02111750010005 PENDAHULUAN Dari berbagai komoditas ikan laut, ikan tuna memiliki peranan penting dalam meningkatkan devisa negara dan sebagai bahan makanan (protein hewani) untuk konsumsi lokal. Selain itu ikan tuna merupakan komoditas ekspor non migas karena merupakan bahan sasimi yang lezat. Dalam dekade ini rata-rata penangkapan ikan tuna di Indonesia mencapai 90.000 ton pertahun (Anon, 2015). Teknik atau metode panangkapan yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna merupakan ikan perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat penangkap ikan yang digunakan haruslah yang sesuai dengan perilaku ikan tersebut. Ada lima macam alat/teknik penangkap tuna, yaitu rawai tuna (longline), huhate (pole and line), pancing ulur (handline), pukat cincin (purse seine), dan jaring insang (gillnet). Pole and line atau biasa juga disebut dengan “huhate” merupakan teknik penangkapan yang sering digunakan untuk penangkapan ikan tuna maupun cakalang. Teknik penangkapan memiliki teknik dan konstruksinya sangat sederhana yaitu terdiri dari bambu sebagai joran atau galah, dan tali utama sebagai tali pancing. Pada tali pancing dikaitkan mata pancing pada bagian ujungnya tidak berkait balik. Penggunaan mata pancing yang tidak berkait dimaksudkan agar ikan yang ditangkap dapat mudah lepas. Tetapi sesungguhnya cukup kompleks karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan ikan yang menjadi tujuan tangkapan pole and line dengan menyambar mangsa pada ikan. Sebelum pemancingan, dilakukan penyemprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal atau para pemancing. Dalam teknik huhate (pole line) ini keberhasilan penangkapan Tuna maupun cakalang bergantung pada pengalaman/keahlian dan kecepatan para pemancingnya. Oleh karena itu, dibuatlah pengembangan dari teknik penangkapan ikan ini yaitu “Automatic Fishing Machine” atau mesin otomatis penangkapan ikan dengan teknik pole and line, yang mana alat ini bertujuan membantu meningkatkan keberhasilan penangkapan ikan tuna maupun cakalang yang lebih banyak. MODEL JORAN UNTUK PEMANCING TUNA/CAKALANG SAAT INI Pada konstruksi Pole and Line terdiri dari tiga komponen pokok yang ukurannya tidak terlalu besar yaitu joran, tali dan mata pancing; 1. Joran/galah yang terbuat dari bambu atau plastik dengan panjang berkisar antara 2 - 3,5 meter. Dengan diameter pangkal 3-4 cm dan diameter ujungnya 1-1,5 cm. 2. Tali dari bahan nylon/synthetis, monofilment atau multifilament dengan panjang 1,5-2,5 m dan diameter tali 0,2-0,3 cm. Terdapat pula Kawat baja (wire leader) sebagai tali sekunder yang panjangnya 5-10 cm, terdiri dari 2-3 urat yang disatukan/dipintal dengan diameter 1,2 mm. 3. Mata kail (hook) yang khusus, yang ujungnya tidak berkait. Untuk menambah berat pancing, pada bagian ini dipasang pemberat yang berupa besi yang dilapisi bahan anti karat yang mengkilat. Sedangkan sebagai umpan ikan juga dipasangi bulu ayam atau bulu burung. MODEL KAPAL HUHATE Kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup sedangkan Sprayer adalah alat penyemprot air. Ada jenis KONSTRUKSI Kapal yang digunakan sebagai plataran (flat form) yang mana sdigunakan sebagai tempat memancing.; 1. Bagian Depan dek kapal Hampir semua kapal huhate diindonesia menggunakan model ini, dimana pada bagian depan/buritan kapal dibuat tempat pelataran untuk para pemancing tuna maupun cakalang. Tipe ini digunakan untuk seluruh kapal huhate di daerah Indonesia timur. 1. Bagian Depan/Haluan kapal Di bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran (plat form) dimana pada tempat tersebut para pemancing melakukan pemancingan;
Teknik memancing Huhate di Indonesia Timur
2. Bagian belakang Kapal Pada kontruksi Kapal ini tempat pemancing terletak pada bagian belakang Kapal. Model konstruksi ini biasa digunakan oleh para nelayan maladewa.
Catching tuna Maldifian style
PENGEMBANGAN KONSEP Metode penangkapan ikan (tuna maupun cakalang ) juga ini masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya sebagai berikut ; 1. Membutuhkan tenaga kerja (pemancing) yang cukup 2. Membutuhkan Ketangkasan dan Kecepatan pemancing (fisher) dalam hal ini adalah pengalaman, 3. Dalam kondisi cuaca yang buruk (gelombang), resiko pemancing terancam bahaya jatuh ke laut cukup tinggi. 4. Ruang gerak pemancing yang sangat terbatas karena banyaknya tenaga pamancing sedangkan tempat pemancingan (pelataran pada buritan kapal) yang terbatas. Pengembangan metode penangkapan ini berupa alat/produk baru yang bermaksud agar alat ini mampu menggatikan tugas nelayan sebagai pemancing tuna/cakalang secara otomatis. Secara mendasar faktor-faktor pengembangan teknik ini adalah: 1. Faktor internal; keinginan, ide, dan angan-angan sendiri. 2. Faktor eksternal; metode ini merupakan metode penangkapan ikan yang ramah terhadap lingkungan dan masih sangat popular untuk wilayah Indonesia khususnya bagian timur. PEMILIHAN KONSEP Dalam pengembangan teknik pemancingan ini akan dibuat 2 konsep perancangan yang mana tetap akan dalam metode pemancingan pole line. 1. KONSEP A MEKANISME KONSEP A Proses I Menunjukan umpan yang telah digigit/disambar ikan sehingga tiang/joran dengan segera terayun keatas dengan bantuan senar/nylon yang mana joran juga akan menekuk akibat daya tahan ikan yang berjuang di dalam air. Proses II Saat ikan dibawa keluar dari air, resistansi akan berkurang dan tiang bergerak kembali ke kondisi lurus secara tiba-tiba. Akibat gerak tiang tesebut pergerakan ikan ke atas akan melebihi kecepatan gerak tiang itu sendiri. Proses III Tiang kembali pada posisi tegak, dalam kondisi ini tali akan mengendur sehingga kaitan pada umpan akan terlepas dari mulut ikan dengan sendrinya. 2. KONSEP B MEKANISME KONSEP B Proses I Menunjukan umpan yang telah digigit/disambar ikan sehingga terjadi gaya Tarik pada tali. Ketika ini terjadi katrol 1 menerima respon balik (berlawanan arah jarum jam) dan akan berputar (searah jarum jam) menggulung tali dan ikan mulai terangkat keatas. Proses II Saat ikan dibawa keluar dari air, resistansipun akan berkurang sementara itu secara otomatis dengan respon dari katrol 1 maka tiang akan digerakan oleh katrol 2 dengan putaran yang cepat ke arah badan kapal. Akibat kecepatan gerak tiang tesebut ikan akan terlepas dari umpan (pengait) dan mulai terlempar ke arah badan kapal searah gerakan tiang itu sendiri. Proses III Tiang akan bergerak sampai batasannya dan katrol 2 akan berhenti berputar secara otomatis. Dengan adanya pegas hidrolik 3 yang dihubungkan pada tiang maka otomatis tiang tersebut akan terdorong perlahan kembali ke kondisi semula (standby). MATRIK PENILAIAN KONSEP