Anda di halaman 1dari 13

CRUSH SYNDROME

Disusun Oleh:
Yunita Arga Dini 17.0603.0022
Ahmad Taufiq Karim 17.0603.0023
Lily Kusuma Dewi 17.0603.0024
Rimadhani Ainunrahim 17.0603.0025
Afrida Gholibatun Dzia 17.0603.0026
Putri Sofiatun 17.0603.0027
Fuad Tri Prasetya 17.0603.0028
DEFINISI
Crush syndrome merupakan lokalisasi crush injury dengan manifestasi
sitemik. Efek sistemik disebabkan oleh trauma rhaibdomyolisis
(pemecahan otot) dan pelepasan komponen sel otot yang berbahaya
dan elektrolit kesistem peredaran darah.
Etiologi
Crush injury dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
1. Kecelakaan kendaraan bermotor atau jenis transportasi lain, seperti
kereta dan pesawat
2. Bencana alam, misalnya gempa bui,tsunami, angin topan, atau tanah
longsor
3. Kecelakaan kerja, terutama pekerja industri pertambangan,
kontruksi, dan pertanian yang tidak menggunakan lat pelindung diri
saat kerja
4. Perang (luka ledakan atau tembakan)
5. Jatuhnya benda berat ke kaki atau terjepitnya jari tangan di pintu
atau jendela.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari crush injury dapat terjadi disebabkan karena yang
pertama adanya mekanisme perlukaan pada otot yang berujung
dengan kematian sel otot. Terdapat 3 mekanisme yang diyakini
bertanggungjawab dalam terjadinya kematian sel otot, yaitu:
(1) kerusakan mendadak
(2) penekanan langsung pada sel otot (Better,1999)
(3) vascular compromise. Yang kedua adalah pelepasan substansi sel
otot yang bersifat toksik terhadap tubuh (Malinoski et al, 2004).
LANJUTAN...
Dalam mendiagnosa pasien crush injury perlu diperhatikan tanda-tanda
berikut:
Cedera pada kulit, bengkak, paralisis, parestesia, terasa kebal, nyeri,
pulsasi distal menurun atau bahkan tidak teraba, mioglobinuria,
hiperkalemia, dan tanda-tanda sindroma kompartemen (CDC,
2009).Pengobatan medis yang agresif pada pasien sebelum dan selama
penyelamatan akan membantu mencegah komplikasi sindroma crush
injury. Pemberian cairan intravena dengan segera akan sangat
membantu dalam memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan
menjaga homeostasis tubuh. (CDC, 2009).Mengenai crush injury, hal ini
telah diketahui sejak Perang Dunia ke-2, dimana banyak laporan
menunjukkan mengenai crush injurymaupun pengobatannya setelah
terjadi bencana tersebut.
MANIFESTASI CRUSH INJURY
Cedera yang menyebabkan kerusakan terhadap otot, tulang, dan organ tubuh
tertentu ini dapat menimbulkan gejala berupa:
1. Nyeri hebat
2. Mati rasa di bagian tubuh yang mengalami cedera
3. Luka terbuka yang menyebabkan rusaknya permukaan kulit dan perdarahan
hebat
4. Perubahan bentuk tubuh akibat patah tulang, hingga tulang yang mencuat ke
luar menembus permukaan kulit
5. Penurunan suhu tubuh (hipotermia)
6. Kulit pucat, serta bibir dan jari membiru
7. Penurunan kesadaran
8. Tekanan darah menurun
9. Sesak napas dan denyut nadi melemah
PENATALAKSANAAN
1. Foto Rontgen
2. CT scan
3. MRI
4. Terapi obat (analgesik, antibiotik, sedatif)
5. operasi
KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika crush injury tidak
segera ditangani, yaitu:
1. Sindrom Crush atau sindrom Bywaters
2. Sindrom kompartemen
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan
rentang gerak
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pemasangan alat
invasif
INTERVENSI
A. Nyeri berhubungan b.d inflamasi dan pembengkakan
Intervensi
1. pantau intensitas nyeri
Rasional : tingkat dan intensitas nyeri merupakan data dasar yang di butuhkan perawat sebagai
pedoman pengambilan intervensi,sehingga setiap perubahan harus terus dipantau.
2.lakukan imobilisasi dengan bidai
Rasional : imobilisasi dapat membantu meringankan tugas tulang dalam mempertahankan postur
tubuh sehingga tidak terjadi kekakuan daerah sekitar yang menyebabkan nyeri
3. tinggikan ekstremitas yang nyeri
Rasional : peninggian ekstremitas dapat membantu meningkatkan aliran balik vena yang
menyebabkan pembengkakan berkurang sehingga penekanan daerah cidera menurun
4.ajarkan teknik relaksasi
Rasional : dapat membantu menurunkan tingkat ketegangan
5.kolaborasikan pemberian analgesik sesuai program terapi
Rasional : untuk melakukan hambatan untuk sensor nyeri
B. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak
Intervensi
1. Lakukan imobilisasi dengan bidai pada daerah yang mengalami kerusakan
Rasional : Dapat mengurangi pergerakan daerah cidera
2.Ajarkan penggunaan alat bantu berpindah
Rasional : Klien mungkin baru mengenal dan tidak dapat menggunakan alat bantu
mobilitas seperti cruk atau walker sehingga peran perawat adalah memberikan
pendidikan tentang cara penggunaanya
3.Jelaskan pada pasien tentang pentingnya pembatasan aktivitas
Rasional : Untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya pembatasan
aktivitas pada pasien cidera
4.Latihan room aktif dan perpindahan maksimal 2 kali dalam sehari
Rasional : Untuk menjegah penurunan masa otot, kontraktur dan peningkatan
faskularisasi
5.Anjurkan partisipasi aktif sesuai kemampuan dalam kegiatan sehari-hari
Rasional : Untuk membantu pemulihan kesehatan dan melatih kekuatan otot
C. Resiko Infeksi Berhubungan dengan Prosedur Pemasangan Alat Invasif
Intervensi
1.Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
Rasional : Agar mobilitas fisik dapat berkurang
2.Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan atau bantu klien dalam latihan
rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit
Rasional : Dapat meringankan masalah gangguan mobilitas fisik yang dialami klien
3.Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak
Rasional : Untuk meringankan masalah gangguan mobilitas yang dialami klien
4.Berikan dorongan pada klien untuk melakukan AKS dalam lingkup keterbatasan
dan beri bantuan sesuai kebutuhan
Rasional : Mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimangan yang dapat terjadi
5.Kolaborasi dengan fisioterapi atau awakulasi terapi
Rasional : Kolaborasi interprofesional membantu proses perawatan klien lebih
efektif
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai