Anda di halaman 1dari 17

Penanganan

Kekerasan Dalam
Rumah Tangga
EVAN ERLANDO
20105114
Skenario 5

 Seorang perempuan 29 thn, dating ke IGD bersama dengan polisi


meminta untuk dilakukan visum et repertum. Wanita tersebut
mengaku telah dipaksa melakukan anal sex oleh suami nya.
Kejadian tersebut telah terjadi berulang kali sejak satu tahun
terakhir. Dari Pemeriksaan ditemukan adaya luka memar pada
dada, jaringan parut pada dinding luar pelepasan, lipatan/ kerutan
lubang pelepasan sudah mulai menghilang dan kekuatan otot
lubang pelepasan melemah
No. 23 Tahun 2004

 Pasal 1
 Pasal 2
 Pasal 5 Bentuk- bentuk
 Pasal 6 Kekerasan fisik
 Pasal 7 Kekerasan psikis
 Pasal 8 Kekerasan seksual
 Pasal 9 Penelantaran rumah tangga
Faktor - Faktor Terjadinya
Kekerasan Dalam Rumah Tangga
 Ketergantungan ekonomi
 Kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri
 Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik.
 Persaingan
 Frustrasi
Fisik

No Keterangan Pidana Denda Maksimum


maksimum
44 1 Kekerasan fisik 5 Tahun 15 juta
44 2 Korban jatuh atau 10 tahun 30 juta
luka berat
44 3 Korban mati 15 tahun 45 juta
44 4 Dilakukan suami 4 tahun 5 juta
terhadap istri dan
sebaliknya
Psikis

Pasal Keterangan Pidana Maksimum Denda Maksimum


45 1 Kekerasan psikis 3 tahun 9 juta
45 2 Dilakukan suami 4 bulan 3 juta
terhadap istri atau
sebaliknya
Seksual

No Keterangan Pidana maksimum Denda Maksimum


46 Korban menetap 12 tahun 36 juta
dalam lingkup rumah
tangga
47 Dilakukan untuk tujuan 4- 15 tahun 12- 300 juta
komersial atau tujuan
lainnya
48 Mengakibatkan luka 5- 20 tahun 25- 500 juta
yang tidak mungkin
sembuh, gangguan
jiwa, keguguran,
gangguan alat
reproduksi
Penelantaran rumah tangga

No Keterangan Pidana maksimum Denda Maksimum


49 Penelantaran 3 tahun 1,5 juta
rumah tangga
Peranan Dokter

 Dalam kasus KDRT seorang dokter harus:


 Memberikan pelayanan kesehatan terhadap korban termasuk
memeriksa dan mengobati serta merawat korban baik di rumah
sakit ataupun klinik milik swasta ataupun pribadi.
 Membuat visum et repertum atas dasar SPVR (Surat Permohonan
Visum et Repertum) dari pihak kepolisian.
 Berusaha memulihkan dan merehabilitasi kesehatan korban.
Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
Sebelum Pemeriksaan
 Memiliki permintaan tertulis dari penyidik
 Informed Consent
 Pemeriksaan sebaiknya dilakukan secepat mungkin
Visum et repertum

 1. Kronologis kejadian
 2. Keadaan umum pasien
 3. Luka/cedera yang ditemukan
 4. Tindakan yang dilakukan terhadap pasien
 5. Keadaan sewaktu dalam perawatan dan keadaan waktu pulang
 6. Pada kesimpulan harus dijelaskan luka/cedera, kekerasan
penyebab dan derajat luka.
Anamnesis

 Umur atau tanggal lahir


 Status pernikahan
 Riwayat paritas dan/atau abortus
 Riwayat haid (menarche, hari pertama haid terakhir, siklus haid)
 Riwayat koitus (sudah pernah atau belum, riwayat koitus sebelum
dan/atau setelah kejadian kekerasan seksual, dengan siapa,
penggunaan kondom atau alat kontrasepsi lainnya)
 Penggunaan obat-obatan (termasuk NAPZA)
 Riwayat penyakit (sekarang dan dahulu)
KHUSUS

 What & How


 When
 Where
 Who
Pemeriksaan fisik

 tingkat kesadaran
 keadaan umum
 tanda vital
 penampilan (rapih atau tidak, dandan, dan lain-lain)
 afek (keadaan emosi, apakah tampak sedih, takut, dan sebagainya)
 pakaian (apakah ada kotoran, robekan, atau kancing yang terlepas)
 tinggi badan dan berat badan
 rambut (tercabut/rontok)
 kuku (apakah ada kotoran atau darah di bawahnya, apakah ada kuku yang
tercabut atau patah)
 tanda-tanda intoksikasi NAPZA
 status lokalis dari luka-luka yang terdapat pada bagian tubuh selain daerah
kemaluan
KHUSUS
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan cairan mani.

 Reaksi fosfatase asam


Deskripsi luka

 1. Jika ada luka, lihat apakah memenuhi kriteria dalam pasal 90 KUHP,
yaitu luka yang tidak dapat diharapkan sembuh dengan sempurna
menimbulkan bahaya maut, terus menerus tidak dapat menjalankan
pekerjaan, jabatan/pencaharian, hilangnya panca indra, kudung,
lumpuh, gangguan daya pikir lebih 4 minggu, gugur/matinya
kandungan. Jika memenuhi salah satu kriteria ini, maka luka adalah
luka derajat tiga.
 2. Jika luka tidak memenuhi pasal 90 KUHP, maka luka adalah derajat
satu atau derajat dua. Untuk menentukan apakah derajat satu atau
dua, perhatikan hal berikut : apakah luka mutlak perlu perawatan
dokter, apakah akibat luka menyebabkan gangguan fungsi tubuh
atau apakah jumlah luka banyak dan lokasinya apakah di tempat
yang vital.
 3. Jika memenuhi salah satu dari kriteria diatas, maka luka derajat dua,
tetapi jika tidak memenuhi kriteria diatas maka luka derajat tiga.

Anda mungkin juga menyukai