Anda di halaman 1dari 12

Nama kelompok 3 :

 Erika Chelensky Gufana 2330017008


 Ukhi Ade Irma Rahmadhan 2330017013
 Brilliadinda Fansya 2330017022
 Anisa Rahma Pramoedyo 2330017023
 Berliantin Audina Khabibah 2330017025
 Devi Nur Ariska 2330017030
 Dias Andhaningtyas 2330017031
 Hena Eka Fatmawati 2330017033
 Rahmiatus Akbila 2330017039
 Erricha Darin Irbah 2330017044
 Putri Puspita Sari 2330017051
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk
menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi ( Smeltzer and Bare, 2002 ). Keperawatan
perioperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan
yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu :
 Fase preoperatif,

 Fase intraoperatif,

 Fase pascaoperatif.

Masing-masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir


pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa yang membentuk
pengalaman bedah dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan oleh perawat dengan
menggunakan proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan dukungan
dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien
sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan
prima.
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth )
seperti :
 Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi
eksplorasi.
 Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau
mengangkat apendiks yang inflamasi.
 Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipel.
Memperbaiki luka pada pasien diabetes
 Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah.
 Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau
memperbaiki masalah, contoh ketika selang gastrostomi
dipasang untuk mengkompensasi terhadap kemampuan
untuk menelan makanan.
 Risiko yang berhubungan dengan kondisi pasien
 Risiko yang berhubungan dengan prosedur
pembedahan
 Risiko yang berhubungan dengan fasilitas termasuk
sumber daya manusia di rumah sakit
 Risiko yang berhubungan dengan obat atau teknik
anestesi.
 Tindakan pembedahan dilakukan dengan berbagai
indikasi, yaitu diagnostic, kuratif, reparative,
rekrontuktif dan palliative
 Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan,
maka tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan
menjadi 5 tingkatan, yaitu kedaruratan, urgen,
diperlukan, elektif dan pilihan.
 Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan
pembedahan dibagi menjadi 2 yaitu minor dan mayor
 Pengaruh langsung dari obat anestesi terhadap
sekresi hormon-hormon seperti ACTH, Kortisol,
antideuretik, tiroid, katekolamin, sistem renin-
angiotensin, aldosteron, insulin, dan metabolisme
glukosa.
 Pengaruh langsung dari obat anestesi terhadapa
sistem respirasi dan kardiovaskular
1. Rumah/Klinik: 3. Ruang operasi :
 Melakukan pengkajian perioperatif awal  Mengkaji tingkat kesadaran klien.

 Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai  Menelaah ulang lembar observasi pasien (rekam medis)
dengan kebutuhan pasien  Mengidentifikasi pasien
 Melibatkan keluarga dalam wawancara.  Memastikan daerah pembedahan
 Memastikan kelengkapan pemeriksaan pra operatif 4. Perencanaan :
 Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan  Menentukan rencana asuhan
perawatan pasca operatif
 Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai
2. Unit Bedah : (contoh: Tim Operasi).
 Melengkapi pengkajian praoperatif 5. Dukungan Psikologis :
 Koordianasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf  Memberitahukan pada klien apa yang terjadi
keperawatan lain.
 Menentukan status psikologis
 Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan
hal-hal yang diperkirakan terjadi.  Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang
merugikan, seperti : nyeri.
 Membuat rencana asuhan keperawatan
 Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggota tim
kesehatan yang lain yangberkaitan.
1. Masalah Gizi Pada Peroperatif
 Pra bedah berencana : Puasa lebih dari 24 jam akan terjadi proses katabolik yang menghabiskan
cadangan glycogen hati dan otot & gluconeogenesis sehingga perlu penatalaksaan nutrisis yang
adekuat
 Pembedahan : Terjadi proses penyembuhan luka menyebabkan perubahan metabolik akibat reaksi
endokrin yang kompleks sehingga perlu penatalaksanaan nutrisi yang adekuat
 Pasca Bedah : Tergantung berat ringannya pembedahan, keadaan gizi pasien prabedah, dan pengaruh
pembedahan terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorbsi zat-zat gizi

2. Tatalaksana Diet Pra Bedah


 Tujuan Diet : Mengusahakan agar status gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat
pembedahan, sehingga tersedia cadangan untuk mengatasi stress dan penyembuhan luka
 Prinsip Diet : TETP
 Syarat Diet :
a. Energi : Bagi pasien dengan status gizi kurang diberikan ebanyak 40-45 kkal/kg BB, Bagi pasien
yang status gizi baik diberikan sesuai dengan kebutuhan energi normal ditambah faktor stress
sebesar 15% dari AMB
b. Protein tinggi 1,5-2,0 g/kg BB sebagai cadangan untuk proses penyembuhan luka post operasi
c. Lemak cukup, yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total.
d. Karbohidrat cukup, terutama vitamin B (membantu metabolisme), C (antioksidan &
penyembuhan luka), dan K (penyembuhan luka)
Tatalaksana Diet Pasca Bedah
Tujuan Diet :
 Mengupayakan agar status gizi pasien segera kembali normal

 Untuk mempercepat proses penyembuhan

 Meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut:

 Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi dan protein)

 Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

 Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

Prinsip Diet: TETP


Syarat Diet:
 Mengandung cukup energi, protein, lemak dan zat-zat gizi

 Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam, dll)

 Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin

 Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan makan penderita

 Memberikan makanan secara bertahap mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah
KESIMPULAN Brunner & Suddart (Alih bahasa
Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3.
Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk Jakarta :EGC
menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi. Keperawatan perioperatif merupakan Boedihartrono. 1994. Proses
istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi Keperawatan di Rumah Sakit.
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Jakarta.
Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga http://makalah-kesehatan-
fase pengalaman pembedahan, yaitu fase preoperatif, fase intraoperatif, online.blogspot.com/2009/01/kons
dan fase pascaoperatif. Tata laksana diet pada pasien perioperatif ep-dasar-keperawatan-
dengan menggunakan prinsip diet TETP yang bertujuan untuk perioperatif.html, di akses 16 Mei
mempercepat proses penyembuhan luka. 2011
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4 volume 1.EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai