Anda di halaman 1dari 19

Analisis Dampak

Lingkungan (ANDAL)
Galih Hardika Trisetia
(1113020023)
“Proyek
Joel Prasetyo A P
Pembangunan PLTU (1113020040)
Jawa Tengah 2 x
1000 MW” 3 SIPIL 2 PAGI

Teknik Konstruksi Sipi l


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupuan manusia. Akhir-akhir ini sering kali ditemukannya kerusakan lingkungan
oleh manusia dengan alasan pemanfaatan untuk menghasilkan materi yang
lebih, secara tidak langsung tindakan ini akan mengakibatkan terkikisnya
lingkungan dan mengancam pada kelangsungan hidup. Disamping itu kelalaian
manusia dalam pendirian bangunan tanpa memperhatikan dampak dari usaha
atau industri yang akan berlangsung dibangunan tersebut dapat merusak
lingkungan fisik dan biologis secara perlahan dan tidak langsung.
Dengan adanya perencanaan hal-hal yang mungkin bisa mengantisipasi
timbulnya dampak buruk pada lingkungan sekitar maka kerusakan lingkungan
akan dapat dikurangi atau bahkan dicegah.
Tujuan
Agar mahasiswa/i lebih memahami tentang pengertian, kegunaan dan
bagian – bagian ANDAL serta mengetahui bagaimana proses dari ANDAL
tersebut dan dampak yang diakibatkan oleh buruknya pengaturan lingkungan
bagi manusia.

Rumusan Masalah
1. Memperkirakan dampak – dampak penting apa saja yang akan terjadi pada
Proyek Pembangunan Power Block, fasilitas jetty, jaringan transmisi, dan gardu
induk “PLTU JAWA TENGAH”.
2. Mengevaluasi dampak penting terhadap lingkungan sekitar proyek.
PEMBAHASAN
Pengertian ANDAL
ANDAL adalah dokumen AMDAL yang berisi telaahan secara cermat
terhadap dampak dari suatu rencana kegiatan. Dampak – dampak penting yang
telah di identifikasi di dalam dokumen KA – ANDAL kemudian ditelaah secara
lebih cermat dengan menggunakan metodologi yang telah disepakati. Telaah ini
bertujuan untuk menentukan besaran dampak. Tahap kajian selanjutnya adalah
evaluasi terhadap keterkaitan antara dampak yang satu dengan yang lainnya.
Evaluasi dampak ini bertujuan untuk menentukan dasar – dasar pengelolaan
dampak yang akan dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif.
ANDAL Proyek Pembangunan PLTU Jawa Tengah
Lokasi PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW (yang selanjutnya disebut PLTU)
terletak di Desa Ujungnegoro dan Desa Karanggeneng Kecamatan Kandeman
dan sebagian lagi terletak di Desa Ponowareng Kecamatan Tulis, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah. Sedangkan untuk jalur transmisi akan melewati Desa
Karanggeneng dan Desa Wonokerso di Kecamatan Kandeman, sedangkan Desa
Ponowareng, Desa Kenconorejo, Desa Simbangjati, Desa Beji, Desa Tulis, dan Desa
Wringin Gintung di Kecamatan Tulis. . Kegiatan yang diuraikan tersebut di bawah
mengacu pada desain yang telah disiapkan oleh PT Bhimasena Power Indonesia
(PT BPI).
Dalam upaya meminimalkan dampak – dampak negatif tekat dengan
kegiatan tersebut dan untuk memenuhi amanat Undang – undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka perlu dikaji
dampak – dampak yang mungkin akan timbul oleh kegiatan Proyek
Pembangunan PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW
PEMBAHASAN

Tahapan Pelaksanaan Rencana Usaha


Formasi perincian kegiatan yang dilingkup di dalam ANDAL ini adalah
sebagai berikut :
a. Bangunan Utama (Power Block) PLTU
b. Terminal Khusus (Jetty)
c. Pengerukan (Dredging) di Laut dan Pembuangan Hasil Pengerukan
(Dumping) di Laut
d. Jaringan Transmisi 500 kV (SUTET) dan Gardu Induk
Uraian Singkat Dampak Potensial
PEMBAHASAN
PRAKIRAAN DAMPAK
PENTING
Identifikasi Dampak Penting
Kegiatan pelingkupan pada tahap ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi segenap dampak lingkungan (primer, sekunder dan
seterusnya) yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya rencana
kegiatan pembangunan PLTU Jawa Tengah 2 x 1000 MW. Identifikasi dampak
potensial diperoleh melalui serangkaian aktivitas yaitu penelitian pustaka,
pemahaman mengenai komponen kegiatan, pengamatan lingkungan (rona
lingkungan hidup) dan hasil konsultasi/brainstorming serta diskusi dengan tim
ahli, pemrakarsa dan masyarakat yang berkepentingan, terutama mereka
yang tinggal di sekitar wilayah tapak proyek.
Berdasarkan hasil evaluasi dampak potensial seperti yang telah diuraikan
dapat disimpulkan bahwa dampak penting hipotetik (DPH) dari rencana
kegiatan pembangunan PLTU Jawa Tengah 2 x 1000 MW

HASIL EVALUASI DAMPAK PENTING


PRAKIRAAN DAMPAK
HASIL EVALUASI DAMPAK PENTING PENTING
PRAKIRAAN DAMPAK
Tahap Pra Konstruksi PENTING

Munculnya Spekulan Tanah


Rencana pembebasan tanah menjadi isu yang besar karena lahan
tapak Blok PLTU (terletak di Desa Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Desa
Ponowareng) sebagian besar adalah sawah irigasi semi teknis milik
penduduk yang umumnya menjadi mata pencaharian utama. Munculnya
sikap warga yang menerima dan yang belum menerima kehadiran PLTU
membuat situasi lingkungan tidak kondusif bagi para pihak untuk
memperbincangkan rencana kegiatan, serta ada penolakan yang kuat
terhadap kehadiran orang luar yang akan mengusik lahan pertaniannya.
Hal tersebut diprediksikan akan menghambat munculnya spekulan tanah,
yakni orang yang ingin mencari keuntungan dengan cara berupaya
membeli lahan milik warga dengan tujuan untuk dijual kepada pemrakarsa
ataupun menjadi perantara dalam jual beli lahan dengan pihak
pemrakarsa. Spekulan yang pernah muncul di tiga desa tersebut di atas
sekitar 9 orang atau 1,8% dari total pemilik lahan yang terkena dampak
untuk power blok PLTU.
PRAKIRAAN DAMPAK
Tahap Konstruksi PENTING

Penurunan Kualitas Udara


Pada kegiatan mobilisasi alat dan material diperkirakan akan
melibatkan kendaraan pengangkut berbahan bakar solar sebanyak 230
kendaraan per hari. Jika dalam 1 hari waktu operasional adalah selama 8
jam, maka dalam 1 jam kendaraan yang melewati jalur transportasi adalah
sebanyak 29 buah truck, dengan jarak tempuh dari tapak PLTU menuju jalan
raya adalah sepanjang 5,4 km. Dalam prakiraan dampak diasumsikan
pemakaian bahan bakar kendaraan truck adalah 0,2 liter solar untuk jarak
tempuh 1 km, kecepatan rata-rata kendaraan sekitar 20 km/jam yang
beroperasi selama 8 jam sehari, kecepatan angina rata – rata pada lokasi
studi sebesar 2,63 m/dt, koefisien dispers Gaussian pada stabilitas atm B
adalah sebesar 3,43 m dan ketinggian penerima (z) sebesar 2 m. Faktor emisi
kendaraanberbahan bakar solar berdasarkan standar WHO adalah sebesar
2,01 kg/m3 untuk parameter partikulat, 6,36 kg/m3 untuk parameter polutan
SO2, dan 7,21 kg/m3 untuk parameter polutan NO2.
Kegiatan konstruksi diperkirakan akan memberikan beban
pencemaran udara berupa Debu, NO2, dan SO2 dengan besaran yang
relatif kecil. Kontribusi debu (TSP), SO2, dan NO2 diperkirakan masih berada
di bawah baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh Surat Keputusan
Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001.
PRAKIRAAN DAMPAK
Tahap Konstruksi PENTING

Gangguan Kesehatan Masyarakat


Kegiatan konstruksi pembangunan PLTU menyebabkan aktivitas dan
volume lalulintas bertambah yang berakibat terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran udara yang diakibatkan lalulintas kendaraan menyebabkan
peningkatan emisi gas buang kendaraan dan debu akibat buruknya kualitas
jalan masuk menuju lokasi Blok PLTU sehingga mengakibatkan terjadinya
peningkatan prevalensi penyakit saluran pernapasan.
Penelitian Zou, dkk. (1997) menunjukan bahwa debu yang ada di
jalan-jalan adalah debu yang sangat halus. Karena halusnya, debu yang
berukuran kurang dari 10 mikron yang dilepaskan oleh knalpot kendaraan
bermotor atau dari gesekan roda dengan muka jalan akan terhirup organ
pernafasan tanpa mampu disaring oleh bulu-bulu halus hidung, selanjutnya
diteruskan ke organ-organ pernafasan bagian dalam.
Hal yang paling mungkin dilakukan adalah dengan cara
mengurangi masuknya zat pencemar ke dalam rumah dan menciptakan
kondisi di dalam rumah yang lebih sehat dan nyaman. Adanya pagar
dengan tingkat kerapatan antara 85 - 100%, ketinggian minimal 1,3 m dan
jarak pagar dengan dinding minimal 2,5 m dapat pula mengurangi
masuknya zat pencemar ke dalam rumah dan menciptakan kondisi di dalam
rumah yang lebih sehat dan nyaman.
PRAKIRAAN DAMPAK
Tahap Konstruksi PENTING

