Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS

TINEA KORPORIS

Oleh:
Rafa” Assidiq
1102014218

Dokter Pembimbing:
dr. Shinta Maulinda, spKK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUBANG
PERIODE 6 AGUSTUS – 7 SEPTEMBER 2018
IDENTITAS PASIEN

• Nama : Tn. E
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 46 tahun
• Alamat : Jl. Pangkalan, Subang
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMA
• Pekerjaan : Pegawai swasta
• Suku Bangsa : Sunda
• Status Pernikahan : Menikah
• No. RM : 266194
• Tanggal Pemeriksaan : 6 Agustus 2018
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA

Bercak berwarna merah berbentuk bulat melebar dengan bagian tengah


lebih tenang kadang disertai rasa gatal pada kedua kaki bagian bawah.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Tn.E datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Subang pada tanggal 6
Agustus 2018 dengan keluhan bercak berwarna merah berbentuk bulat
melebar dengan bagian tengah lebih tenang kadang disertai rasa gatal
pada kedua kaki bagian bawah sejak ± 3 bulan yang lalu. Awalnya hanya
timbul sedikit bercak berwarna merah pada kaki kiri bagian bawah
setelah tergores sesuatu ketika berkebun. Namun bercak berwarna
merah tersebut semakin lama semakin melebar dan semakin bertambah
banyak.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.


• Pasien memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.

RIWAYAT PENGOBATAN

Sedang mengonsumsi obat diabetes melitus

RIWAYAT ALERGI

Pasien memiliki riwayat alergi terhadap udang putih kecil.


STATUS GENERALIS
KEADAAN UMUM

Tampak sakit ringan

KESADARAN

Compos mentis

TANDA VITAL
• Suhu : 36.5oC suhu Axilla
• Nadi : 80 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
• Tekanan Darah : 100/60 mmHg
• BB : 74 kg
PEMERIKSAN FISIK

Kepala : Normocephal, tidak ada kelainan kulit kepala


Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga : Normotia, tidak ada kelainan
Hidung : Normal, deviasi (-), sekret (-)
Mulut : Bibir tidak pucat
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-)
Dada : Pergerakan dinding dada simetris
Paru-paru : Bunyi vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung : Bunyi jantung I & II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+), pembesaran (-), nyeri tekan abdomen (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-), CRT ≤ 2 detik
STATUS DERMATOLOGI

Distribusi : Regional
Lokasi : kaki kanan dan kiri
Lesi : Multiple, konfluens, numular, bentuk bulat melebar
dengan bagian tengah lebih tenang (central healing),
batas tegas, tepi lebih aktif, tepi tidak menimbul atau
meninggi, bilateral, kering.
Efloresensi : Primer : Makula eritema, makula hiperpigmentasi,
plak eritematosa
Sekunder : Skuama
KAKI KANAN
KAKI KIRI
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Tidak dilakukan.
• Usulan pemeriksaan penunjang untuk meyingkirkan diagnosis
banding:
• Pemeriksaaan kerokan kulit & kuku dengan KOH 10%
• Pemeriksaan lampu wood
RESUME

Tn.E datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Subang pada tanggal 6
Agustus 2018 dengan keluhan bercak berwarna merah berbentuk bulat
melebar dengan bagian tengah lebih tenang kadang disertai rasa gatal pada
kedua kaki bagian bawah sejak ± 3 bulan yang lalu. Awalnya hanya timbul
sedikit bercak berwarna merah pada kaki kiri bagian bawah setelah tergores
sesuatu ketika berkebun. Namun bercak berwarna merah tersebut semakin
lama semakin melebar dan semakin bertambah banyak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien normal.
Pada pemeriksaan status dermatologi, didapatkan distribusi regional,
lokasi pada kaki kanan dan kiri, lesi berupa multiple, konfluens, numular,
bentuk bulat melebar dengan bagian tengah lebih tenang (central healing),
batas tegas, tepi lebih aktif, tepi tidak menimbul atau meninggi, bilateral,
kering.. Efloresensi primer yaitu makula eritema, makula hiperpigmentasi, plak
eritematosa dan efloresensi sekunder yaitu skuama.
DIAGNOSIS BANDING

• Tinea korporis
• Morbus hansen
• Psoriasis
• Pitiriasis rosea

DIAGNOSIS KERJA

• Tinea korporis
TATALAKSANA

• Penatalaksanaan Umum

o menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan


penatalaksanaannya.
o menganjurkan untuk menjaga daerah lesi tetap kering.
o menganjurkan untuk menjaga kebersihan badan.
o menghindari pakaian yang panas dan tidak menyerap keringat,
menggunakan pakaian yang menyerap keringat seperti katun,
tidak ketat dan diganti setiap hari.
o menghindari pemakaian handuk dan baju secara bersama – sama.
o menghindari garukan apabila gatal, karena garukan dapat
menyebabkan infeksi.
TATALAKSANA

• Penatalaksanaan Khusus

Terapi topikal : Ketokonazol krim 2% 1-2 x sehari,


Dioleskan pada bagian yang terinfeksi.
Terapi sistemik: Ketokonazol tablet 200 mg 1 x sehari,
diminum pagi hari sesudah makan selama 14 hari.
Cetrizine tablet 10 mg 1 x sehari.
PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
DEFINISI
Tinea korporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang
ditandai oleh baik lesi inflamasi maupun non inflamasi pada
glabrous skin (kulit yang tidak berambut) seperti muka, leher,
badan, lengan, tungkai dan gluteal.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensinya antara pria dan wanita sama.
• Dapat mengenai semua orang dari semua tingkatan usia,
tetapi prevalensinya lebih tinggi pada preadolescen.
• Tinea korporis yang berasal dari binatang umumnya lebih
sering terjadi pada anak-anak.
• Secara geografi lebih sering terjadi pada daerah tropis
daripada subtropis.
ETIOLOGI
• Tricophyton rubrum
• Tricophyton tonsuran
• Microsporum canis
PATOFISIOLOGI

Kolonisasi hifa di Enzim Difusi ke dalam


Jamur dalam jar. Keratin keratolitik jaringan
yang mati

Merusak
keratinosit

Berkembang
Proses dalam masa
Bag. Tepi aktif
proliferasi sel inkubas 1-3
berkembang dan Skuama
epidermis minggu
central healing
meningkat

Ringworm
GEJALA KLINIS
• Gatal
• Lesi berbatas tegas
• Pada tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif, bagian tengah
cenderung menyembuh
• Lesi dapat berdekatan dan meluas
• Lesi eritematosa
• Bisa skuama, krusta, vesikel, papul
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Beberapa kasus membutuhkan pemeriksaan dengan lampu
wood yang mengeluarkan sinar UV dengan gelombang 3650 Å
yang jika didekatkan pada lesi akan timbul warna kehijauan.
• Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20%
memperlihatkan elemen jamur berupa hifa panjang atau
spora jamur  terlihat hifa diantara material keratin.

Penyakit Jamur Effloresensi


Tinea kapitis Hijau, biru kehijauan
Pitiriasis versikolor Kuning keemasan
Bukan Penyakit Jamur Effloresensi
Eritasma Merah bata
Obat tetrasiklin Kuning
DIAGNOSIS BANDING
• Ptiriasis rosea
• Psoriasis
• Dermatitis
PENATALAKSANAAN
Terapi Topikal Terapi Sistemik
• Topikal azol • Griseofulvin
• Econazol 1 % • Ketokonazol
• Ketoconazol 2 %
• Flukonazol
• Clotrinazol 1%
• Miconazol 2% • Itrakonazol
• Allilmin • Amfosterin B
• Aftifine 1 %
• Butenafin 1%
• Terbinafin 1%
• Sikloklopirosolamin 2 %
• Kortikosteroid topikal
PENCEGAHAN
• Mengurangi kelembapan dari tubuh penderita dengan
menghindari pakaian yang panas (karet, nylon) dan ketat
• Memperbaiki ventilasi rumah
• Menghindari keringat berlebih
• Mengeringkan handuk setiap kali habis digunakan
• Menghindari sumber penularan, yaitu binatang seperti kuda,
sapi, kucing, anjing atau kontak dengan penderita lain
• Menghilangkan fokal infeksi di tempat lain, misalnya di kuku
atau kaki
• Meningkatkan hygiene dan memperbaiki makanan
• Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes melitus,
kelainan endokrin yang lain, leukimia harus dikontrol
PROGNOSIS
Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya
akan baik dengan tingkat kesembuhan 70-100% setelah
pengobatan dengan azol topikal atau allilamin atau dengan
menggunakan anti jamur sistemik.
DAFTAR PUSTAKA
Patel S, Meixner JA, Smith MB, McGinnis MR. 2006. Superficial Mycoses and
Dermatophytes. In : Tyring SK, Lupi O, Hengge UR, editors. Tropical Dermatology. China: Elsenvier inc.
p.185-92.
Nelson MM, Martin AG, Heffernan MP. 2004. Fungal Disease with Cutaneus Involvement.
In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatrick’s: Dermatology in
General Medicine. 6th ed. New York: Mc graw hill. p:1908-2001.
Sobera JO, Elewski BE. 2003. Fungal Disease. In : Bolognia JL, Jorizzo JL, Raiini RP, editors.
Dermatology. Spain: Elsevier Science. p.1174-83.
Djuanda, Adhi. Dkk. 2004. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Rushing ME. Tinea corporis. Online journal. 2006 June 29; available from;
http://www.emedicine.com/asp/tinea corporis/article/page type=Article.htmL
Wirya Duarsa. Dkk. 2010. Pedoman Diagnosi dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin.
Denpasar: Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Budimulja, U. Sunoto. Dan Tjokronegoro. Arjatmo. 2008. Penyakit Jamur. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Arndt KA, Bowers KE. 2002. Manual of Dermatology Therapeutics with Essential of
Diagnostic. 6th ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Willkins.
Nugroho SA. 2004. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Dermatomikosis Superfisialis. In :
Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis
Superfisialis. Jakarta: Balai penerbit FKUI. p.99-106.
Kuswadji, Widaty KS. 2004. Obat Anti Jamur. In : Budimulja U, Kuswadji, Bramono K,
Menaldi SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta: Balai penerbit
FKUI. p.108-16.
Sularsito, Sri Adi. Dkk. 2006. Dermatologi Praktis. Jakarta: Perkumpulan Ahli Dermatologi
dan Venereologi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai