Anda di halaman 1dari 4

LO 1 A : Leukimia limfoblasktik akut

 Leukemia Limfoblastik Akut adalah salah satu jenis keganasan yang terjadi pada sel darah dimana terjadi
proliferasi berlebihan dari sel darah putih. Pada LLA, terjadi proliferasi dari sel prekursor limfoid dimana
80% kasus berasal dari sel limfosit B dan sisanya dari sel limfosit T. Keganasan ini bisa terjadi pada stase
manapun pada saat proses diferensiasi sel leukosit
 Etiologi LLA
Penyebab dari terjadinya LLA masih belum diketahui, namun ada penelitian terbaru yang menyatakan bahwa
adanya peranan infeksi virus dan atau bakteri ). Ada beberapa faktor-faktor yang membantu meningkatkan
angka kejadian LLA seperti faktor lingkungan, faktor genetik , dan faktor paparan terhadap radiasi pada saat
sedang dalam kandungan maupun pada saat kanak-kanak. Selain itu, infeksi virus Epstein-Barr serta sel
limfosit B juga berperan terhadap kejadian LLA pada negara berkemban
 Klasifikasi
Klasifikasi dari LLA terbagi atas beberapa jenis, yaitu klasifikasi berdasarkan morfologik, berdasarkan
genetika, dan immunofenotip :
• LLA-L1
Pada tipe ini, sel blas berukuran kecil dengan sitoplasma yang sempit, nukleolus tidak jelas terlihat, dan
kromatin homogen. L1 merupakan jenis leukemia limfoblastik akut yang sering terjadi pada anak-anak, sekitar
70% kasus dengan 74% nya terjadi pada anak-anak usia di bawah 15 tahun.
•LLA-L2
L2 terdiri dari sel blas berukuran lebih besar, ukuran inti tidak beraturan, kromatin lebih kasar dengan satu atau
lebih anak inti, dan membran nukleolus yang irregular serta sitoplasma yang berbeda warna. Sekitar 27% kasus
LLA, didapati morfologik tipe L2 dan lebih sering terjadi pada pasien usia di atas 15 tahun.
• LLA-L3
L3 terdiri dari sel blas berukuran besar, ukurannya homogen, ukuran inti bulat atau oval dengan kromatin
berbercak, anak inti banyak ditemukan, sitoplasma yang sangat basofilik disertai dengan vakuolisasi. Pada tipe
ini, terjadi mitosis yang cepat sebagai pertanda dari adanya tahapan aktifitas dari makrofag.
 Gejala Klinis LLA
Gejala klinis yang dialami oleh pasien LLA biasanya bervariasi. Adanya akumulasi dari sel limfoblas abnormal
yang berlebihan pada sumsum tulang menyebabkan supresi pada sel darah normal sehingga tanda-tanda
klinisnya akan menunjukkan kondisi dari sumsum tulang, seperti anemia (pucat, lemah, takikardi, dispnoe, dan
terkadang gagal jantung kongestif), trombositopenia ( peteki, purpura, perdarahan dari membran mukosa,
mudah lebam), dan neutropenia (demam, infeksi, ulserasi dari membran mukosa). Selain itu, anoreksia dan
nyeri punggung atau sendi juga merupakan salah satu tanda klinis.
 Penatalaksanaan LLA
Penatalaksanaan dari leukemia terbagi atas kuratif dan suportif. Penatalaksanaan suportif
hanya berupa terapi penyakit lain yang menyertai leukemia beserta komplikasinya, seperti
tranfusi darah, pemberian antibiotik, pemberian nutrisi yang baik, dan aspek psikososial.
Penatalaksaan kuratif, seperti kemoterapi, bertujuan untuk menyembuhkan leukemia. Di
Indonesia sendiri sudah ada 2 jenis protokol pengobatan yang umumnya digunakan, yaitu
protokol Nasional (Jakarta) dan protokol WK-ALL 2010. Selain dengan kemoterapi, terapi
transplantasi sumsum tulang juga memberikan kesempatan untuk sembuh terutama pada
pasien yang terdiagnosis leukemia sel-T.
• Tahapan Kemoterapi
Pengobatan LLA yang umumnya dilakukan adalah kemoterapi. Kemoterapi bertujuan untuk
menyembuhkan leukemia dan proses pengobatannya terdiri dari beberapa tahapan-tahapan,
yaitu fase induksi- remisi, intensifikasi awal, konsolidasi/terapi profilaksis susunan saraf
pusat, intensifikasi akhir (terbagi atas fase re-induksi dan re-konsolidasi), dan
maintenance/rumatan.
• Terapi Induksi. Tujuan utama dari pengobatan kemoterapi adalah untuk mencapai remisi
komplit dan menggembalikan fungsi hematopoesis yang normal. Terapi induksi
meningkatkan angka remisi hingga mencapai 98%. Terapi ini berlangsung sekitar 3-6
minggu dengan menggunakan 3-4 obat, yaitu glukokortikoid (prednison/deksametason),
vinkristin, L-asparaginase dan atau antrasiklin. Sekitar 2% kasus pasien anak LLA yang
menjalani terapi induksi mengalami kegagalan.
• Intensifikasi awal. Target pengobatan adalah anak-anak yang sudah mencapai remisi dan
fungsi hematopoesis-nya kembali normal. Tujuan dari tahapan intensifikasi adalah untuk
eradikasi sel leukemia yang tersisa dan meningkatkan angka kesembuhan.

Anda mungkin juga menyukai