Anda di halaman 1dari 28

TRAUMA THORAKS

Oleh :
Tia Kartika (1510070100018)

Perseptor : dr.Irsal Munandar, SpB

Fakultas Kedokteran Universitas Baiturrahmah


Bagian Bedah RSUD M.Natsir
Solok
2019
 Trauma Thoraks merupakan 25 persen
dari semua kejadian trauma berat.
 Lebih lanjut 25 persen tersebut, bisa
menjadi kontributor yang signifikan untuk
menjadi penyebab kematian pasien .
 Pada sebagian besar pasien ini, penyebab
kematian adalah perdarahan.
Investigasi
 Secara langsung atau tidak langsung terlibat
dalam 50 persen trauma kematian di
Amerika Serikat.
 80 persen dapat dikelola secara non-operatif
 Radiograf dada adalah investigasi pilihan
pertama
 Spiral computed tomography scan
membuktikan diagnosa yang cepat di dada
dan perut
 Drainase dada bisa menjadi diagnostik serta
terapeutik
Manajemen

Sekitar 80 persen cedera dada dapat


dikelola ditutup
 Jika ada luka terbuka, masukkan chest
drain
 Jangan menutup luka terbuka dada
sampai terpasang drain
 Jika pendarahan berlanjut, dada perlu
dibuka
deadly dozen
Segera mengancam nyawa Obstruksi jalan napas

Tension Pneumothorax

Pericardial tamponade

Open pneumothorax

Massive haemothorax

Flail chest
Berpotensi mengancam nyawa Trauma aorta

Trauma trakheobronkial

Contusio miokard

Ruptur diafragma

Trauma esofagus

Kontusion paru
Obstruksi jalan napas
 Intubasi awal sangat penting, terutama
pada kasus hematoma leher atau
kemungkinan edema saluran napas.
 Distorsi saluran udara (airway) dapat
berbahaya dan progresif dan dapat
membuat intubasi tertunda lebih sulit jika
tidak mustahil.
Tension Pneumothorax
 berkembang ketika suatu kebocoran '
katup satu arah ' udara terjadi baik dari
paru atau melalui dinding dada.

 Udara tersedot ke rongga toraks tanpa


cara apapun untuk keluar, sepenuhnya
terkumpul kemudian mengompresi paru
yang terkena.
 Penyebab paling umum adalah
◦ trauma tembus dada,
◦ trauma tumpul dada dengan cedera parenkim
paru dan
◦ kebocoran udara yang tidak menutup secara
spontan,
◦ kebocoran paru iatrogenik (mis. karena
puncture vena subklavia centralis)
 Presentasi klinis.
◦ Pasien semakin panik dengan tachypnoea,
◦ nafas yg sulit dan distended neck veins (mirip
dengan tamponade perikardial).
 Pemeriksaan klinis
◦ dapat memperlihatkan deviasi trakea.
◦ Juga akan ada hiper-resonansi dan
◦ tidak ada suara napas pada hemitoraks yang
terkena.
 Penatalaksanaan terdiri dari
◦ dekompresi segera, awalnya dengan penyisipan
cepat jarum bore besar ke ruang intercostal
dua di garis midclavicular dari hemithorax
yang terkena,
◦ dan kemudian diikuti dengan penyisipan
tabung dada melalui ruang interkostal kelima
di garis aksila anterior
Pericardial tamponade
 Akumulasi dari jumlah darah yang relatif
kecil ke dalam kantung perikardial non-
distensible dapat menghasilkan obstruksi
fisiologis jantung.
 Semua pasien dengan cedera tembus di
mana saja dekat jantung ditambah shock
harus dianggap memiliki cedera jantung
sampai terbukti sebaliknya
 Secara klasik, presentasi terdiri dari
◦ elevasi tekanan vena,
◦ penurunan tekanan arteri dengan takikardia, dan suara
jantung teredam (redup).

◦ radiografi dada yang mencari jantung membesar atau


◦ ultrasound jantung yang menunjukkan cairan kantung
perikardial.
◦ Garis tengah harus dimasukkanuntuk memeriksa
peningkatan tekanan vena sentral.
◦ Namun, dalam kasus di mana perdarahan yang besar
terjadi dari bagian lain, vena leher mungkin datar.
Open pneumothorax
 Hal ini disebabkan oleh defek terbuka yang
besar di dada (> 3 cm),yang mengarah ke
keseimbangan antara tekana intratoracic dan
tekanan atmosfer.
 Manajemen awal terdiri dari segera menutup
dengan dressing plastik oklusif steril
(misalnya Opsite®), diperban pada tiga sisi
untuk bertindak sebagai katup tipe flutter.
Chest tube dimasukkan sesegera mungkin di
bagian yang jauh dari sisi cedera.
Massive Hemotoraks

 Penyebab paling umum dari massive


hemotoraks pada trauma tumpul adalah
perdaraha terus menerus dari robek
pembuluh interkostal atau sesekali dari
arteri mammary internal.
 Akumulasi darah dalam hemitoraks secara
signifikan dapat mengganggu upaya
pernapasan, menekan paru dan mencegah
ventilasi yang memadai.
 Presentasi dengan syok hemoragik, vena
leher datar, tidak adanya suara napas
sebelah dan perkusi yang kabur.
Flail Chest

 Kondisi ini biasanya hasil dari trauma


tumpul yang terkait dengan dengan
Multiple Rib fractures, dan didefinisikan
sebagai tiga atau lebih tulang rusuk retak
di dua atau lebih tempat
 Diagnosis dibuat klinis, bukan oleh
radiografi.
 Untuk mengkonfirmasi diagnosis, dinding
dada dapat diamati untuk gerakan
paradoks segmen dinding dada selama
respirasi dan selama batuk.
 Ada risiko tinggi untuk berkembang
menjadi pneumothorax atau
haemothorax.
Trauma Aorta

 Ruptur aorta traumatic merupakan


penyebab umum kematian mendadak
setelah tabrakan mobil atau jatuh dari
ketinggian
 Harus dicurigai secara klinis pada pasien
dengan tekanan nadi yang melebar dan
dinding dada memar.
 Radiografi dada tegak juga dapat
menggambarkan gangguan aorta, temuan
radiologis yang paling umum terjadi ialah
Mediastinum melebar
 Diagnosis dikonfirmasi oleh CT scan
mediastinum
Trauma trakheobronkial
 Emfisema subkutan berat dengan
gangguan pernapasan dapat menyebabkan
gangguan tracheobronkial.
 Chest drain yang ditempatkan pada sisi
yang terkena akan memperlihatkan
kebocoran udara dan collaps paru dapat
menyabkan kegagalan pengembangan
kembali.
Trauma Tumpul Myocard
 Trauma tumpul jantung yang menyebabkan
ketidakstabilan hemodinamik jarang
terjadi.
 Trauma tumpul myokard harus dicurigai
pada pasien dengan trauma tumpul yang
memperliatkan kelainan EKG.
Trauma Diaphragma
 Setiap trauma tembus di ruang interkostal
kelima harus dicurigai luka diafragma dan,
trauma pada bagian perut.
 Ruptur diafragma mudah terlewatkan
 Trauma miokard harus diduga jika ada
kelainan EKG
 Kematian meningkat pesat pada
keterlambatan dalam diagnosis ruptur
esofagus
 Pada kontusion paru berat ventilasi mungkin
diperlukan
Trauma Esofagus
 Sebagian besar trauma esofagus
diakibatkan oleh trauma tembus; trauma
tumpul jarang terjadi.
 Pasien dapat memperlihatkan odynophagia
(nyeri pada menelan makanan atau cairan),
emfisema subkutan atau mediastinum,
efusi pleura, udara di ruang retro-esofagus
dan demam yang tidak dapat dijelaskan.
Kontusio Paru
 Kontusio paru terjadi setelah trauma
tumpul,
 penyebab utama hipoxaemia setelah
trauma tumpul.
 Perkembangan alami dari kontusio paru
adalah memburuknya hipoxemia untuk
24-48 jam pertama.
 Haemoptysis atau darah pada tabung
endotrakeal tanda kontusio paru.
.
Kehilangan darah terus menerus

 Prinsip pertama dari semua kasus adalah


untuk menilai dan mentatalaksana pasien
menurut fisiologis.
 Hilangnya darah lebih dari 1500 mL
menunjukkan potensi untuk terjas shock
kelas III, dan setiap pendarahan yang
sedang terjadi harus ditangani dengan
pembedahan, sesegera mungkin.
Terima Kasih.............................................

Anda mungkin juga menyukai