Anda di halaman 1dari 15

‘Muamalah, Jual beli: Hukum kan Kaifiyahnya dalam membangun

Ekonomi Ummat’
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam
Dosen pembimbing:
Dr. Saifullah Isri S.Pd,I., M.A.

Disusun oleh:
Siti Nurhabibah – 200201073
Mita Nanda Duana- 210201071

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY


FAKULTAS TARBIYAH & KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2022
KATA PENGANTAR

ْ
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT., yang telah memberikan kita
rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahan dalam menyelesaikan tugasmakalah kami
ini dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang berjudul Muamalah, Jual beli: Hukum kan
Kaifiyahnya dalam membangun Ekonomi Ummat. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada Nabi Besar kita nabi Muhammad Saw, semoga kita semua
termasuk golongan umatnya, dan semoga kita semua akan mendapatkan syafa’atnya
dihari kelak, Aaamiin.
Makalah ini kami buat In syaa Allah dengan rasa Ikhlas dan penuh tanggung
jawab yang ditugaskan oleh dosen pengampu, yaitu Bapak Dr. Saifullah Isri, S.Pd,I.,
M.A. kami mengucapkan terimah kasih kepada guru kami karna telah menugaskan
serta mempercayai kami untuk menyelesaikan Tugas makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, dengan harapan agar dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat banyak khususnya kepada para pembacanya. Saran dan
Kritik dari pembaca dapat menyelesaikan makala-makalah secara lebih baik lagi dan
kami harapkan untuk perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banda Aceh, 29 September 2022


Dengan Hormat,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Allah swt, menciptakan manusia sebgai makhluk social, yakni satu


dengan lainnya saling membutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia
tidak dapt hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Meskipun manusia itu
memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat atau komunitasnya, serta
memiliki kekayaan yang cukup, seseorang manusia itu selalu membutuhkan
manusia lain untuk keberlangsungan hidupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Muamalah?
2. Apakah yang dimaksud dengan Jual Beli?
3. Apa sajakah pembagian dari Jual Beli?

C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Muamalah.
2. Untuk mengetahui tentang Jual Beli.
3. Untuk mengetahui pembagian dari Juak Beli.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Muamalah
1. Pengertian muamalah
Pengertian muamalah dapat dilihat dari dua segi, pertama dari segi bahasa dan kedua dari segi
istilah. Menurut bahasa, muamalah berasal dari kata: ‫معاملة‬-‫يعامل‬-‫عامل‬, artinya saling bertindak,
saling berbuat, dan saling mengamalkan.1
Menurut istilah, pengertian muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian
muamalah dalam arti luas dan pengertian muamalah dalam arti sempit. Definisi muamalah
dalam arti luas dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut.
a. Al Dimyati yang tidak berpendapat bahwa muamalah adalah
‫التحصيل النبوية ليكون سببالالخر‬
“Menghasilkan duniawi, supaya menjadi sebab suksesnya masalah ukhrawi”. 2

b. Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa muamalah adalah peraturan-peraturan


Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga
kepentingan manusia.3
c. Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan.
Dari pengertian dalam arti luas di atas kiranya dapat diketahui bahwa muamalah adalah aturan-
aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam
pergaulan pergaulan sosial.
Sedangkan pengertian muamalah dalam arti sempit (khas), didefinisikan oleh para ulama
sebagai berikut.
a. Menurut Hudlari Byk
‫المعامالت جميع العقود التى بها يتبادل منافعهم‬
Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya
b. Menurut Idris Ahmad, muamalah adalah aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan
jasmaninya dengan cara yang paling baik.4
c. Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang
bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan.

2. Pembagian Muamalah
Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
a. Mu’awadhah maliyah (hukum kebendaan)
b. Munakahat (hukum perkawinan),
c. Muhasanat (hukum acara)
d. Amanat dan 'Aryah (pinjaman)

1
Suhendi.Hendi, Fiqh muamalah, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017), hlm 2
2
Al Dimyati, I'anat Al Thalibin, (Semarang: Toha putra,), hlm 2
3
Abdul Madjid, Pokok-pokok fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam, (Bandung: IAIN Sunan
Gunung Djati) hlm 1
4
Indah, Fiqh al-Syafi'iyah, (Jakarta: 1986) hlm 1
e. Tirkah (harta peninggalan)5
3. Ruang lingkup fiqih muamalah
Sesuai dengan pembagian muamalah, maka ruang lingkup fiqih muamalah juga terbagi dua.
Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab dan Kabul, saling meridhoi, tidak
ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan,
pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada
kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.
Ruang lingkup pembahasan media ialah masalah jual beli (al bai' Al tijarah), gadai (al-rahn),
jaminan dan tanggungan (kafalan dan dhalaman), pemindahan utang (hiwalah), jatuh
bangkrut (taflis), batasan bertindak (al-hajru), perseorangan atau pekongsian (al-syirkah),
perseorangan harta dan tenaga (al-Mudharabah), see menyewa tanah (al-Mukharabah), upah
(ujrat al'amal), gugatan (al-syuf'ah), sayembara (al-ji'alah), pembagian kekayaan bersama
(al-qismah), pemberian (Al-hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulhu), seperti masalah
bunga bank, asuransi, kredit dan masalah-masalah baru lainnya.

1. Pembagian Muamalah
Menurut Ibn Abidin, fiqih muamalah terbagi menjadi 5 bagian yaitu:
a. Mu’awadhah maliyah (hukum kebendaan)
b. Munakahat (hukum perkawinan),
c. Muhasanat (hukum acara)
d. Amanat dan 'Aryah (pinjaman)
e. Tirkah (harta peninggalan)5

2. Ruang lingkup fiqih muamalah


Sesuai dengan pembagian muamalah, maka ruang lingkup fiqih muamalah juga
terbagi dua. Ruang lingkup muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab dan Kabul,
saling meridhoi, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan kewajiban,
kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang
bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup
bermasyarakat.
Ruang lingkup pembahasan media ialah masalah jual beli (al bai' Al tijarah),
gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalan dan dhalaman), pemindahan utang
(hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan bertindak (al-hajru), perseorangan atau
pekongsian (al-syirkah), perseorangan harta dan tenaga (al-Mudharabah), see
menyewa tanah (al-Mukharabah), upah (ujrat al'amal), gugatan (al-syuf'ah),

4
Indah, Fiqh al-Syafi'iyah, (Jakarta: 1986) hlm 1
5
Masduki.Nana, Fiqh Muamalah Mariyah, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati:1987) hlm 4

5
Masduki.Nana, Fiqh Muamalah Mariyah, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati:1987) hlm 4
sayembara (al-ji'alah), pembagian kekayaan bersama (al-qismah), pemberian (Al-
hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulhu), seperti masalah bunga bank,
asuransi, kredit dan masalah-masalah baru lainnya.
B. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu, sedang
menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara tertentu(aqad).6
2. Hukum jual beli
Di dalam Al quran Allah SWT befirman:

ِّ ‫َو أ َ َح َّل َّللاَّ ُ الْ ب َ يْ َع َو َح َّر َم‬


‫الر ب َ ا‬

Artinya:

“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Q.S Al Baqarah: 275)
Hadits Rasululllah SAW:
ٍ ‫ َو ُك ُّل َبي ٍْع َمب ُْر‬، ‫الر ُج ِّل ِّب َي ِّد ِّه‬
‫ور‬ َّ ‫ع َم ُل‬
َ

“Usaha terbaik adalah hasil usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual
beli yang mabrur."
Umat Islam sepakat bahwa jual beli dan interaksi dengannya hukumnya boleh sejak
zaman Rasulullah hingga saat ini.7
3. Rukun jual Beli
a. Penjual
b. Pembeli
c. Barang yang dijual
d. Harga
6
Moh.Rifa’I Fiqih Islam, (Semarang:1978) hlm 403
7Syekh Sulaiman Ringkasan Buku Sunah, ( Jawa Barat: 2017) hlm 595
e. Ijab Qabul
4. Syarat penjual dan pembeli
a. Berakal,tidak sah jual beli orang gila
“Dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang yang bodoh dan harta itu
dijadikan Allah untukmu sebagai penghidupan.”(Q.S An Nisa:5)
b. Dengan kehendaknya sendiri
“Telah bersabda Nabi Muhammad SAW: “ Baru sah jual beli kalau sudah
berkerelaaan”.( H.R Ibnu Hibban dan Ibn. Majah)
c. Keadaannya tidak mubazir( pemboros) karena harta orang yang mubazir(
pemboros/bodoh) itu ditangan walinya
“ janganlah kamu serahkan harta orang orang yang bodoh itu kepadanya, yang mna
Allah menjadikan kamu pemeliharanya, berilah mereka belanja dari harta itu(yang
ditanganmu)”. (Q.S An Nisa: 5)
d. Baligh, tidak sah jual beli anak anak
Adapun anak anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa,
menurut pendapat setengah ulama, bahwa mereka diperbolehkan berjual beli
barang-barang yang kecil-kecil, misalnya jual beli permen dan sebagainya.8
5. Syarat barang dan harga
a. Suci Barangnya, tidak sah menjual barang yang najis, seperti anjing, babi dan
lainya.
Dari Jabir bin 'Abdullah ra., bahwasanya Rasululla:saw. bersabda pada tahun
kemenangan di Mekkah :"Sesungguhnya Allah dan RasulNya mengharamkan jual
beli arak, bangkai, babi dan berhala". (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Ada manfaatnya; jual beli yang ada manfaatnya sah.sedang yang tidak ada
manfaatnya tidak sah, seperti jual beli lalat, nyamuk dan sebagainya.

8 Moh.Rifa’I Fiqih Islam, (Semarang:1978) hlm 404


c. Dapat dikuasai; maka tidak sah menjual barang yang sedang lari, misalnya jual
beli kuda yang sedang lari yang belum diketahui kapan dapat di tangkap
lagi,atau barang yang sudah hilang, atau barang yang sulit mendapatkannya.
Dari Ibnu Mas'ud ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : "Janganlah kalian
membeli ikan di dalam air, karena perbuatan itu adalah gharar (tidak tentu)
(H.R. Ahmad, dan ia mengisyarahkan bahwa sebenarnya hadits ini mauquf)
d. Milik sendiri, atau barang yang sudah dikuasakan-nya; tidak sah menjual
barang orang lain dengan tidak seizinnya, atau barang yang hanya baru akan
dimilikinya/baru akan menjadi miliknya.
“ Dari umar bin syuaib dari bapaknya, dari neneknya, dari nabi SAW. Ia
berkata: “tidaklah dari artinya thalaq( tidak sah) melainkan pada perempuan
yang engkau miliki, dan tidaklah ada artinya memerdekakan, melainkan pada
budak yang engkau miliki, dan tidaklah ada artinya( tidak sah) berjual beli
melankan pada barang yang engkau miliki. ( H.R Abu Dawud dan Tirmidzi)
e. Mestilah diketahui kadar barang/ benda dan harga itu, begitu juga jenis dan
sifatnya.jual belu benda yang disebutkan sifatnya saja dalam janji(
tanggungan), maka hukumnya boleh, jika didapati tersebut sesuai dengan apa
yang telah disebutkan.
“ Dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah SAW telah melarang jual beli
secara melempar dengan batu( lempar- lemparan) dan jual beli yang
mengandung tipuan. (H.R Muslim).
6. Syarat sah ijab qabul
1. Jangan ada yang membatas/ memisahkan, misalnya pembeli diam saja setelah
sipenjual menyatakan ijab, atau sebaliknya.
2. Jangan disela dengan kata kata lain.
3. Jangan berta’liq, yaitu seperti kata penjual: “Aku jual sepeda motor ini pada
saudara dengan harga Rp. 110.000 setelah kupakai sebulan lagi”.
4. Jangan memakai jangka waktu.9

9 Moh.Rifa’I Fiqih Islam, (Semarang:1978) hlm 406


7. Jual Beli terlarang tetapi sah
a. Membeli barang yang sedang ditawar orang lain yang masih masa khiyar.
b. Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar sednag ia tidak
ingin kepada barang itu, tetapi semata mata supaya orang lain tidak dapat membeli
barang itu.
c. Menenmui dengan menghentikan orang- irang dari desa yang membawa barang ke
pasar, dan membeli harga murah sebelum mereka ( orang orang desa itu)
mengetahui harga barang tersebut dipasar menurut yang sebenarnya.
d. Membeli barang untuk ditimbun dengan cara memborong semua barang dipasar,
dengan maksud agar tidak ada orang lain yang memilikinya, dan menjualnya nanti
dengan harga mahal yang berlipat ganda.
e. Menjual belikan barang yang sah, tetapi untuk digunakan sebagai alat maksiat.
f. Jual beli dengan menipu baik dari sipenjual maupun sipembeli.10
8. Jual beli yang terlarang dan tidak sah:
a. Menjual air mani binatang sebagai bibit ternak itu tidak sah, karena tidak dapat
diketahui kadarnya, pun tidak dapat diterimakan.
b. Menjual anak ternak yang masih dalam kandungan
c. Menjual belikan barang yang baru dibeli sebelum diterimakan kepada pembelinya,
kecuali jika barang itu diamanatkan oleh sipembeli kepada penjualnya, maka
menjualnya itu sah, karena telah dimiliki dengan penuh.
d. Menjual buah-buahan sebelum nyata buahnya, seperti menjual putik mangga atau
menjual tanaman padi yang belum nampak buahnya atau disebut dnegan jual ijon.11
Manusia adalah makhluk yang membutuhkan banyak hal dalam menjalankan
kehidupannya. Tentu saja jika tidak dipenuhi, manusia akan kesulitan untuk bisa hidup
dengan baik dan optimal dalam menjalankan proses aktivitas-nya. Untuk itu, segala
kehidupan manusia membutuhkan alat atau sarana untuk memenuhinya termasuk
berhubungan dengan interaksi sosial bersama manusia lainnya agar mencapai Tujuan
Penciptaan Manusia, Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut

10 Moh.Rifa’I Fiqih Islam, (Semarang:1978) hlm 408


11 Moh.Rifa’I Fiqih Islam, (Semarang:1978) hlm 410
Islam sesuai dengan fungsi agama, Sukses Dunia Akhirat Menurut Islam, dengan Cara
Sukses Menurut Islam
Jual beli adalah aktivitas sehari-hari yang pasti dilakukan oleh semua manusia,
termasuk umat islam. Pada kenyataannya di masyarakat, jual beli terkadang menjadi
hal yang melanggar aturan dan melanggar hak-hak orang lain. Jual beli ini menjadi
sarana untuk melakukan kedzaliman seperti penipuan, pengambilan untung yang tidak
sesuai, dan lain sebagainya. Untuk itu, berikut adalah kaidah fiqih muamalah jual beli
dalam islam.Islam dalam hal ini mengatur segala aspek kehidupan manusia
sebagaimana islam mengatur-nya dengan tujuan melindungi dan membuat
kemaslahatan untuk manusia itu sendiri. Salah satunya adalah dengan jual beli. Istilah
dalam islam adalah bermuammalah yang sesuai dengan hukum syariat.
Prinsip Muammalah Islam
Untuk menjalankan muammalah jual beli, maka terdapat prinsip-prinsip yang
harus dilaksanakan oleh umat islam. Hal ini sebagaimana nilai-nilai yang ada dalam
Al-Quran dan Sunnah. Pengaturan islam ini berorientasi agar tidak melemahkan satu
sama lain dan saling menguntungkan kedua belah pihak.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu.” (QS An-Nisa : 29)
Ayat diatas menjelaskan bahwa ummat islam dilarang untuk menjalankan
praktik jual beli jika terdapat riba. Riba adalah harta yang haram dan melilit kaum yang
kesulitan. Untuk itu hal ini harus dihindari. Harta riba yang haram akan membuat orang
menambah besar dosanya dan Allah akan membalas dengan adzab di akhirat.
Selain itu, islam pun juga mengajarkan agar perniagaan dilakukan berdasarkan
sukarela, suka sama suka, atau sama-sama menginginkan. Bukan karena paksaan,
apalagi keharusan yang merugikan salah satu pihak.
Pada hakikatnya pelaksanaan apapun dalam kehidupan manusia diperbolehkan
oleh Allah dengan kaidah dan hukum tertentu agar tidak salah dalam bertindak dan
kedzaliman yang terjadi. Hal ini sebagaimana hadist, “Hukum asal semua bentuk
muamalah adalah mubah (boleh), kecuali ada dalil yang mengharamkannya
(melarang)”
Jual Beli yang Dilarang Menurut Fiqh Islam
Sesuai dengan kaidah muammalah islam, jual beli ada yang diperbolehkan dan
ada yang dilarang dalam islam. Berikut adalah jual beli yang dilarang oleh islam, dan
hendaknya umat islam menjauhi langkah-langkah tersebut, sebagai jalan yang
merugikan dan menyesatkan.
1. Menjauhkan dari Ibadah
“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli yang demikian
itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, Maka
bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al Jumuah : 9-10).
Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa Allah menyuruh umat islam untuk
bermuamalah dan bertebaran di muka bumi untuk mencari karunia dan rezeki Allah.
Namun hal ini tidak boleh untuk meninggalkan shalat dan meninggalkan ibadah
lainnya. Sebagaimana dalam ayat di atas, maka jual beli tidak boleh dilakukan ketika
harus menjauhkan kita dari ibadah. Sebaiknya kita melakukan evaluasi, jika proses jual
beli kita malah menjauhkan diri dari Allah, menambah kemaksiatan, dan meninggalkan
ibadah yang diperintahkan oleh Allah.
2. Jual Beli Barang-Barang yang Haram
Jual beli yang dilarang oleh islam adalah ketika menjual dan membeli barang-
barang yang haram. Hal ini tentu akan menambah mudharat bagi orang-orang islam,
ketika menyebarluaskan keharaman di muka bumi. Misalnya saja jual beli narkoba,
miras, barang hasil penggelapan atau pencurian, barang yang tidak taat pajak dan
aturan.
“Sesungguhnya Allah jika mengharamkan atas suatukaum memakan sesuatu,
maka diharamkan pula hasil penjualannya”(HR Abu Daud dan Ahmad)
Tentu umat islam tidak menginginkan jika hartanya tidak mendapatkan
keberkahan. Keberkahan harta salah satunya berasal dari bagaiama kita melakukan jual
beli dengan proses yang halal termasuk barang yang di jual pun adalah barang yang
bukan dillarang oleh Allah untuk dikonsumsi.
3. Jual Beli Harta Riba
“Rasulullah SAW melaknat orang yang makan riba, yang memberi makannya,
penulisnya dan dua saksinya, dan beliau bersabda : “Mereka itu sama”. (HR. Muslim)
Pelarangan melaksanakan jual beli dalam islam adalah melarang riba. Hal ini
seperti yang diungkap dalam hadist di atas bahwa pemberi atau pemakannya atau
segala bentuk operasionalnya adalah salah, sehingga sama-sama kelirunya. Untuk itu,
sebelum berjual beli hendaknya memeriksa terlebih dahulu apakah ada proses jual beli
tersebut benar-benar bebas dari riba.
1. Al Inah
“Apabila kalian telah berjual beli dengan cara Al-‘Inah dan kalian telah ridho
dengan perkebunan dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi dan kalian
meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang
(Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian”. (HR.
Abu Daud)
2. Mulamasah
Jual beli mulamasah adalah istilah untuk pembelian yang terjadi jika
menyentuh barang yang dijual. Tentu ini tidak dibenarhkan bahwa sebelumnya pembeli
berhak untuk melihat, menyentuh barang, dan mengecek apakah ada kecacatan atau
yang ditawarkan sesuai dengan barang real-nya. Tentu saja menjadi bermasalah jika
hanya menyentuh lalu harus membayarkannya.
Contohnya saja ketika berbelanja di pasar tentu kita sering sekali melihat-lihat
terlebih dahulu dan memegang barangnya. Selagi tidak merusak dan membuat rugi si
penjual tentu hal ini diperbolehkan, bukan hal yang diharamkan dalam islam
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Muamalah adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam


kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan pergaulan sosial. Jual beli adalah
suatu transaksi tukar menukar barang atau harta yang mengakibatkan perpindahan hak
milik sesuai dengan syarat dan rukun tertentu.
Syarat barang yang diperjual belikan meliputi: barang suci: barang itu
bermanfaat; barang itu milik sendiri atau milik orang lain yang telah mewakilkan untuk
menjualnya; barang itu dapat diserahterimakan kepemilikannya; barang itu dapat
diketahui jenis, ukuran, sifat dan kadarnya.

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan penulis dan juga para pembaca. Pemakalah memohon maaf apabila ada
kesalahan dalam pengejaan maupun penulisan kata serta kalimat yang kurang jelas dan
beberapa hal yang masih kurang dimengerti. Dan pemakalah juga sangat menerima
saran dan kritik dari para pembaca, demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup
dari saya semoga dapat menerima di hati dan kami mengucapkan terimakasih
Daftar Pustaka

Suhendi.Hendi, Fiqh muamalah, (Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017),

Al Dimyati, I'anat Al Thalibin, (Semarang: Toha putra,),

Abdul Madjid, Pokok-pokok fiqh Muamalah dan Hukum kebendaan dalam Islam,
(Bandung:

IAIN Sunan Gunung Djati) hlm 1

Indah, Fiqh al-Syafi'iyah, (Jakarta: 1986)

Masduki.Nana, Fiqh Muamalah Mariyah, (Bandung: IAIN Sunan Gunung


Djati:1987)

Moh.Rifa’I Fiqih Islam, (Semarang:1978)

Syekh Sulaiman Ringkasan Buku Sunah, ( Jawa Barat: 2017)

Anda mungkin juga menyukai