Gangguan Terhadap Flora dan Fauna Darat


Kegiatan konstruksi PLTU di prakirakan akan berdampak pada
vegetasi atau flora darat di lokasi blok PLTU. Pada saat kegiatan
pematangan lahan akan membuka tutupan lahan (land coverage)
yang akan digunakan sebagai tapak pembangunan bangunan
utama (Power Block) PLTU yaitu termasuk fasilitas ruang
pembangkit, penimbunan batubara, pengolahan limbah cair, dan
fasilitas lainnya yang akan sangat berpengaruh pada vegetasi darat
khususnya wilayah tapak proyek di sisi sebelah barat yang
ekosistemnya masih relatif alami.
Kegiatan konstruksi PLTU pada saat pematangan lahan akan
membuka tutupan lahan (land coverage) yang akan digunakan
sebagai tapak pembangunan bangunan utama (Power Block) PLTU
diprakirakan selain berdampak pada flora darat juga akan
berdampak pada fauna darat.
PRAKIRAAN DAMPAK
Tahap Operasi PENTING

Penurunan Kualitas Udara


Konsumsi batubara selama operasional PLTU adalah 490
ton/jam untuk 1 unit pembangkit sehingga untuk 2 unit pembangkit
adalah sebesar 980 ton/jam. Cadangan batubara untuk keperluan
operasi PLTU tersebut disimpan di lokasi penampungan batubara
(Coal Yard) yang mampu menampung kebutuhan selama 30 hari
operasi.
Berdasarkan hasil analisis batubara diketahui bahwa
kandungan abu batubara adalah 3,5%, dan diperkirakan sekitar 10%
abu batubar a yang akan terbang serta kecepatan angin rata-
ratanya adalah 2,63 m/dt, sehingga kandungan abu batubara
adalah sebesar 362,27 g/m. bila luas wilayah sebaran adalah sebesar
0,96 km2 maka konsentrasi debu batubara di lokasi tersebut adalah
368,58 ug/Nm3.
PRAKIRAAN DAMPAK
Tahap Operasi PENTING

Peningkatan Paparan TENORM


Kegiatan operasional PLTU berpotensi menimbulkan dampak
timbulnya peningkatan paparan NORM dan TENORM. Paparan NORM
(Naturally Occuring Radioactive Materials) berasal dari radioaktivitas alam
yang terjebak pada batubara yang digunakan sebagai bahan bakar.
Paparan TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occuring
Radioactive Materials) berasal dari radioaktivitas alam yang ada di dalam fly
ash dan bottom ash setelah mengalami proses pembakaran dalam burning
silo karena volume fly ash dan bottom ash dari pembakaran lebih kecil dari
pada volume batubara yang dibakar maka terjadi proses pemampatan
konsentrasi TENORM yang ada di dalam fly ash dan bottom ash dibanding
konsentrasi NORM semula dalam batubara. Sumber paparan TENORM
berasal dari proses pembakaran batubara pada saat operasional.
Berdasarkan hasil analisis kualitas lingkungan untuk parameter tingkat
konsentrasi aktivitas radioaktivitas alam dalam bentuk 226Ra sekitar 0,03887
± 0,00395 Bq/g masih berada di bawah standar konsentrasi maksimum
yang diatur oleh Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Intervensi terhadap Paparan yang berasal dari Technologically Enhanced
Naturally Occuring Radioactive Materials
PRAKIRAAN DAMPAK
Tahap Operasi PENTING

Perubahan Pola Mata Pencaharian


Kegiatan pada tahap operasi berarti pula hilangnya mata
pencaharian pada tahap konstruksi, hal ini karena pada tahap
operasi dibutuhkan tenaga kerja yang membutuhkan keahlian
tertentu. Kebutuhan tenaga kerja.
EVALUASI DAMPAK
PENTING
Telaahan Keterkaitan dan Interaksi Dampak Penting
Berdasarkan evaluasi secara holistik dan telaahan keterkaitan dan interaksi
seluruh dampak pentig hipotetik rencana pembangunan PLTU dan fasilitas
penunjangnya dapat diperoleh informasi antara lain :
a) Hubungan keterkaitan dan interaksi dampak penting hipotetik beserta
karakteristiknya seperti frekuensi terjadinya dampak, durasi dan intensitas
dampak yang dapat digunakan untuk menentukan sifat penting dampak
b) Komponen-komponen rencana kegiatan yang paling banyak menimbulkan
dampak lingkungan
c) Area yang perlu mendapat perhatian penting yang mendapat paparan
berbagai dampak dan banyak dihuni oleh masyarakat.

