Anda di halaman 1dari 38

ASKEP PADA

PASIEN
DENGAN
GANGGUAN
KONSEP DIRI:
HDR

ISTI ANTARI
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tantang
dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain

Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku  penghargaan positif
tanpa syarat  Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran yang kompleks
dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.

Gangguan konsep diri meliputi gambaran diri/ citra tubuh, ideal diri, penampilan peran,
identitas diri dan harga diri
Gambaran diri

– sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.Sikap tersebut
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu
– Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan
memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan
memacu sukses didalam kehidupan sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga dirinya (Stuart, 2007).
Ideal diri

– persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar


pribadi.
– Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri : kecenderungan individu
menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor budaya akan
mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, ambisi dan keinginan untuk
menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri (Stuart & Sunden,
1998).
Penampilan peran

– Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan


dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial.
– Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai
pilihan. Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilh oleh individu
(Stuart, 2007)
Identitas diri

– kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang
merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang
utuh (Stuart, 2007)
– Seseorang yang mempunyai perasaan identitas yang kuat akan memandang
dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
– Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek terhadap diri sendiri),
kemampuan dan penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan
menerima dirinya
Harga diri

– penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa


jauh perilaku memenuhi ideal diri ( Stuart, 2007)
– Harga diri yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri
sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kekalahan dan kegagalan tetapi tetap
merasa sebagai seorang yang penting dan berharga ( Carpenito, 2001
CARA MENINGKATKAN
HARGA DIRI PADA INDIVIDU

memberi
kesempatan menanamkan
untuk gagasan,
berhasil,

membantu
mendorong membentuk
aspirasi, pertahanan
diri (koping)
PENGERTIAN HDR

– Perasaan negative terhadap diri sendiri termasuk kehilangan percaya diri, tidak
berharga, tidak berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI
– Evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative
dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Townsend
– Konsep diri adalah semua pikiran kepercayaan dan keyakinan yang diketahui
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dengan lama berhubungan dengan
orang lain (Stuart, sundeen
Rentang respon harga diri

Harga diri
Aktualisasi diri rendah Depersonalisasi

Konsep diri Kekacauan


positif identitas
– Respon adaptif: respon yang masih dapat diterima oleh norma
– Aktualisai diri: pernytaan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang
sukses
– Konsep diri positif: klien mampu mengungkapkan pengalaman yang positif dalam perwujudan
dirinya, dpat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai suatu masalah
sesuai norma social dan kebudayaan suatu tempat jika menyimpang
– Harga diri rendah: transisi antara adaptif dan maladaptive sehingga individu cenderung berpikir ke
arah negative
– Kekacauan identitas: kegagalan Individu mengintegrasikan aspek masa kanak-kanak dalam
pematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara harmonis
– Depersonalisasi: perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
denga kecemasan, kepanikan dan tidka dapt membedakan dirinya sendiri dari orang lain sehingga
tidak dapat mengenali dirinya sendiri
ETIOLOGI (Townsed

– Kurangnya umpan balik positif


– Perasaan ditolak oleh orang terdekat
– Sejumlah kegagalan dan ketidfakberdayaan
– Ego yang belum berkembang menghakimi super ego
Faktor presdisposisi

Penolakan orang tua atau harapan orangtua yang tidak realistis,

Kurang penghargaan

Pola asuh salah: terlalu dilarang/ dikontrol, dituruti, dituntut, tidak konsisten

Persaingan antar saudara

Kesalahan dan kegagalan berulang,

ideal diri tidak realistis/ tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
Faktor presipitasi

– Trauma: penganiayaan, syok psikologis ataupun fisik


– Ketegangan peran: individu mengalami frustasi dengan peran yang diharapkan
Transisi peran

– Peran perkembangan: tumbang


– Peran situasi: bertambah atau berkurangnya anggotakeluarga
– Peran sehat sakit: kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan fungsi
tubuh, fisik atau tumbang tidak normal, prosedur perawatan medis dan
keperawatan
Jenis

– Hdr kronis: suatu penilaian diri yang negative berkepanjangan pada seseorang
atas dirinya

– Hdr situasional
Hdr kronis

– Mayor: untuk jangka waktu lama / kronis : Pernyataan negatif atas dirinya,
ekspresi rasa malu / bersalah, penilaian diri seakan-akan tidak mampu
menghadapi kejadian tertentu, ragu-ragu untuk mencoba sesuatu yang baru.
– Minor: Seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung pada
pendapat orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif bimbang,dan sangat
ingin mencari ketentraman.
Hdr situasional

– suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-perasaan yang negatif


tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa (kehilangan, perubahan).
– Mayor : Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang negatif dalam
berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif, menyatakan
perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak berguna).

– Minor : Pernyataan negatif atas dirinya, mengekspresikan rasa mal/bersalah,


penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa/situasi kesulitan membuat
keputusan, mengesolasi diri
Manifestasi klinis

– Mengkritik diri sendiri atau orang lain


– Penurunan produktivitas
– Destruktif pada diri sendiri dan orang lain
– Perasaan tidak mampu
– Merasa bersalah
– Mudah tersinggung
– Adanya ketegangan peran yang dirasakan
– Pandangan hidup pesimis, mengurung diri, menarik diri dari social. Pnyalahgunaan
dan perasaan khawatir
Pohon masalah

Tidak efektifnya
koping individu

Gangguan konsep diri:


harga diri rendah

Isolasi social: menarik


diri
Diagnosis keperawatan

– Isolasi social: menarik diri


– Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Askep menarik
diri
Menarik diri

– suatu percobaan untuk menghindari interaksi dan hubungan dengan orang lain
(Rawlins, 1993).
– Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain
Hubungan yang sehat dapat
digambarkan dengan adanya
komunikasi yang terbuka,
mau menerima orang lain,
dan adanya rasa empati
Rentang respon SOSIAL

Adaptif . Maladaptif
• Menyendiri (solitude) • Merasa sendiri • manipulasi
• Otonomi • Menarik diri • Impulsif
• Bekerjasama (mutualisme) • Tergantung • narsisme
• Saling bergantung
Menarik diri: • menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan orang
lain.

Dependen: • sangat bergantung pada orang lain sehingga individu


mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa percaya diri.

• individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang hendak


Manipulasi: dicapainya tanpa mempedulikan orang lain dan lingkungan dan
cenderung menjadikan orang lain sebagai objek
PERKEMBANGAN
HUBUNGAN SOSIAL
– Bayi (0–18 Bulan)
– Bayi mengomunikasikan kebutuhan menggunakan cara yang paling sederhana
yaitu menangis.
– Respons lingkungan terhadap tangisan bayi mempunyai pengaruh yang sangat
penting untuk kehidupan bayi di masa datang.
– Menurut Ericson, respons lingkungan yang sesuai akan mengembangkan rasa
percaya diri bayi akan perilakunya dan rasa percaya bayi pada orang lain.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan pada masa ini akan mengakibatkan rasa tidak
percaya pada diri sendiri dan orang lain serta perilaku menarik dir
– Prasekolah (18 Bulan–5 Tahun)
– Anak prasekolah mulai membina hubungan dengan lingkungan di luar keluarganya.
– Anak membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga dalam hal pemberian
pengakuan yang positif terhadap perilaku anak yang adaptif sehingga anak dapat
mengembangkan kemampuan berhubungan yang dimilikinya.
– Hal tersebut merupakan dasar rasa otonomi anak yang nantinya akan berkembang
menjadi kemampuan hubungan interdependen.
– Kegagalan anak dalam berhubungan dengan lingkungan dan disertai respons
keluarga yang negatif akan mengakibatkan anak menjadi tidak mampu pengontrol
diri, tidak mandiri, ragu, menarik diri, kurang percaya diri, pesimis, dan takut
perilakunya salah
– Anak Sekolah (6–12 Tahun)
– Anak sekolah mulai meningkatkan hubungannya pada lingkungan sekolah.
– Di usia ini anak akan mengenal kerja sama, kompetisi, dan kompromi.
– Pergaulan dengan orang dewasa di luar keluarga mempunyai arti penting karena
dapat menjadi sumber pendukung bagi anak.
– Hal itu dibutuhkan karena konflik sering kali terjadi akibat adanya pembatasan dan
dukungan yang kurang konsisten dari keluarga.
– Kegagalan membina hubungan dengan teman sekolah, dukungan luar yang tidak
adekuat, serta inkonsistensi dari orang tua akan menimbulkan rasa frustasi terhadap
kemampuannya, merasa tidak mampu, putus asa, dan menarik diri dari
lingkungannya.
– Remaja (12–20 Tahun)
– Usia remaja anak mulai mengembangkan hubungan intim dengan teman sejenis
atau lawan jenis dan teman seusia, sehingga anak remaja biasanya mempunyai
teman karib.
– Hubungan dengan teman akan sangat dependen sedangkan hubungan dengan
orang tua mulai independen.
– Kegagalan membina hubungan dengan teman sebaya dan kurangnya dukungan
orang tua akan mengakibatkan keraguan identitas, ketidakmampuan
mengidentifikasi karier di masa mendatang, serta tumbuhnya rasa kurang
percaya dirI
– Dewasa Muda (18–25 Tahun)
– Individu pada usia ini akan mempertahankan hubungan interdependen dengan
orang tua dan teman sebaya.
– Individu akan belajar mengambil keputusan dengan tetap memperhatikan saran dan
pendapat orang lain (pekerjaan, karier, pasangan hidup).
– Selain itu, individu mampu mengekspresikan perasaannnya, menerima perasaan
orang lain, dan meningkatnya kepekaan terhadap kebutuhan orang lain.
– Oleh karenanya, akan berkembang suatu hubungan mutualisme.
– Kegagalan individu pada fase ini akan mengakibatkan suatu sikap menghindari
hubungan intim dan menjauhi orang lain.
– Dewasa Tengah (25–65 Tahun)
– Pada umumnya pada usia ini individu telah berpisah tempat tinggal dengan
orang tua.
– Individu akan mengembangkan kemampuan hubungan interdependen yang
dimilikinya.
– Bila berhasil akan diperoleh hubungan dan dukungan yang baru.
– Kegagalan pada tahap ini akan mengakibatkan individu hanya memperhatikan
diri sendiri, produktivitas dan kretivitas berkurang, serta perhatian pada orang
lain berkurang
– Dewasa Lanjut (Lebih dari 65 Tahun)
– Di masa ini, individu akan mengalami banyak kehilangan, misalnya fungsi fisik,
kegiatan, pekerjaan, teman hidup, dan anggota keluarga, sehingga akan timbul
perasaan tidak berguna.
– Selain itu, kemandirian akan menurun dan individu menjadi sangat bergantung
kepada orang lain.
– Individu yang berkembang baik akan dapat menerima kehilangan yang terjadi dalam
kehidupannya dan mengakui bahwa dukungan orang lain dapat membantu dalam
menghadapi kehilangan yang dialaminya.
– Kegagalan individu pada masa ini akan mengakibatkan individu berperilaku menolak
dukungan yang ada dan akan berkembang menjadi perilaku menarik diri.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ISOS
– Objektif
– 1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
– 2. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan diri dari orang lain.
– 3. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan orang lain.
– 4. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
– 5. Berdiam diri di kamar.
– 6. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan pembicaraan, atau pergi saat diajak
bercakap-cakap.
– 7. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri kurang, dan kegiatan rumah
tangga tidak dilakukan.
– 8. Posisi janin pada saat tidur.
– Subjektif
– 1. Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
– 2. Pasien tidak menjawab sama sekali.
POHON MASALAH

Gangguan konsep drii:


harga diri rendah

Isolasi social: menarik diri

Risiko perubahan persepsi


sensori : halusinasi
kasus

– Seorang perempuan , usia 56 tahun di bawa ke RSJ setelah selama dua minggu
tidak mau keluar kamar, tidak mau mandi, dan tidak mau bicara. Saat dilakukan
pengkajian, pasien hanya diam, tidak mau menatap mata perawat, dan sesekali
menghembuskan napas dengan panjang lalu kembali tidur. Keluarga
mengatakan hal ini terjadi semenjak anaknya pergi dari rumah dan membawa
seluruh uang yang dimilikinya.
– 1. Tentukan masalah keperawatan utama dari kasus diatas!
– 2. Tuliskan data subjektif dan data objektif untuk menegakkan masalah
keperawatan No. 1!
– 3. Susunlah intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan No. 1!

Anda mungkin juga menyukai