Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWAT

AN ANAK
AUTISME
Dosen Pengampu : Endang Purwaningsih, S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Daila Rahayu Man Dewi (201701011)


Duwitayati Latifah (201701013)
Herlina Dika Setyarini (201701023)
Riswanda Imawan (201701030)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES MALANG KAMPUS VI PONOROGO
2019/2020
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
PEMBAHASAN

KEPERAWATAN ANAK AUTISME


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Autisme terjadi pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran, di mana jumlah


penderita laki-laki empat kali lebih besar dibandingkan penderita wanita.
(Maulana, mirza. 2008. Anakautis.). Dengan kata lain, anak laki – laki lebih
rentan menyandang sindrom autisma dibandingkan anak perempuan.
Bahkan diprediksikan oleh para ahli bahwa kuantitas anak autisme pada
tahun 2010 akan mencapai 60 % dari keseluruhan populasi anak di seluruh
dunia. Survei menunjukkan, anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan
ekonomi menengah keatas. Ketika dikandung asupan gizi ke ibunya tidak
seimbang.
Gejala-gejala autis mulai tampak sejak masa yang paling
awal dalam kehidupan mereka. Hal ini tampak ketika bayi
menolak sentuhan orang tuanya, tidak merespon kehadiran orang
tuanya, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang tidak
dilakukan oleh bayi-bayi normal pada umumnya. (maulana, mirza.
2008. AnakAutis.). Sebagian besar penderita autism mengalami
gejala-gejala negative skizoprenia, seperti menarik diri dari
lingkungan, serta, serta lemah dalam berpikir ketika menginjak
dewasa. Sebagian besar penderita autis, yakni sekitar 75%
termasuk dalam kategori keterlambatan mental. Tetapi sejumlah
10% dari mereka malah dapat di golongkan sebagai orang jenius.

Sejak autisme mulai dapat dijabarkan dan dikenal


mendunia, berbagai jenis penyembuhan telah dilakuan. Beberapa
implementasi penyembuhan tersebut bukan hanya bersifat psikis,
tetapi juga fisik, mental, emosional hingga fisiologis. Tetapi
penyembuhan yang diterapkan pun dilakukan dengan berbagai
varian teknik, diantaranya teknik belajar dan bermain yang dapat
dilakukan secara verbal maupun non verbal.
Dari beberapa jenis terapi yang telah diimplementasikan secara
meluas, ada yang melibatkan peran serta orang tua dan ada juga yang
tidak. Ada yang dapat dilakukan sendiri oleh orang tua dirumah dan ada
juga terapi yang memerlukan bantuan sejumlah ahli atau terapis. Inti dari
sejumlah terapi tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir berbagai
symptom yang diperlihatkan oleh seorang anak autisme yang tentunya
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkatan sindrom yang
disandang anak. Yang terpenting, terapi yang diberikan kepada setiap anak
autisme hendaknya tetap melibatkan peran serta orang tua secara aktif.
Tujuannya agar setiap orang tua merasa memiliki andil atas kemajuan
yang dicapai anak autisma mereka dalam setiap fase terapi.

Dengan kata lain, orang tua tidak hanya memasrahkan perbaikan


anak autisme kepada para ahli atau terapis tetapi juga turut menentukan
tingkat perbaikan yang perlu dicapai oleh sianak. Dengan demikian, akan
terbentuk suatu ikatan emosional yang lebih kuat antara orang tua dengan
anak autismenya dan hal ini diharapkan akan mendukung perkembangan
emosional dan mental si anak menjadi lebih baik dari sebelumnya.
(Purwati,H,Nyimas.(2009)
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Autisme?
2. Bagaimana etiologi autisme?
3. Apa saja gejala dan tanda autisme?
4. Apa saja masalah keperawatan yang muncul pada autisme?
5. Bagaimana intervensi keperawatan pada autisme berdasarkan NIC NOC?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep Keperawatan
Anak Berkebutuhan Khususn ”Autisme”.
2. Tujuan Khusus
Konsep Medis Autisme :
a. Memperoleh informasi tentang pengertian anak berkebutuhan khusus “autisme”
b. Memperoleh pengetahuan tentang etiologi anak berkebutuhan khusus “autisme”
c. Memperoleh pengetahuan bagaimana gejala dan tanda pada anak berkebutuhan
khusus “autisme”
d. Memperoleh pengetahuan tentang masalah keperawatan , intervensi keperawatan
berdasarkan NIC NOC pada anak berkebutuhan khusus “autisme
Back
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kompetensi yang akan dicapai


Mampu memahami asuhan keperawatan tentang autisme.

B. Skenario / Case Study


Seorang anak perempuan usia 7 tahun dilahirkan dari seorang
ibu yang mengalami toxemia gravidarum, lahir secara secsio
caesaria. Anak mengalami gerakan berulang-ulang, bahasa tidak
dimengerti orang lain, menarik tangan orang terdekat untuk
mengambil sesuatu. Tidak mau menengok apabila dipanggil, asyik
bermain sendiri, dan tidak bisa bergaul dengan teman sebaya.
C. Daftar Unclear Term
D. Daftar Learning Objective
Learning outcomes atau rumusan masalah :
1. Jelaskan definisi autisme
2. Etiologi autisme
3. Sebutkan gejala dan tanda autisme
4. Sebutkan masalah keperawatan pada kasus diatas
berdasarkan Nanda
5. Buat intervensi keperawatan berdasarkan NIC NOC

E. Hasil Brainstoming & Pembahasan Learning Objective


1. Definisi Autisme
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pada anak
yang disebabkan karena gangguan pada sistem syaraf pusat
yang mengakibatkan gangguan dalam komunikasi, interaksi
sosial, dan perilaku (desiningrum, 2016:8)
Menurut Yuwono (2009:26) autis merupakan gangguan
perkembangan neurobiologis yang sangat kompleks atau berat dalam
kehidupan yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek interaksi
sosial, komunikasi, bahasa dan perilaku serta gangguan emosi dan
persepsi sensori bahkan pada aspek motoriknya. Gejala autistik muncul
pada usia sebelum 3 tahun.
Menurut Satra (2011:133) autisme adalah gangguan
perkembangan otak pada anak yang berakibat tidak dapat berkomunikasi
dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dan keinginannya, sehingga
perilaku hubungan dengan orang lain terganggu.
Autism merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang,
berupa sekumpulan gejala akibat adanya kelainan syaraf-syaraf tertentu
yang menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal sehingga
mempengaruhi tumbuh kembang pada beberapa aspek, yaitu antara lain :
komunikasi, kemampuan berinteraksi sosial, dan gerakan motorik baik
kasar maupun halus. Dan gejala-gejala autism terlihat dari adanya
penyimpangan dari ciri-ciri tumbuh kembang anak secara normal yang
sebaya dengannya. (sunu:2012)
Definisi Pemerintah Pusat

Ketika autisma ditambahkan ke dalam IDEA pada tahun 1990, hal itu diartikan :
 Autisma berarti suatu kecacatan perkembangan yang dengan mantap
mempengaruhi komunikasi lisan dan non lisan dan interaksi sosial, pada usia
dibawah 3 tahun, yang berdampak pada perolehan pendidikan pada anak.
Karakteristik lain yang dikaitkan dengan anak autis adalah perulangan
aktifitas, penolakan terhadap perubahan lingkungan atau perubahan rutinitas
harian dan tanggapan yang tak lazim pada perasaan. Istilah tersebut berlaku
jika perolehan pendidikan anak kurang baik karena anak mengalami
gangguan emosional.
 Seorang anak yang memperlihatkan gejala “autis” pada usia di atas 3 tahun
dapat didiagnosa mengalami “autisma” jika kriteria pada paragraf di atas
terpenuhi.
 Definisi ini mengikuti pedoman IDEA, menspesifikasikan beberapa karakter
yang esensial dari siswa dengan gangguan tersebut, di luar kecacatan lain, dan
ketetapan dampak dan perolehan pendidikan. Bagaimanapun, hal itu tidak
menyediakan banyak detil dalam istilah-istilah dari pemahaman banyaknya
jenis siswa yang mungkin mengalami gangguan-gangguan ini.
Definisi Asosiasi Psikiater Amerika

 Karena Gangguan Spektrum Autis umumnya didiagnosa oleh


komunitas medis menggunakan ukuran-ukuran permanen di dalam
Diagnostik and Statistikal Manual of Mental Disorder, edisi ke-4.
Perbaikan teks (Asosiasi Psikiater Amerika, 2000), adalah penting
bahwa anda memahami definisi ini sebagaimana yang disediaka
IDEA. Seperti yang dicatat diawal APA menggolongkan autisma
sebagai jenis Gangguan Perkembangan Peruasif (GPP) yang
ditandai oleh perusakan-perusakan pelemahan di beberapa area
perkembangan; kemampuan interaksi sosial, keterampilan
komunikasi atau pengulangan perilaku, minat dan aktivitas.

 Sub kategori dari gangguan perkembangan peruasif dalam diskusi


ini meliputi gangguan autistik, sindrom asperger, dan gangguan
perkembangan peruasif tidak termasuk yang ditetapkan.
Hasil diagnosa dari gangguan autis disediakan bagi individu
yang menunjukkan penurunan interaksi sosial dan komunikasi,
seperti halnya, perulangan, serta diiringi oleh keterlambatan
mental/retardasi mental.

Dari keterangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


Autisma / Autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total,
dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan
gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku,
dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan
sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari
ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan,
geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
2. Etilogi
Autisme hingga saat ini belum jelas penyebabnya. Dari berbagai
penelitian (Desiningrum, 2016) klinis hingga saat ini masih belum terungkap
dengan pasti penyebab penyebab autisme. Secara ilmiah dibuktikan bahwa autism
adalah suatu kelainan/penyakit yang disebabkan multifaktorial, dengan banyak
ditemukan kelainan pada tubuh penderita. Salah satunya manifestasi alergi.
Pengaruh alergi makanan ke otak tersebut adalah sebagai salah satu pemicu
memperberat penyakit autisme 4. Autisme adalah familial (2% pada saudara
kandung). Abnormalitas kromoson, terutama fragile X, ikut berperan pada
sebagian kecil kasus. Ada pengaruh kondisi fisik saat hamil dan melahirkan, yang
mencakup rubella,sifilis, fenilketonuria, dan tuberuss klerosis. Faktor paska natal
yang ikut berperan mencakupi nfatilespasme, epilepsimioklonik, meningitis
danensefalitis. Pada sekitar 10-30% anakautism, dapat diidentifikasi factor
penyebabnya. ( Anggraini, 2007)

Faktor penyebab anak autisme antara lain faktor genetik, factor


imunologik, factor perinatal, faktor biokimia, dan factor psiko dinamika. Adanya
disfungsi metallothionein atau ketidakmampuan tubuh untuk mengikat logam
berat sehingga berakibat menimbulkan keracunan logam, sebagai contoh tingginya
kandungan merkuri dalam tubuh 2. ( Anggraini, 2007)
Penyebab Autisme diantaranya :

 Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar


dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas
kognitif dan kemampuan bicara).
 Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
 Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
 Cideraotak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif
retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor
psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur
serebellum, lesihipokompus otak depan.
 Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
 Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
( Anggraini, 2007)
Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi
oleh pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur
anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya
kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang
lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan,
bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal
kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-
anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal
terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercenggang pada suara
lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka
yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi
telegramatik.
Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung
menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu.
Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian
perifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh).
Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera
penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya.
3. Gejala dan Tanda Autisme

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang


timbal balik. Minimal harus ada dua gejala
sebagai berikut :
a. Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang
cukup memadai : kontak mata sangat kurang,
ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang
kurang tertuju
b. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan
orang lain
d. Kurangnya hubungan social dan emosional
yang timbal balik
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti
ditujukan oleh minimal satu dari gejala-gejala sbb :

a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak


berkembang (tidak ada usaha untuk mengimbangi
komunikasi dengan cara lain selain bicara).

b. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipergunakan untuk


berkomunikasi.

c. Sering mempergunakan bahasa yang aneh dan diulang-


ulang.

d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan


kurang bisa meniru.
Gejala dapat dibagi atas atas gejala gangguan perilaku dan gangguan intelektual,
dan dapat disertai oleh gangguan fisik.

a. Gangguan perilaku
Yang mencolok ialah interaksi dan hubungan yang abnormal terhadap
lingkungan atau social.
• Anak mungkin telah abnormal sejak lahir ; kurang menunjukan respon,
tidak menikmati sentuhan fisik dan menghindari kontak mata
(pandangan).
• Pada usia 2 – 3 tahun anak tidak mancari orang tuanya untuk bermanja –
manja, kolokan. Dengan bertambahnya usia, abnormalitas lainnya
muncul, misalnya tidak bermain dengan anak lain. Pada usia remaja
individu ini mempunya hubungan yang kurang pas, kurang sadar pada
opini orang lain atau perasaan orang lain.
• Komunikasi verbal (bahasa) non verbal ialah abnormal. Bila kemampuan
bicara berkembang terdapat abnormalisasi, seperti echolalia (mengulangi
kata seperti burung beo) dan neologisme (“kata baru”). Komprehensi dan
ekspresi terlambat dan keterlambatan ini sangan bermakna pada separo
individu yang autistic.Komunikasi non – verbal juga terlibat, misalnya
isyarat melalui gerak – gerik tubuh (gesture) kurang.
• Bermain imajinatif (menggandai, misalnya ia sebagai
pengemudi mobil balap) atau pikiran imajinatif berkurang atau
sedikit, hal ini mungkin karena kurang berkembang pikiran
simbolik pada individu yang autistic. Perilaku motorik yang
sering dijumpai ialah anak yang suka berputar – putar, jalan
jinjit, atau bertepuk tangan.

• Anak yang autis sering mempunyai ritual yang stereotip dan bila
digangu menyebabkan distress dan kadang ia menentang.
Mereka sering terikat pada objek – objek yang “sepele”
misalnya kaleng. Letupan emosional sering terjadi, misalnya
marah, gelisah atau cemas, dan hal ini dapat dicetuskan oleh
masalah yang kecil. Anak autis dapat pula mempunyai masalah
dengan tidur, buang air besar dan buang air kecil.
b. Gangguan Intelektual :
• Kecerdasan sering diukur (eses) melalui perkembangan non –
verbal, karena terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ
dibawah 70 pada 70 % penderita, dan dibawah 50 pada 50 %.
Namun sekitar 5 % mempunyai IQ diatas 100.
• Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran
simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan
yang menonjol di satu bidang, misalnya matematik atau
kemampuan memori. Sekitar seperlima anak autis
berdeteriorasi bidang kognitifnya pada usia remaja.

c. Gangguan Fisik.
Epilepsi didapatkan pada sekitar 15 % pederita remaja, dan
biasanya ringan. Kadang dijumpai gangguan pada fungsi motorik
kasar dan halus dan gangguan ini lebih berat pada mereka dengan
IQ yang lebih rendah.
Ciri khas pada anak autistik:

1. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain.


2. Anak tidak mempunyai empati dan tidak tahu apa reaksi orang
lain atas perbuatannya.
3. Pemahaman anak sangat kurang, sehingga apa yang ia baca
sukar dipahami. Misalnya dalam bercerita kembali dan soal
berhitung yang menggunakan kalimat.
4. Anak kadang mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti
perkalian, kalender, dan lagu-lagu.
5. Anak lebih mudah belajar memahami lewat gambar-gambar
(visual-learners).
6. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelasnya,
seperti sukar bekerjasama dalam kelompok, bermain peran
dsb.
7. Anak sukar mengekspresikan perasaannya, seperti mudah
frustasi bila tidak dimengerti dan dapat menimbulkan tantrum.
Kesulitan-kesulitan anak pada bulan-bulan pertama antara
lain:

a. Kesulitan berkonsentrasi
b. Anak belum dapat mengikuti instruksi guru
c. Perilaku anak masih sulit diatur
d. Anak berbicara / mengoceh atau tertawa sendiri pada saat
belajar
e. Timbul tantrum bila tidak mampu mengerjakan tugas
f. Komunikasi belum lancar dan tidak runtut dalam bercerita
g. Pemahaman akan materi sangat kurang
h. Belum mau bermain dan berkerja sama dengan teman -
temannya. Pada bulan - bulan pertama ini sebaiknya anak
autistik didampingi oleh seorang terapis yang berfungsi
sebagai shadow / guru pembimbing khusus (GPK)
ANY QUESTION ?

Anda mungkin juga menyukai