lahirnya bayi dengan kembalinya organ reproduksi kekeadaan normal seperti sebelum hamil. Periode ini sering disebut masa nifas (puerperium) atau trisemester keempat kehamilan, meskipun masa nifas secara tradisionla dikatakan berlangsung selama 6 minggu, lamanya bervariasi pada setiap wanita. ADAPTASI FISIOLOGI POSTPARTUM 1. Sistem reproduksi dan struktur yang berhubungan terjadinya perubahan fisiologi setelah melahirkan (post partum) a. Uterus b. Serviks c. Vagina 2. Sistem endokrin a. Hormon plasenta b. Hormon pituitari dan fungsi ovarium 3. Abdomen 4. Sistem perkemihan 5. Sistem pencernaan 6. Payudara 7. Sistem kardiovaskuler dan TTV 8. Sistem muskuloskletal 9. Sistem imun UTERUS Kembalinya uterus ke keadaan normal setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah ekspulsi plasenta dengan kontraksi otot polos uterus. Pada akhir kala ketiga persalinan, uterus akan berada di tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan fundusnya berada di promontorium dakrum. Pada saat ini, berat uterus sekitar 1.000 gram. Seminggu setelah melahirkan, fundus biasnya turun berada 4-5 jari di bawah umbilikus. Uterus seharusnya sudah tidak bisa dipalpasi dari abdomen setelah 2 minggu dan sudah kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil setelah 6 minggu. Subinvolusi adalah gagalnya uterus untuk mengecil kembali ke ukuran dan keadaan normal seperti sebelum kehamilan. Penyebab yang paling sering adalah tersisanya sebagian plasenta dan infeksi. SERVIKS Serviks teraba lunak setelah melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina) akan terlihat memar, edema dan mungkin terdapat laserasi kecil kondisi optimal untuk terjadinya infeksi. Pada 1 minggu setelah melahirkan, serviks akan berdilatasi sebesar 1cm (Blackburn,2007). VAGINA Vagina yang tadinya sangat terdistensi dengan dinding yang halus, perlahan akan mengecil dengan tonusnya akan kembali, meskipun tidak akan kembali seperti sebelum hamil (Blackburn,2007). HORMON PLASENTA Perubahan hormon yang signifikan terjadi pada periode postpartum. Keluarnya plasenta akan menyebabkan penurunan secara drastis dari hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Menurunnya hormon human chorionic somatotropin, estrogen, korsitol, dan enzim insulinase plasenta akan membalikkan efek diabetogenik kehamilan, sehingga terjaid kadar gula yang relatif lebih rendah pada masa nifas. HORMON PITUITARI DAN FUNGSI OVARIUM Ibu yang menyusui dan tidak menyusui cukup berbeda dalam hal waktu terjadinya ovulasi dan kembalinya menstruasi. Peningkatan kadar prolaktin serum yang menetap pada ibu menyusui tampaknya bertanggung jawab menekan ovulasi (Katz,2007). Durasi anovulasi ini dipengaruhi oleh frekuensi menyusui, durasi tiap menyusui dan derajat kebutuhan pemberian makanan tambahan (Katz,2007). Aliran mentruasi pertama setelah melahirkan biasanya lebih banyak dari normal. Setelah tiga sampai empat siklus, jumlah aliran menstruasi akan kembalu seperti sebelum hamil. ABDOMEN Hari-hari pertama setalah mehirkan bagian abdomen akan menonjol dan tampak seperti masih hamil. Selama dua minggu pertama setelah melahirkan , dinding abdomen akan berrelaksasi dan dibutuhkan waktu sekitar 6 minggu agara dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. SISTEM PERKEMIHAN Perubahan hormon steroid selama kehamilan dapat berperan pada meningkatnya fungsi ginjal berkurangnya kadar steroid setelah melahirkan dapat menjelaskan penurunan fungsi ginjal yang terjadi pada masa nifas. Fungsi ginjal akan kembali normal pada 1 bulan setelah melahirkan. Dibutuhkan 2-8 minggu sampai hipotonus dan dilatasi ureter dan pelvis ginjal yang terjadi karena kehamilan kembali seperti sebelum hamil (Cunningham dkk, 2005). Selama proses melahirkan kandung kemih mendapatkan trauma yg dapat mengakibatkan edema dan kehilangan sensitivitas terhadap cairan.Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yg berlebihan dan pengosongan yg tidak sempurna dari kandung kemih.Biasanya klien mengalami ketidakmampuan buang air kecil 2 hari pertama setelah melahirkan. Penimbunan cairan dalam jaringan selama kehamilan dikeluarkan melalui diuresis, biasanya dimulai dalam 12 jam setelah melahirkan, akibat dari diuresis akan mengalami penurunan BB 2,5 kg pada periode early post partum. SISTEM PENCERNAAN Setelah melahirkan ibu biasanya akan merasa lapar dan biasanya permintaan porsi makanan dua kali lebih banyak dan cemilan yang sering merupakan hal yang umum. Pemulihan defekasi secara normal terjadi lambat dalam waktu 1 minggu.Hal ini disebabkan penurunan motilitas usus dan gangguan kenyamanan pada perineum. Defekasi spontan mungkin baru terjadi 2-3 hari postpartum. Penundaan ini disebabakan oleh berkurangnya tonus otot di usus selama melahirkan dan masa nifas, diare sebelum persalinan, kurangnya makanan dan dehidrasi. PAYUDARA Setelah melahirkan, terjadi penurunan kadar hormon seperti estrogen, progesteron, hCG, prolaktin, kortisol dan insulin yang menstimulasi pengkembangan payudara selama kehamilan. Waktu yang dibutuhkan untuk hormon-hormon ini kembali seperti sebelum hamil. Pada ibu yang menyusui, selama 24 jam setelah melahirkan terjadi sedikit perubahan dnegan jaringan payudara. Kolostrum, cairan kuning jernih, dapat keluar dari payudara. Perlahan akan menjadi penuh dan berat ketika kolostrum berubah menjadi susu 72 sampai 96 jam setelah melahirkan perubahan ini disebut kehadiran air susu. TTV Tekanan darah sedikit berubah atau tidak sama sekali. Hipotensi ortostatik yang diindikasikan dengan perasaan seperti akan pingsan atau pusing segera setelah berdiri dpaat muncul dalam 48 jam pertama karena pembesaran spalangnik yang terjadi setelah melahirkan. Nadi akan kembali kenilai sebelum hamil dalam beberapa hari post partum, meskipun seberapa cepatnya kembali akan bervariasi pada tiap wanita. Penyimpangan (kemungkinan temuan dan penyebabnya) pada nadi adalah frekuensi nadi meningkat cepat mengindikasikan adanya hiovolemia karena pendarahan. Respirasi seharusnya menurun sampai frekuensi normal sebelum hamil 6-8 minggu setelah melahirkan. Penyimpangan (kemungkinan temuan dan penyebabnya) pada respirasi adalah hipoventilasi dapat mengikuti blok subrakhnoid (spinal) yang terlalu tinggi atau pemberian sedasi narkotika lewat epidural setelah melahirkan dengan operasi cesar. Suhu selama 24 jam pertama dapat meningkat sampai 38oC karena efek dehidrasi selama persalinan atau merupakan efek samping anastesi epidural. Setelah 24 jam pasien seharusnya tidak demam tinggi. Penyimpangan (kemungkinan temuan dan penyebabnya) pada suhu ini adalah diagnosis sepsis puerperium ditegakkan bila terjadi peningkatan suhu mencapai 38oC setelah 24 jam dan menetap selama 2 hari. Penyebab lain yang mungkin adalah mastitis, endometritis, infeksi saluran kemih dan infeksi sistemik lainnya. SISTEM MUSKULOSKELETAL Otot-otot abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot, terlihat pada masa post partum. Peregangan otot-otot pada dinding perut adalah pada muskulus rektus abdominis. Dinding perut sering lembek dan kendor. Akan kembali dalam kurang lebih ± 6 minggu post partum. Dengan latihan pengembalian otot-otot kekeadaan semula akan lebih cepat. SISTEM IMUN Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada sistem imun ibu pada masa post partum. Ibu dinyatakan membutuhkan vaksinasi rubella atau pencegahan isoimunisasi Rh. ADAPTASI PSIKOLOGI POST PARTUM Masa Taking in (Fokus Pada Diri Sendiri) Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru akan melahirkan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya (trauma), segala energinya di fokuskan pada kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-ulang. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Masa Taking on (fukus pada bayi) Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir akan kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya menjadi ibudalam merawat bayi semakin besar. Ibu berupaya untuk menguasai keterampilan keperawatan bayinya. Selain itu, perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung hingga komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karna itu, iu memerlukan dukungan karna saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri. Masa Letting go (Mengambil Alih Tugas Sebagai Ibu Tanpa Bantuan NAKES) Masa ini biasanya terjadi bila ibu sudah pulang dari RS dan melibatkan keluarga. Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya, diri harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi sosial. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.