Disusun oleh
2. Pemeriksaan in vitro
Tes in vitro dilakukan dengan uji fiksasi komplemen dan fungsi
bakterisidal, reduksi NBT atau stimulasi produksi superoksida yang
memberikan nilai enzim oksidatif yang berhubungan dengan
fagositosis aktif dan aktivitas bakterisidal.
8
PENGOBATAN DEFISIENSI IMUN
1. Gambaran Umum : Pengobatan dengan penderita defisiensi imun antara
lain adalah dengan menggunakan antibiotik atau antiviral yang tepat,
pemberiaan pooled human immunoglobulin yang teratur. Transplantasi
sumsum tulang dan transplantasi timus
2. Tujuan Pengobatan : Tujuan pengobatan umumnya adalah untuk
mengurangi kejadian dan dampak infeksi seperti menjauhi subyek dengan
penyakit menular, memantau penderita terhadap infeksi, menggunakan
antibiotic/antiviral yang benar, imunisasi aktif atau pasif memungkinkan dan
memperbaiki komponen system imun yang defektif dengan transfer pasif
atau transplantasi.
3. Pemberian Gama Globulin kepada penderita dengan defisiensi Ig tertentu
(tidak pada defisiensi IgA).
4. Pemberian infuse sitokin seperti IL-2, GM-CSF, M-CSF, dan IFN-y
kepada subyek dengan penyakit tertentu.
5. Transfuse diberikan dalam bentuk neutrofil kepada subyek dengan
defiesiensi fagosit dan pemberian transfeksi dengan gen adonesin
deaminase (ADA) untuk mengobati ACID. 9
PENGOBATAN DEFISIENSI IMUN
11
ETIOLOGI HIV-AIDS
12
PATOGENESIS HIV-AIDS
Infeksi HIV di jaringan memiliki dua target utama yaitu sistem imun
dan sistem saraf pusat.
Selain sel tersebut, makrofag dan sel dendrit juga menjadi target. HIV
masuk ke dalam tubuh melalui jaringan mukosa dan darah
selanjutnya sel akan menginfeksi sel T, sel dendritik da makrofag.
Infeksi kemudian berlangsung di jaringan limfoid dimana virus akan
menjadi laten pada periode yang lama (Kummar, et al. 2014).
13
SIKLUS HIDUP HIV
Siklus hidup HIV berawal dari infeksi sel, produksi DNA virus dan integrasi ke
dalam genom, ekpresi gen virus dan produksi partikel virus. Virus menginfeksi sel
dengan menggunakan glikoprotein envelop yang disebut gp120 (120kD glikoprotein)
yang terutama mengikat sel CD4+ dan reseptor kemokin (CXCR4 dan CCR5) dari sel
manusia. Oleh karena itu virus hanya dapat menginfeksi dengan efisiensi sel CD4+.
Makrofag dan sel dendritik juga dapat diinfeksinya.
Setelah virus berikatan dengan reseptor sel, membran virus bersatu dengan
membran sel pejamu dan virus masuk sitoplasma. Disini envelop virus dilepas oleh
protease virus dan RNA menjadi bebas. Kopi DNA dari RNA virus disintesis oleh
enzim transkriptase dan kopi DNA bersatu dengan DNA pejamu. DNA yang
terintegrasi disebut provirus. Provirus dapat diaktifkan, sehingga diproduksi RNA dan
protein virus. Sekarang virus mampu membentuk struktur inti, bermigrasi ke
membran sel, memperoleh envelop lipid dari sel pejamu, dilepas berupa partikel
virus yang dapat menular dan siap menginfeksi sel lain. Integrasi provirus dapat
tetap laten dalam sel terinfeksi untuk berbulan-bulan atau tahun, sehingga
tersembunyi dari sistem imun pejamu, bahkan dari terapi antivirus.
14
MEKANISME PENURUNAN
IMUNITAS PADA INFEKSI HIV
Infeksi HIV dapat menyebabkan penurunan fungsi sistem imun secara
bertahap, dimana hal itu terjadi karena Deplesi sel T pada infeksi HIV.Deplesi sel T
CD4+ disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Aktivasi kronik dari sel yang tidak terinfeksi. Non-cytopathic (abortif) infeksi HIV
mampu mengaktifkan inflammasome pathways dan memicu bentuk kematian sel
yang disebut pyroptosis.
2. HIV mampu menginfeksi sel di organ limfoid (limfa, limfonodi, tonsil) dan dapat
menyebabkan destruksi progresif di jaringan limfoid.
3. Terjadinya kehilangan immature precusor sel T CD4+ karena infeksi
langsung pada thymic progenitor cells atau karena infeksi sel asesori yang
mensekresikan sitokin yang penting untuk maturasi sel T CD4+
4. Fusi antara sel terinfeksi HIV dan tidak terinfeksi dengan pembentukan syncytia
(giants cells). Sel ini akan mati dalam waktu beberapa jam.
5. Defek kualitatif sel T CD4+ pada individu terinfeksi HIV asimptomatik. (Maartens, et
15
al. 2014, Kummar, et al. 2015).
MEKANISME PENURUNAN
IMUNITAS PADA INFEKSI HIV
• Dengan berbagai proses kematian limfosit T tersebut
terjadi penurunan jumlah limfosit T CD4 secara dramatis
dari normal yang berkisar 600- 1200/mm3 menjadi
200/mm3 atau lebih rendah lagi, sehingga pertahanan
individu terhadap mikroorganisme patogen menjadi lemah
dan meningkatkan risiko terjadinya infeksi sekunder dan
akhirnya masuk ke stadium AIDS.
16
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada orang yang terinfeksi dapat timbul paling cepat 1 sampai 4 minggu
setelah pajanan. Gejala yang timbul dapat berupa malaise, demam, diare, limfadenopati, dan
ruam makulopapular. Beberapa orang mengalami gejala yang lebih akut, seperti meningitis
dan pneumonitis. Selama periode ini, kadar limfosit T CD4 yang tinggi dapat terdeteksi di
darah perifer .
Pada fase akut terjadi penurunan limfosit T yang dramatis dan kemudian terjadi kenaikan
limfosit T karena mulai terjadi respons imun. Jumlah limfosit T pada fase ini masih di atas
500sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 6 minggu terinfeksi HIV.
Setelah terinfeksi HIV akan muncul gejala klinis yaitu demam, banyak berkeringat pada
malam hari, kehilangan berat badan kurng dari 10 %, diare, lesi pada mukosa dan penyakit
infeksi kulit berulang. Gejala-gejala ini merupakan tanda awal munculya infeksii oportunistik.
fase simtomatik. : Terjadi peningkatan jumlah virion secara berlebihan di dalam sirkulasi
sistemik. Respons imun tidak mampu meredam jumlah virion yang berlebihan, sehingga
limfosit semakin tertekan karena intervensi HIV yang semakin banyak. Dari perjalanan
penyakit, jumlah limfosit T CD4 pasien biasanya telah turun di bawah 200 sel/mm3.
Penurunan limfosit T ini mengakibatkan system imun menurun dan pasien semakin rentan
terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Dan disertai pula dengan munculnya
gejala-gejala yang menunjukkan imunosupresi yang berlanjut sampai pasien
memperlihatkan penyakit-penyakit terkait AIDS 17
• CDC mengklasifikasikan infeksi HIV menjadi kategori sebagai
berikut (CDC 2009) :
• 1. Kategori A adalah infeksi HIV asimtomatik, tanpa adanya
riwayat gejala maupun keadaan AIDS.
• 2. Kategori B adalah terdapatnya gejala-gejala yang terkait HIV;
termasuk: diare, angiomatosis basiler, kandidiasis orofaring,
kandidiasis vulvovaginal, pelvic inflammatory disease (PID)
termasuk klamidia, GO, atau gardnerella, neoplasma servikal,
leukoplakia oral (EBV), purpura trombosito-penik, neuropati
perifer, dan herpes zoster.
• 3. Kategori C adalah infeksi HIV dengan AIDS.
• 4. Kategori A1, B1, dan C1 yaitu CD4 >500/ μL.
• 5. Kategori A2, B2, dan C2 yaitu CD4 200-400/ μL.
• 6. Kategori A3, B3, dan C3 yaitu CD4 <200/ μL 18
INFEKSI OPORTUNISTIK PENYEBAB
KEMATIAN TERBESAR PASIEN
TERINFEKSI HIV
Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di antara pasien dengan stadium lanjut
infeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi oleh agen
yang jarang menyebabkan penyakit serius pada individu yang imunokompeten
Infeksi oportunistik biasanya tidak terjadi pada penderita yang terinfeksi HIV hingga
jumlah sel CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000 sel/μl menjadi kurang dari 200
sel/mm3. Penderita dengan jumlah sel CD4 > 200 sel/mm3 memiliki kerentanan
enam kali dalam perkembangan infeksi oportunistik dibandingkan dengan jumlah
sel CD4 > 350 sel/mm3 (Ghate, et a., 2009).
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan peningkatan atau resistensi terhadap
infeksi oportunistik, diantaranya yaitu : terapi immunomodulator, paparan patogen
dan keadaan geografis, usia, komorbid, malnutrisi,
21
PENJELASAN DARI VIDEO
Seseorang yang memiliki HIV, virus begerak melalui darah dan cairan tubuh
lainnya untuk menginfeksi dan membunuh sel–sel darah putih. Target utama
HIV yaitu sel T helper. Sel T helper teridir dari sel CD4 dan sel T. HIV masuk
kedalam sel dengan cara menempel pada co-reseptor (gp120) yang terdapat
pada sel CD4, kemudiaan mengikat co-reseptor dan CD4 agar dapat masuk
kedalam sel.
Setelah masuk kedalam sel, HIV membuat banyak salinan atau replikasi
dirinya sendiri dan kemudian meninggalkan sel T helper untuk menginfeksi sel
lainnya.
HIV menyebar dan membunuh lebih banyak sel-sel darah putih (sel T helper).
Sehingga daya tahan tubuh menurun, akibatnya jenis bakteri lainnya
memanfaatkan ketidak mampuan tubuh untuk mempertahankan diri. Infeksi ini
disebut infeksi oportunistik. Jika seseotang mempunyai infeksi HIV dan satu
atau lebih infeksi oportunistik, maka orang tersebut menderita AIDS
23
PENJELASAN DARI VIDEO
Beberapa infeksi opportunistic terkait AIDS yang umum adalah radang jaringan
yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang yang disebut meningitis,
peradangan otak yang disebut ensefalitis. Penyakit pernafasan, seperti
pneumonia dan TBC. Penyakit usus seperti diare kronis yang disebabkan oleh
parasit menular. Dan kanker seperti sabagai sarcoma Kaposi dan limfoma non-
Hodgkin.
HIV menular dari satu orang ke orang lain melalui cairan tubuh yang terinfeksi.
HIV dapat masuk ke tubuhmu selama hubungan seks tanpa kondom, sambil
berbagi jarum suntik narkoba, saat kamu lahir, saat menyusui dari ibumu, atau dari
terkontaminasi darah atau produk darah.
Meskipun tidak ada obat untuk HIV, obat yang disebut antiretroviral dapat mengurangi
jumlah HIV dalam tubuhmu. Satu kelas pengobatan antiretroviral yang disebut entry
atau fusion inhibitor, mengganggu proses infeksi HIV dengan mencegah virus
menempel pada sel tubuh. Kela-kelas lain dari obat antiretroviral termasuk inhibitor
transcriptase terbalik, inhibitor protease dan inhibitor integrase. Obat ini mencegah
penciptaan, perakitan, dan penyebaran virus baru. Dokter mungkin meresepkan
kombinasi dari kelas obat ini, yang dikenal sebagai terapi antiretroviral yang sanagt aktif
24
atau ART.
PENJELASAN DARI VIDEO
Obat antiretroviral tidak sepenuhnya menghapus HIV dari tubuh, tetapi cukup
memperlambat HIV, sehingga tubuh dapat mengaktifkan system kekebalan
tubuh untuk melawan infeksi. Tes darah secara teratur akan memberi tahu
dokter seberapa efektif obat antiretroviral untuk mengendalikan HIV. Jika
jumlah sel T pembantu cukup tinggi dalam sempel darah, maka obat yang
diminum bekerja. Perawatan untuk infeksi oportunistik AIDS adalah obat
khusus untuksetiap jenis infeksi. Sebagai contoh dokter anda mungkin
meresepkan antibiotic jika anda menderita radang paru-paru atau TBC.
Untuk menghindari atau menyebarkan infeksi HIV, ketahui status HIV anda dan
status pasangan anda dengan dites secara teratur. Cara yang paling efektif untuk
mencegah infeksi HIV adalah untuk menghindari hubungan seks vaginal dan
anal. Saat melakukan aktivitas seksual, kamu akan cenderung tertular HIV jika
kamu hanya berhubungan seks dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi, atau
menggunakan kondom untuk perlindungan. Hindari menggunakan obat-obatan
terlarang suntik, atau berbagai jarum suntik, hindari penyalahgunaan obat-obatan
atau alcohol, karena kamu akan lebih cenderung terlebih dalam perilaku seksual
yang tidak aman. 25
TERIMAKASIH
Disusun oleh :
Ni’matul Khoeriyah
NIM : 17330100
Kelas A
26