Berdasarkan hasil telaahan maka dilakukan telaahan atas berbagai opsi


pengelolaan dampak lingkungan yang mungkin bisa dilakukan oleh
pemrakarsa ditinjau dari :
a) Ketersediaan opsi pengelolaan terbaik (best available technology)
b) Kemampuan melakukan opsi pengelolaan terbaik (best achievable
technology)
c) Relevansi opsi pengelolaan yang tersedia dengan karakteristik lingkungan
lokal
EVALUASI DAMPAK
PENTING
Telaahan Dampak Tidak Penting
Berdasarkan pada bab prakiraan dampak dan matrik evaluasi dampak penting
dapat diutarakan bahwa diantara dampak yang dianalisis terdapat beberapa
dampak tidak penting seperti :
1) Gangguan kebisingan pada tahap operas
2) Gangguan getaran pada saat pembangunan bangunan utama
3) Peningkatan paparan TENORM pada saat operasi
4) Penurunan kualitas air permukaan pada saat pematangan lahan
5) Peningkatan debit air larian pada sat pematangan lahan
6) Munculnya spekulan tanah pada saat pengadaan lahan
Merujuk pada Peraturan Menteri Nomor 16 Tahun 2012 khususnya pada
Lampiran III, dampak tidak penting ada 3 opsi penanganan :
1) Tidak dikelola dan tidak dipantau (dalam hal ini penurunan kualitas air
permukaan pada saat pematangan lahan, peningkatan debit air larian pada saat
pematangan lahan, dan munculnya spekulan tanah pada saat pengadaan lahan)
2) Dikelola dan dipantau di dalam RKL-RPL pada kategori “dampak lainnya”
(gangguan peninggalan budaya pada tahap operasi, gangguan kebisingan pada
tahap operasi PLTU, penurunan kualitas air pada saat operasi PLTU, peningkatan
paparan yang berasal dari TENORM pada saat operasi PLTU)
3) Dievaluasi secara holistik (dalam hal ini tidak ada yang dievaluasi secara holistik
untuk mendapatkan tindak lanjut arahan RKL-RPL)
EVALUASI DAMPAK
PENTING
Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Dampak Lingkungan
Hidup
Arahan pengelolaan dilakukan terhadap seluruh komponen
kegiatan yang menimbulkan dampak, baik komponen kegiatan
yang paling banyak memberikan dampak turunan (dampak yang
bersifat strategis) maupun komponen kegiatan yang tidak banyak
memberikan dampak turunan. Arahan pemantauan dilakukan
terhadap komponen lingkungan yang relevan untuk digunakan
sebagai indikator untuk mengevaluasi penaatan (compliance),
kecenderungan (trendline), dan tingkat kritis (critical level) dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.
PENUTUP
Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup
Berdasarkan hasil telaahan keterkaitan dan interaksi dampak
penting dalam evaluasi secara holistik terhadap dampak lingkungan,
pemilihan alternatif dan arahan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup maka, pemrakarsa/ penyusun AMDAL menyampaikan
penilaian kelayakan lingkungan hidup pembangunan PLTU Jawa Tengah 2
x 1.000 MW.
Pernyataan kelayakan lingkungan hidup atas rencana kegiatan
pembangunan PLTU sudah mempertimbangkan 10 (sepuuh) kriteria
kelayakan sebagaimana tercantum pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, Lampiran II Pedoman Penyusunan Dokumen Andal.

Berdasarkan telaahan terhadap dampak penting tersebut di atas,


baik positif maupun negatif, maka rencana pembangunan PLTU dapat
memenuhi kelayakan lingkungan yang dipersyaratkan, namun demikian
perusahaan akan tetap melakukan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan hidup sesuai dengan arahan yang ada dan peraturan serta
perundang undangan yang berlaku. Untuk selanjutnya kelayakan
lingkungan rencana pembangunan PLTU ini akan diterjemahkan ke dalam
rencana pengelolaan lingkungan yang integral dan komprehensif.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai