah dengan rasa Ikhlas dan penuh tanggung
jawab yang ditugaskan oleh dosen pengampu, yaitu Bapak Dr. Saifullah Isri, S.Pd,I.,
M.A. kami mengucapkan terimah kasih kepada guru kami karna telah menugaskan
serta mempercayai kami untuk menyelesaikan Tugas makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, dengan harapan agar dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat banyak khususnya kepada para pembacanya. Saran dan
Kritik dari pembaca dapat menyelesaikan makala-makalah secara lebih baik lagi dan
kami harapkan untuk perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Muamalah?
2. Apakah yang dimaksud dengan Jual Beli?
3. Apa sajakah pembagian dari Jual Beli?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Muamalah.
2. Untuk mengetahui tentang Jual Beli.
3. Untuk mengetahui pembagian dari Juak Beli.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Muamalah
1. Pengertian muamalah
Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua dari segi
istilah. Menurut bahasa, muamalah berasal dari kata: معاملة-يعامل-عامل, artinya saling bertindak,
saling berbuat, dan saling mengamalkan.1
Menurut istilah, pengertian muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian
muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah dalam arti sempit. Definisi muamalah
dalam arti luas dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut.
a. Al Dimyati yang tidak berpendapat bahwa muamalah adalah
التحصيل النبوية ليكون سببالالخر
“Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi”. 2
2. Pembagian Muamalah
Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
a. Mu’awadhah maliyah (hukum kebendaan)
b. Munakahat (hukum perkawinan),
c. Muhasanat (hukum acara)
d. Amanat dan 'Aryah (pinjaman)
1
Suhendi.Hendi, Fiqh muamalah, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm 2
2
Al Dimyati, I'anat Al Thalibin, (Semarang: Toha putra,), hlm 2
3
Abdul Madjid, Pokok-pokok fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam, (Bandung: IAIN Sunan
Gunung Djati) hlm 1
4
Indah, Fiqh al-Syafi'iyah, (Jakarta: 1986) hlm 1
e. Tirkah (harta peninggalan)5
3. Ruang lingkup fiqih muamalah
Sesuai dengan pembagian muamalah, maka ruang lingkup fiqih muamalah juga terbagi dua.
Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab dan Kabul, saling meridhoi, tidak
ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan,
pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.
Ruang lingkup pembahasan media ialah masalah jual beli (al bai' Al tijarah), gadai (al-rahn),
jaminan dan tanggungan (kafalan dan dhalaman), pemindahan utang (hiwalah), jatuh
bangkrut (taflis), batasan bertindak (al-hajru), perseorangan atau pekongsian (al-syirkah),
perseorangan harta dan tenaga (al-Mudharabah), see menyewa tanah (al-Mukharabah), upah
(ujrat al'amal), gugatan (al-syuf'ah), sayembara (al-ji'alah), pembagian kekayaan bersama
(al-qismah), pemberian (Al-hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulhu), seperti masalah
bunga bank, asuransi, kredit dan masalah-masalah baru lainnya.
1. Pembagian Muamalah
Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
a. Mu’awadhah maliyah (hukum kebendaan)
b. Munakahat (hukum perkawinan),
c. Muhasanat (hukum acara)
d. Amanat dan 'Aryah (pinjaman)
e. Tirkah (harta peninggalan)5
4
Indah, Fiqh al-Syafi'iyah, (Jakarta: 1986) hlm 1
5
Masduki.Nana, Fiqh Muamalah Mariyah, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati:1987) hlm 4
5
Masduki.Nana, Fiqh Muamalah Mariyah, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati:1987) hlm 4
sayembara (al-ji'alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah), pemberian (Al-
hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulhu), seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit dan masalah-masalah baru lainnya.
B. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang
menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu(aqad).6
2. Hukum jual beli
Di dalam Al quran Allah SWT befirman:
Artinya:
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Q.S Al Baqarah: 275)
Hadits Rasululllah SAW:
ٍ َو ُك ُّل َبي ٍْع َمب ُْر، الر ُج ِّل ِّب َي ِّد ِّه
ور َّ ع َم ُل
َ
“Usaha terbaik adalah hasil usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual
beli yang mabrur."
Umat Islam sepakat bahwa jual beli dan interaksi dengannya hukumnya boleh sejak
zaman Rasulullah hingga saat ini.7
3. Rukun jual Beli
a. Penjual
b. Pembeli
c. Barang yang dijual
d. Harga
6
Moh.Rifa’I Fiqih Islam, (Semarang:1978) hlm 403
7Syekh Sulaiman Ringkasan Buku Sunah, ( Jawa Barat: 2017) hlm 595
e. Ijab Qabul
4. Syarat penjual dan pembeli
a. Berakal,tidak sah jual beli orang gila
“Dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang bodoh dan harta itu
dijadikan Allah untukmu sebagai penghidupan.”(Q.S An Nisa:5)
b. Dengan kehendaknya sendiri
“Telah bersabda Nabi Muhammad SAW: “ Baru sah jual beli kalau sudah
berkerelaaan”.( H.R Ibnu Hibban dan Ibn. Majah)
c. Keadaannya tidak mubazir( pemboros) karena harta orang yang mubazir(
pemboros/bodoh) itu ditangan walinya
“ janganlah kamu serahkan harta orang orang yang bodoh itu kepadanya, yang mna
Allah menjadikan kamu pemeliharanya, berilah mereka belanja dari harta itu(yang
ditanganmu)”. (Q.S An Nisa: 5)
d. Baligh, tidak sah jual beli anak anak
Adapun anak anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa,
menurut pendapat setengah ulama, bahwa mereka diperbolehkan berjual beli
barang-barang yang kecil-kecil, misalnya jual beli permen dan sebagainya.8
5. Syarat barang dan harga
a. Suci Barangnya, tidak sah menjual barang yang najis, seperti anjing, babi dan
lainya.
Dari Jabir bin 'Abdullah ra., bahwasanya Rasululla:saw. bersabda pada tahun
kemenangan di Mekkah :"Sesungguhnya Allah dan RasulNya mengharamkan jual
beli arak, bangkai, babi dan berhala". (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Ada manfaatnya; jual beli yang ada manfaatnya sah.sedang yang tidak ada
manfaatnya tidak sah, seperti jual beli lalat, nyamuk dan sebagainya.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan penulis dan juga para pembaca. Pemakalah memohon maaf apabila ada
kesalahan dalam pengejaan maupun penulisan kata serta kalimat yang kurang jelas dan
beberapa hal yang masih kurang dimengerti. Dan pemakalah juga sangat menerima
saran dan kritik dari para pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup
dari saya semoga dapat menerima di hati dan kami mengucapkan terimakasih
Daftar Pustaka
Abdul Madjid, Pokok-pokok fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam,
(Bandung: