Anda di halaman 1dari 85

CASE REPORT SESSION

HANIFAH AMALIA MUHAJIR 12100117027


HILMAN TRIYADI KUSUMAH 12100117059

dr.Nuniek Karismawati., Sp,OG

SMF ILMU OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI


RSUD AL IHSAN
2018
IDENTITAS PASIEN DAN PASANGAN

•ISTRI •SUAMI
Nama : Ny. MR  Nama : Tn. RI
Usia : 32 tahun  Usia : 32 tahun
Alamat : Ciparay  Alamat : Ciparay
Pendidikan : SMA  Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta  Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam  Agama : Islam
Lama Menikah : 2 tahun
Tanggal masuk : 15/10/18
Tanggal Pemeriksaan: jumat, 17/10/18
Keluhan Utama :
Mentsruasi yang memanjang
ANAMNESIS
P0A0 datang ke IGD kebidanan RSUD Al-Ihsan Bandung dengan
keluhan menstruasi memanjang, setiap menstruasi terjadi selama 10-15
hari. Keluhan sudah dialami pasien selama 1 tahun yang lalu.
Perdarahan menstruasi yang banyak, menghabiskan >4 pembalut
dalam 1 hari. Darah yang keluar berupa gumpalan darah berwarna
merah kehitam-hitaman. Keluhan tersebut disertai nyeri (+). Nyeri
dirasakan terus menerus selama haid dan tidak membaik ketika
meminum obat. Pasien merasa ada benjolan diperut bawah (+). pasien
mengeluhkan Pusing (+) dan lemas badan (+) sejak 1 minggu SMRS,
sesak(-), mudah lelah (-) dan mudah letih (-) disangkal oleh pasien.
Pasien mengatakan ketika pasien berhubungan seksual dengan
suaminya, keluar darah dari jalan lahir. Pasien juga mengeluhkan
adanya kesulitan BAB sejak 4 hari SMRS. BAK normal.
• Riwayat penyakit sebelumnya : keluhan ini merupakan keluhan
yang pertama kali dialami oleh pasien

• Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga pasien yang


memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Obstetrik
• P0A0 pasien mengatakan tidak pernah hamil sebelumnya.
Pasien telah menikah selama 2 tahun. 1 tahun pertama
pernikahan pasien aktif berhubungan seksual dengan
pasangannya, tetapi 1 tahun terakhir pasien tidak pernah lagi
berhubungan seksual.
RIWAYAT PERNIKAHAN
• Menikah : pertama kali
• Istri awal menikah : 30 tahun
• Suami awal menikah : 30 tahun
• Lama Menikah : 2 tahun
RIWAYAT MENSTRAUSI
• HPHT : 11 oktober 2018 (sedang menstruasi hari ke 5)
• Siklus haid : tidak teratur
• Banyaknya darah : >4 ganti pembalut/hari
• Nyeri haid : ada
• Lama haid : 10-15 hari
• Menarch : 15 tahun
RIWAYAT KONTRASEPSI
• Pasien mengaku tidak pernah menggunakan kontrasepsi selama
menikah.
TANDA – TANDA VITAL
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital :
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 84 kali / menit
- Respirasi : 22 kali / menit,
- Suhu : 36,7O C
- Berat badan : 48 kg
- Tinggi Badan : 152 cm
- BMI : 20,77
PEMERIKSAAN FISIK
KULIT : Kering (-), tidak tampak kusam (-), sianosis (-),
ikterik (-), ptechiae (-), ecchymosis (-) tampak pucat
OTOT : Atrofi (-), hipertofi(-)
TULANG : Deformitas (-)
SENDI : Edema (-), Eritema (-), ROM tidak terbatas
KEPALA
Bentuk : Normocephalic, simetris.
Mata : Simetris, pupil bulat isokor, sklera tidak ikterik, konjungtiva
anemis, refleks cahaya (+/+), edema palpebral (-/-)
Hidung : Bentuk normal, simetris, deviasi septum (-/-)
Telinga : Bentuk dan letak normal, simetris, sekret (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
MULUT:
Bibir : lembab
Gusi : Hiperemis (-), edema (-), darah (-)
Lidah : Typhoid tongue (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)

LEHER
JVP : Tidak dilakukan
Kel. Tiroid : Tidak terdapat pembesaran kel. tiroid
KGB : Tidak terdapat pembesaran KGB
PEMERIKSAAN FISIK

THORAX ANTERIOR THORAX ANTERIOR


PARU-PARU JANTUNG

Inspeksi : Bentuk dada normal, Palpasi : Ictus cordis teraba


pergerakan dada simetris pada ICS V midclavicular line sinistra,
Auskultasi : VBS +/+, wheezing -/-, thrill (-)
ronchi -/- Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi: S1 dan S2 murni, regular,
murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK

⊡ ANOGENITAL : EKSTRIMITAS :
Tidak dilakukan • Bentuk normal
• Tidak ada deformitas
⊡ Pemeriksaan Inspekulo: • Akral hangat
Tidak dilakukan • CRT <2 detik

⊡ Pemeriksaan Dalam: Fungsi Motorik :

Tidak dilakukan 5/5/5/5


Hasil Lab tanggal 15/10/18
• HB : 2,8 g/dL
• Leukosit : 6700 sel/uL
• Eritrosit : 1,86 juta/uL
• HT : 11,6 %
• Trombosiit : 544.000 sel/uL
Hasil USG tanggal 15/10/18
DIAGNOSIS :
PUA + Anemia e.c Mioma Uteri + Infertilitas Primer
FOLLOW UP
FOLLOW UP Tanggal 16 Oktober 2018, 06.00 WIB
S : P0A0 merasa menstruasi banyak selama 7 hari. A : Perdarahan Uterus Abnormal + Anemia
Menghabiskan 3 pampers (untuk anak). Perdarahan sejak e.c Mioma Uteri
sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan di perut bawah (+). Pasien
mengeluhkan sulit BAB sejak 4 hari. Pusing (-), Lemas (+),
Dada berdebar (-).

O : Ku: baik Lab : 15 Oktober 2018 P : Transfusi 2 labu PRC


Kesadaran : CM Hb : 2,8 gr/dL Cek HB post transfusi (besok)
TD : 100/75 mmHg Leukosit : 6.700 sel/µL Rencana USG
HR : 82x/menit Eritrosit 1,86 juta/µL Terapi Lanjut :
R : 18x/menit Hematokrit : 11,6% - Asam Tranexamat 3x500mg
S : 36,7°C Trombosit : 544.00 sel/µL - Lasix (post 3 labu)
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik - Ca Gluconas (post 4 labu)
Leher : Lymphadenopathy (-), Tiroid tidak membesar, JVPtidak
meningkat
COR : BJ SI SII murni, reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : VBS +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Massa di perut bawah (berbatas tegas, keras, nyeri
tekan (+), ukuran 5x4 cm), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT>2’’
FOLLOW UP Tanggal 17 Oktober 2018, 05.30 WIB
S : Pasien merasa perdarahannya berkurang. 1 hari A : Perdarahan Uterus Abnormal + Anemia e.c
menggunakan 1 pembalut. Pusing (-), lemas (-), dada Mioma Uteri
berdebar (-), mules-mules (-), nyeri perut (-).

O : Ku: baik Lab : 17 Oktober 2018 P : R/Myomectomy tanggal 18 Oktober 2018


Kesadaran : CM Hb : 9,2 gr/dL Injeksi Cefotaxim 1 gr Pre-OP
TD : 110/60 mmHg Leukosit : 6.880 sel/µL Sedia darah 2 labu
HR : 87x/menit Eritrosit 3,83 juta/µL
R : 22x/menit Hematokrit : 30,3%
S : 36,5°C Trombosit : 425.000 sel/µL Tidak dilakukan transfusi lagi,
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik Hb 9,2 gr/Dl
Leher : Lymphadenopathy (-), Tiroid tidak membesar, JVP Stop Asam Tranexamat
tidak meningkat
COR : Bunyi Jantung SI SII murni, reguler, gallop (-),
murmur (-)
Pulmo : VBS +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Massa di perut bawah (berbatas tegas,
keras, nyeri tekan (+), ukuran 5x4 cm), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT>2’’
FOLLOW UP Tanggal 18 Oktober 2018, 06.00 WIB

S : Pasien merasa cemas akan melaksanakan operasi hari ini. A : Perdarahan Uterus Abnormal + Anemia
Tidak bisa tidur. Perdarahan berkurang, 1 pembalut dalam e.c Mioma Uteri
sehari. Nyeri perut bawah (+). Nyeri saat BAK (+). Mual (+),
muntah (-), demam (-).

O : Ku: baik P : Post Myomectomy + Hysterorafi Mioma


Kesadaran : CM Geburt
TD : 110/80 mmHg - Rencana Transfusi 3 labu
HR : 92x/menit - Target sampai dengan Hb ≥ 8 gr/dL
R : 18x/menit - Puasa sampai dengan BU (+)
S : 36°C - Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik - Injeksi Asam Tranexamat 3x250 mg IV
Leher : Lymphadenopathy (-), Tiroid tidak membesar, JVP tidak - Drip Metronidazole 3x1 fls
meningkat - Kaltrofen supp 3x1
COR : Bunyi Jantung SI SII murni, reguler, gallop (-), murmur (-) - Mobilisasi
Pulmo : VBS +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Massa di perut bawah (berbatas tegas, keras, nyeri
tekan (+), ukuran 5x4 cm), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT>2’’
LAPORAN OPERASI
1. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik
2. Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang ±15cm
3. Sekat peritoneum dibuka, tampak uterus besar ukuran dalam batas normal.
Adnexa kanan tidak ada kelainan, adnexa lain tampak tba dan ovarium melekat
pada dinding lateral kiri uterus. Tampak daerah cavum douglas membesar
padat, kenyal, rata, meneka ke arah anterior dinding vesicouterina. Dan
peritoneum perlengketan cavum douglas dengan sebagian colon, dilakukan
adhesiolisis
4. Kesan mioma geburt diputuskan. Dilakukan miomektomi
5. Plikavesicouterina dipisahkan dari vesikourinari ke caudal ditahan dengan
retraktor abdomen
LAPORAN OPERASI
6. Dilakukan insisi corporal pada uterus anterior. Setelah dibuka penutup tangkai, massa
di inseksi di fundus dengan massa putih padat kenyal, meluas kebawah cervix dan
vagina sebesar O 15X10X10 cm. Permukaan berbenjol-benjol. Perlekatan ke dinding
endometrium dan portio, dilakukan ashesiolisis.
7. Dilanjutkan miomektomi bertahap, sampai massa terangkat seluruhnya
8. Perlukaan dirawat, vagina ante dan portio ante djahit satu-satu
9. Dilanjutkan histerorafi anterior uterus dengan jelujir, perlukaan dirawat
10. Massa abdomen dibersihkan dan di cuci dengan NaCL
11. Kulit dijahit subkutikuler
12. Perdarahan ±800cc
13. Diuresis ±50cc
FOLLOW UP Tanggal 19 Oktober 2018, 06.00 WIB – POD 1

S : Pasien merasakan nyeri pada luka bekas operasi (+). Pasien A : Post Myomectomy +
dapat tidur. BAK terpasang kateter, BAB (-), Flatus (-). Hysterorafi Mioma Geburt
Rembesan luka (-). Perdarahan dari jalan lahir (-). Lemas (+),
Pusing (-). Pandangan buram (-)
O : Ku: Tampak Sakit Sedang Lab : 19 Oktober 2018 P : - Transfusi 2 labu PRC
Kesadaran : CM Hb : 8,7 gr/dL - Test Feeding
TD : 100/70 mmHg Leukosit : 13.800 sel/µL - Mobilisasi
HR : 74x/menit Eritrosit 3,35 juta/µL - Injeksi Asam Tranexamat
R : 18x/menit Hematokrit : 27,7% STOP
S : 36,5°C Trombosit : 288.000 sel/µL - Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik - Drip Metronidazole 3x1 fls
Leher : Lymphadenopathy (-), Tiroid tidak membesar, JVP - Kaltrofen supp 3x1
tidak meningkat - Injeksi Furosemid 1 amp IV
COR : Bunyi Jantung SI SII murni, reguler, gallop (-), murmur (-) (pagi)
Pulmo : VBS +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Datar, Rembesan luka (-), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT>2’’
Urin Output : 660 cc/24jam
FOLLOW UP Tanggal 20 Oktober 2018, 06.00 WIB – POD 2

S : Pasien merasakan nyeri pada luka bekas operasi A : Post Myomectomy +


berkurang. Pasien dapat tidur. BAK terpasang kateter, BAB (-), Hysterorafi Mioma Geburt
Flatus (+). Rembesan luka (-). Perdarahan dari jalan lahir (-).
Lemas (+), Pusing (-). Demam (-), Mual (-), Muntah (-),
Pandangan buram (-)
O : Ku: Tampak Sakit Sedang Lab : 20 Oktober 2018 P : - Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
Kesadaran : CM Hb : 10 gr/dL - Drip Metronidazole 3x1 fls
TD : 100/80 mmHg Leukosit : 8700 sel/µL - Kaltrofen supp 3x1
HR : 76x/menit Eritrosit 3,85 juta/µL - Injeksi Furosemid 1 amp IV
R : 18x/menit Hematokrit : 32,6% (pagi)
S : 36,5°C Trombosit : 309.000 sel/µL - Cefixime 2x200 mg
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik - Asam Mefenamat 3x1
Leher : Lymphadenopathy (-), Tiroid tidak membesar, JVP - Nonemi 1x1
tidak meningkat
COR : BJ SI SII murni, reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : VBS +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Datar, Rembesan luka (-), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT>2’’
Urin Output : 600 cc/24jam
FOLLOW UP Tanggal 20 Oktober 2018, 06.00 WIB – POD 3

S : Pasien merasakan nyeri pada luka bekas operasi A : Post Myomectomy +


berkurang. Pasien dapat tidur. BAK (+) kateter telah terlepas, Hysterorafi Mioma Geburt
BAB (+), Flatus (+). Rembesan luka (-). Perdarahan dari jalan
lahir (-). Lemas (+), Pusing (-). Demam (-), Mual (-), Muntah (-),
Pandangan buram (-)
O : Ku: Tampak Sakit Sedang P : BLPL
Kesadaran : CM - Cefixime 2x200 mg
TD : 120/80 mmHg - Asam Mefenamat 3x1
HR : 88x/menit - Nonemi 1x1
R : 18x/menit
S : 36,8°C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Lymphadenopathy (-), Tiroid tidak membesar, JVP tidak
meningkat
COR : Bunyi Jantung SI SII murni, reguler, gallop (-), murmur (-)
Pulmo : VBS +/+, rh -/-, wh -/-
Abdomen : Datar, Rembesan luka (-), BU (+)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT>2’’
Diagnosis Akhir

Post Myomectomy + Hysterorafi MIOMA Geburt +


mioma cervical + Anemia + Infertile Primer
TATALAKSANA PASIEN
• Transfusi 3 labu PRC • Tindakan Bedah
• Asam Tranexamat 3x500mg Miomektomi
• Lasix Histerorafi
• Ca Gluconas
• Target sampai dengan Hb ≥ 8 gr/dL
• Injeksi Cefotaxim 2x1 gr
• Injeksi Asam Tranexamat 3x250 mg IV
• Drip Metronidazole 3x1 fls
• Kaltrofen supp 3x1
• Injeksi Furosemid 1 amp IV (pagi)
• Cefixime 2x200 mg
• Asam Mefenamat 3x1
• Nonemi 1x1
PEMBAHASAN
DEFINISI
KASUS TEORI
Pada pemeriksaan fisik Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan
didapatkan Massa di perut fibromioma, fibroid, atau leiomioma
bawah (berbatas tegas, merupakan neoplasma jinak yang berasal
keras, nyeri tekan, ukuran dari otot polos uterus dan jaringan ikat
5x4cm) yang menumpanginya. Mioma uteri
berbatas tegas, tidak berkapsul, dan
berasal dari otot polos jaringan fibrous
sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi
padat jika jaringan ikatnya dominan, dan
berkonsistensi lunak jika otot rahimnya
yang dominan
EPIDEMIOLOGI
KASUS TEORI
Perempuan • Insidens mioma uteri adalah sebesar 20-25%
Usia 32 Tahun wanita usia subur, bervariasi berdasarkan usia
Nullipara dan ras. Sekitar 10% mioma uteri masih tumbuh
setelah menopause.

• Pasien Mioma Uteri Di RSUD Dr. Moewardi


Surakarta tahun 2009 – 2010
Pasien Mioma Uteri :
Prevalensi berdasarkan usia
- 61,40% pada usia 41 – 50 tahun
- 17,54% pada usia 31 – 50 tahun
Prevalensi berdasarkan paritas
- Nullipara 24,56 %
ETIOLOGI
KASUS TEORI
HPHT : 11 oktober 2018 Hormon :
(sedang menstruasi hari 1. Estrogen : Dijumpai setelah
ke 5) menarche. Mioma uteri akan
mengecil pada saat menopause.
Pada mioma reseptor estrogen dapat
ditemukan sepanjang siklus
menstruasi, tetapi ekskresi reseptor
tersebut tertekan selama kehamilan.
2. Progesteron : Untuk menghambat
pertumbuhan mioma dengan dua
cara  17-β Hidroxydesidrogenase
dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada mioma
ETIOLOGI
KASUS TEORI
Seluler :
1. Translokasi kromosom 12, delesi
kromosom 3q dan 7 q
2. Paparan HGMA2, ESR2, RAD5, MED12
3. Growth Factors : TGF-β, Epidermal
growth factor, Vascular endothelial
growth factor, IGF
FAKTOR RISIKO
KASUS TEORI
- Aktifitas terbatas, Danforth’s : Konsep Teori
karena trauma dengan - Tidak muncul sebelum pubertas
perdarahan - Berkurang angka kejadian setelah menopause
- BMI : 20,77 - Paparan reseptor sex steroid (estrogen,
- Sedang menstruasi progesteron)
hari ke 5 - Ukuran meningkat selama kehamilan saat estrogen
dan progesteron tinggi

Life Style (NCBI)


- Obesitas
- Lack of exercise
- Smoking
- High BMI (Setiap peningkatan 10 kg BB  20%
meningkatkan risiko)
Klasifikasi
Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat dibawah endometrium

Sering menyebabkan perdarahan yang banyak

Sering mempunyai tangkai yang panjang


sehingga menonjol melalui serviks atau vagina

Kemungkinan terjadinya degenerasai sarcoma


lebih besar pada jenis ini.
Mioma Intramural

Terletak pada miometrium

Ukuran besar atau multiple dapat menyebabkan


pembesaran uterus dan berbonjol bonjol

Paling banyak ditemukan


Mioma Subserous
Letaknya di bawah tunika serosa

Timbul di antara dua ligamentum latum, merupakan mioma


intraligamenter yang dapat menekan ureter dan arteri iliaca

Vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan


perdarahan intraabdominal
Mioma Geburt

Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma


submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat
keluar dari rongga uterus ke vagina, dkenal dengan nama
Mioma Geburt atau mioma yang dilahirkan. Mioma jenis ini
mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark.
TANDA DAN GEJALA
KASUS TEORI
- Menstruasi yang memanjang Menorrhagia
- >4 kali ganti pembalut Dysmenorrhea
- Nyeri menstruasi Pelvic pressure
- Konstipasi 4 hari SMRS Urinary frequency
- Belum memiliki anak Constipation
Dyspareunia
Infertility
Abdominal distension
Mioma Cervical
Mioma servikal merupakan neoplasma ginekologi yang
jarang, hanya sekitar 0,4% dari seluruh mioma.
TANDA DAN GEJALA
KASUS TEORI
- Menstruasi yang memanjang Vaginal bleeding
- >4 kali ganti pembalut Dyspareunia
- Setelah berhubungan seksual Infertility
dengan suaminya, keluar Post-coital bleeding
darah dari jalan lahir
Gejala Lain
• Akibat tekanan
• kandung kemih  bladder irritability, polakisuria, dan disuria.
• uretra  retensi urin  lanjut: hidroureteronefrosis.
• rektum konstipasi dan kadang-kadang sakit pada waktu
defekasi.
Diagnosa
 Anamnesis
 Teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan
bertambah panjang
 Riwayat perdarahan per vaginam terutama pada perempuan
di usia 40an,
 Kadang dikeluhkan juga perdarahan kontak. Mungkin terdapat
gangguan haid berupa menoragi, metroragi atau dismenore.
 Gangguan akibat penekanan tumor yaitu berupa disuri,
polakisuri, retensi urin, konstipasi.
• Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan abdomen luar
kemungkinan tidak didapatkan kelainan,
namun dapat juga ditemukan pada palpasi
bimanual uterus yang bentuknya tidak regular,
tidak lunak atau penonjolan yang berbenjol-
benjol yang keras pada palpasi.
• Pada pemeriksaan Ginekologik
teraba massa yang keluar dari OUE, lunak,
mudah digerakkan, bertangkai serta mudah
berdarah. Melalui pemeriksaan inspekulo
terlihat massa keluar OUE berwarna pucat.
Pemeriksaan dengan USG ( Ultrasonografi )
transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam
menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi
transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang
kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik
diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal.
Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran
ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas
kontur maupun pembesran uterus
penatalaksanaan
1. Konservatif
Dilakukan pada leiomyomas kecil asimptomatik denga
pemeriksaan rutin setiap 4 – 6 mulan.
2. Medikamentosa
• Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan
pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada
saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan
atau terapi pengganti sementara dari operatif.
• Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa
adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon Agonis),
progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan
amantadine.
3.Operatif
A. Dilakukan bila ukuran uterus lebih dari gravida 12 minggu dn atau
disertai penyulit seperti perdarahan, torsi, infeksi, degenerasi,
gejala penekanan akibat tumor, atau infertilitas.
B. Dilakukan miomektomi bila fungsi reproduksi masih diinginkan,
atau histerektomi bila pertumbuhannya cepat atau tidak
diperlukan lagi fungsi reproduksi,

Bila pasien yang menolak pembedahan dan tanpa keluhan dapat


dicoba diberikan terapi hormon, seperti Progesteron dan GnRH
analog
• Indikasi Operasi Indikasi bedah untuk mioma uteri menurut American College of
Obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine
(ASRM):
1. Perdarahan uterus yang tidak responsif terhadap terapi konservatif
2. Dugaan adanya keganasan
3. Pertumbuhan mioma pada massa menopause
4. Infertilitas karena gangguan pada kavum uteri ataupun karena oklusi tuba
5. Nyeri dan penekanan organ lain yang sangat menganggu
6. Gangguan berkemih ataupun obstruksi traktus urinarius
7. Anemia akibat perdarahan
Rangkuman
OPERASI
Miomektomi
•Miomektomi dilakukan bila masih menginginkan keturunan. Ukuran 0,5
hingga 2,0 cm
Histerektomi
• Dilakukan pada mioma yang besar dan multipel.
Histeroskopi
• Pembedahan yang dilakukan dengan kauterisasi melalui vagina
menggunakan alat histeroskopi Dapat dilakukan pada jenis mioma0,1,
atau 2submukosa dengan ukuran 4-5cm.
Laparoskopi
• Laparoskopi digunakan untuk membedah mioma subserosa maupun
intramural. Keuntungan : menurunkan kejadian perdarahan, lebih cepat
dalam penyembuhan, mengurangi postoperative pain.
Laparotomi
• Dilakukan jika ada komplikasi adhesi Intra-abdominal dan atau operator
tidak percaya diri dengan kemampuan laparoskopi. Dapat dilakukan
pada ukuran myoma >20 cm.
HISTERORAFI
DEFINISI
• Histerorafi adalah menjahit robekan yang terjadi pada uterus.

• Histerorafi adalah tindakan operatif dengan mengeksidir luka dan dijahitdengan


sebaik-baiknya. Jarang sekali bisa dilakukan histerorafia kecuali bilaluka robekan masih
bersih dan rapi pasiennya belum punya anak hidup.
INDIKASI
Walaupun terapi yang terbaik pada ruptur uteri adalah histerektomi , namun
pada beberapa kasus tertentu kadang-kadang masih dapat dikerjakan hanya dengan
menjahit saja robekan tersebut. histerorafi dapat dilakukan bila robekan masih baru,
permukaan luka masih segar, tidak terlalu hebat dan besar, serta umur ibu masih muda ,
belum mempunyai anak, tidak ada tanda infeksi.
Perubahan sekunder pada mioma:
• Degenerasi hialin.
• Yang paling sering terjadi.
• Dapat mengenai seluruh atau sebagian mioma.

• Degenerasi kistik.
• Degenerasi hialin dapat mengalami pencairan, sehingga seluruh tumor
jadi lembek, seolah-olah menyerupai uterus yang gravid atau kista
ovarium.

• Kalsifikasi.
• Terjadi bila ada gangguan sirkulasi terutama pada wanita tua.
• Dalam bentuk yang ekstrim dapat jadi keras seperti batu (wombstone).
• Dengan pemeriksaan radiologi dapat dilihat adanya kalsifikasi.
• Infeksi dan supurasi.
• Banyak terjadi pada jenis submukosa karena adanya ulserasi.

• Nekrosis
• Disebabkan gangguan sirkulasi darah atau infeksi yang hebat atau
torsi dari tangkai tumor.
• Jenis nekrosis yang menarik disebut "carneous atau red
degeneration".
• Terutama ditemukan pada wanita hamil.
• Penyebabnya belum diketahui dengan pasti.

• Degenerasi lemak.
• Jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang
lanjut.

• Degenerasi sarkoma
• Jarang terjadi.
MIOMA UTERI DALAM KEHAMILAN

Mioma  menurunkan fertilitas, tapi tidak jarang terdapat kasus


mioma yang disertai dengan kehamilan dan disusul dengan
persalinan yang normal.
Wanita yang masih ingin mempunyai anak  miomektomi.
Angka kehamilan setelah miomektomi  25-40%.
Berhasil/tidaknya miomektomi tergantung:
1. Besarnya mioma.
2. Mioma soliter atau multiple.
3. Lokalisasinya.
Pengaruh Mioma Uteri Terhadap Kehamilan
1. Abortus
2. Premature Labor
3. Malpresentation
4. Failure to engagement
5. Unusual pain or tenderness
6. Dystocia
7. Postpartum Hemorrhage
Anemia
ANEMIA
KASUS
TEORI TEORI KASUS
• Anemia adalah penurunan jumlah masa • Kriteria Indonesia : anemia HB<10 g/dl
eritrosit (red cell mass) sehingga tidak • HT <30%
dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa oksigen dalam jumlah yang
cukup ke jaringan perifer. • HB pasien : 2,8 g/dl
• Kriteria anemia WHO • HT : 11,6 %
TEORI KASUS
Anemia gravis adalah nilai konsentrasi Hb ≤ 7 Pada pasien ini nilai HB awal masuk 2,8 g/dl
g/dL selama 3 bulan berturut-turut atau lebih. tetapi untuk waktu tidak bias ditentukan
sejak kapan HB 2,8 g/dl.
Anemia gravis timbul akibat penghancuran
sel darah merah yang cepat dan hebat. Pada pasien ini terjadi anemia disebabkan
Anemia gravis lebih sering dijumpai Karena perdarahan (menometrhroragia).
pada penderita anak-anak.
Anemia kronis dapat disebabkan oleh: Pasien menyangkal adanya penurunan
- anemia defisiensi besi (ADB) kesadaran.
- sickle cell anemia (SCA)
- talasemia
- Spherocytosis
- anemia aplastik
- leukemia
- tuberkulosis (TBC)
- infeksi parasit yang lama (malaria, cacing)

Anemia gravis sering memberikan gejala


serebral seperti tampak bingung, kesadaran
menurun sampai koma, serta gejala-gejala
gangguan jantung-paru
TEORI KASUS
EPIDEIOLOGI - Pasien tinggal di Negara
berkembang
- Pasien merupakan
perempuan dewasa yang
sedang tidak hamil

prevalensi anemia sebagai berikut:


Anak prasekolah : 30-40%
Anak usia sekolah :25-35%
Perempuan dewasa tidak hamil : 30 -40%
Perempuan hamil : 50 - 70%
Laki-laki dewasa : 20 -30%
Pekerja berpenghasilan rendah : 30 - 40%
TEORI KASUS
ETIOLOGI - Pada pasien ini anemia
DAN disebabkan perdarahan
KLASIFIKASI kronik (selama 1 tahun)
- perdarahan yang
memanjang dan banyak
(menometroragia)
TEORI KASUS
ETIOLOGI Pada pasien ini tidak
DAN dilakukan pemeriksaan
KLASIFIKASI mcv dan mchc sehingga
tidak bias menentukan
klasifikasi anemia
berdasarkan morfologi nya.

Anemia hipokrom mikrositer : MCV<80 fl dan MCH <27 pg


Anemia normokromik normositer : MCV 80-95 fl dan 27-34
pg
Anemia makrositer: MCV >95 fl
TEORI KASUS

MANIFESTASI Gejala umum anemia : Keluhan pasien :


KLINIK - Sindrom anemia timbul karena adanya iskemia pasien mengeluhkan
organ target serta akibat mekanisme kompensasi Pusing (+) dan lemas
tubuh terhadap penurunan kadar HB. Gejala badan (+) sejak 1 minggu
muncul setelah HB <7g/dl SMRS, sesak (-), mudah
- Lemah, lesu, cepat lelah, sesak nafas saat lelah (-) dan mudah letih (-
beraktiviitas, telinga mendenging (tinnitus), mata ) disangkal oleh pasien.
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas
dan dyspepsia.
- PE : tampak pucatn konjungtiva anemis, mukosa
mulut pucat, tangan dan jari-jari kuku pucat.
Gejala Khas masing-masing anemia :
- Anemia yang disebabkan perdarahan akut
berhubungan dengan komplikasi berkurangnya
volume intraseluler dan ekstraseluler. Keadaan ini
menimbulkan gejala mudah lelah, lassitude (tidak
bertenaga), dan kram otot. Gejala dapat berlanjut
menjadi postural dizzines, letargi, sinkop; pada
keadaan berat, dapat terjadi hipotensi persisten, syok,
dan kematian.
TERAPI
Indikasi transfusi :
- HB < 7,0 atau 8,0 g/dl
- Non iskemia : transfuse <7 g/dl
- Iskemia : transfuse <10 g/dl
- Operasi : <8,0 g/dl
Risiko transfuse :
- Demam
- Alergi
- Reaksi hemolitik
- TRALI (transfusion related acute lung injury)
- TRAC0 (transfusion associated circulatory overload)
- Anafilaksis
- Penyakit menular ( HIV, Hep B, Hep C dan virus lainnya)
MACAM-MACAM KOMPONEN
DARAH
- WB
- PRC
- Washed Red Cells
- TC (trombosit Consentrat)
- FFP (fresh Frozen Plasma)
- Cryoprecipittate
WHOLE BLOOD
• Volume 350 ml WB mengandung :
- 350 ml darah donor
- 63 ml larutan pengawet antikoagulan
- Hb ± 12 g/dl; Hct 35-45%
- Tidak terdapat faktor koagulasi labil (f. V dan VIII)

• Indikasi :
- Perdarahan akut dengan hipovolemia
- Transfusi Tukar (Exchange transfusion)
- Pengganti darah merah endap (packed red cell) saat memerlukan transfusi sel darah merah

• Kontraindikasi :
- Resiko overload cairan misalnya pada anemia kronik & gagal jantung
PRC
• Deskripsi :
– Volume 150-250 ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal
– Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit)
– Hct 55-75%
• Indikasi :
– Pengganti sel darah merah pada anemia
– Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau koloid)
• Perhatian :
– Resiko infeksi dan cara penyimpanan sama dengan WB
– Pemberian sama dengan WB
– Penambahan infus cairan NS 50-100 ml dengan infus set-Y memperbaiki aliran
• transfusi
– Waktu transfusi maksimal 4 jam kecuali pasien dengan Congestive Heart Failure, AKI (Acute Kidney Injury
dan Chronic Kidney Disease)
Infertilitas Primer
TEORI KASUS

DEFINISI “Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan Pasien menikah dengan


setelah menikah 1 tahun atau lebih dan pasangannya selama 2
melakukan hubungan seksual secara rutin.” tahun.

“penyakit pada system reproduksi yang 1 tahun pertama pasien


didefinisikan oleh kegagalan untuk mencapai melakukan hubungan seksual
kehamilan klinis setelah 12 bulan atau lebih dari secara rutin tanpa
hubungan seksual yang tidak terlindungi secara menggunakan KB/Kondom.
teratur”
Pasien tidak melakukan
“adalah ketidak mampuan seseorang yang aktif hubungan seksual secara
secara seksual, tidak pasangan konstrasepsi rutin dengan pasangan
untuk mencapai kehamilan dalam satu tahun” selama kurang lebih 1 tahun.
WHO
Pasien mengaku belum
pernah hamil/abortus.
TEORI KASUS

KLASIFIKASI Infertilitas dibagi menjadi dua : Pasien belum belum memiliki


anak.
1. Infertilitas primer
Istri yang belum pernah hamil walaupun P0A0
bersenggama
2. Infertilitas Sekunder
Istri pernah hamil sebelumnya akan
tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi
walaupun bersenggama
TEORI KASUS

FAKTOR RESIKO PRIA A. Gaya hidup Suami :


Bahan/Agen Kelompok Pekerja Efek Terhadap Kesuburan
- Konsumsi alcohol - Perokok
Fisik - Merokok - Jarang berolahraga
Panas (meningkatkan suhu Tukang Las, Pengendara Parameter sperma menjadi - Jarang olahraga - Pekerjaan : merupaakan
pada scrotal) mobil dan motor tidak normal
- Suplementasi Vitamun pegawai di salah satu
(vit.A) perusahaan yang bergerak
X-ray Radioterapi Azoospermia, mengurangi

jumlah sperma, namun dapat

kembali normal - Obat-obatan dibidang pengiriman


Elektromagnetik Pekerja tambang Efek tidak konsisten
(spironolakton, logistic.
sulfasalazine, kolkisin,
Getaran Penggali, Pekerja mesin Oligozoospermia,

asthenozoospermia

Kimia antibiotic,simetidin,
Pestisida Petani Oligozoospermia dan
siklosporin)
B. Pekerjaan
(Dibromochloropropane) azoospermia, mengurangi

tingkat kesuburan

Cadmium, magnesium Pekerja di pabrik baterai, Mengurangi kesuburan, --------


pelebur, pekerja metal memberikan efek pada

pasangan seksual

Aceton, glycol ether, carbon Laboran, pekerja di bidang Oligospermia, menurunkan

disulphide percetakan, pekerja kimia fekunditas, parameter sperma

menjadi tidak normal


TEORI KASUS

FAKTOR RESIKO WANITA A. Gaya hidup Ibu :


- Konsumsi alcohol - Memiliki ketakutan berlebih
- Merokok terhadap
- Jarang olahraga sesuatu/perdarahan yang
- Stress dialaminya
B. Pekerjaan - Pegawai pabrik
Bahan/ Agen Kelompok Pekerja Efek terhadap Kesuburan

Fisik

Kerja paruh waktu/waktu Paramedis Menurunkan fekunditas,

kerja yang lama pemanjangan waktu untuk

terjadinya kehamilan

Visual (Komputer) Pekerja kantoran Meningkatkan risiko

infertilitas

Kimia

Pestisida Petani Waktu kehamilan tidak

(Dibromochloropropane) konsisten

Cadmium, magnesium, obat Perawat, apoteker Pemanjangan waktu

kemoterapi, antibiotik kehamilan, meningkatnya

angka kejadian infertilitas

yang dilaporkan secara

perorangan

Gas anastetik Dokter gigi, dokter anastesi, Menurunkan angka

perawat fekunditas
ETIOLOGI
Penyebab Infertilitas pada Laki-laki:
Idiopathic male infertility 31%

Maldescended testes 7,8%

Urogenital infection 8.0%

Disturbances of semen deposition and sexual factors 5,9%

General and systemic disease 3,1%

Varicocele 15,6%

Hypogonadism 8,9%

Immunological factors 4,5%

Obstructions 1,7%

Other abnormalities 5,5%


ETIOLOGI
Penyebab infertilitas pada perempuan :
Etiologi Diagnosis

Ovulation disorders (40%) Aging

Endocrine disorder ( e.g., hypothalamic amenorrhea, thyroid disease)

Polycystic ovarian disease (PCOS)

Premature Ovulatory Failure

Tobacco use

Tuba factors (30%) Obstruction (e.g., history of pelvic inflammatory disease)

Endometriosis (15%) Endometriosis

Other (10%) Congenital uterine anomaly

Polyps

Fibroids
Gangguan Ovulasi
WHO membagi kelainan ovulasi ini dalam 3 kelas, yaitu:

- Kelas 1 :
Kegagalan pada hipotalamus hipofisis (hipogonadotropin
hipogonadism) Karakteristik dari kelas ini adalah gonadotropin
yang rendah, prolaktin normal, dan rendahnya estradiol. Kelainan
ini terjadi sekitar 10% dari seluruh kelainan ovulasi.
- Kelas 2 :
Gangguan fungsi ovarium (normogonadotropin-normogonadism)
Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin
namun estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85% dari
seluruh kasus kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok
ini adalah oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi
pada kasus sindrom ovarium polikistik (SOPK). Delapan puluh
sampai sembilan puluh persen pasien SOPK akan mengalami
oligomenorea dan 30% akan mengalami amenorea.
- Kelas 3 :
Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-
hipogonadism) Karakteristik kelainan ini adalah kadar
gonadotropin yang tinggi dengan kadar estradiol
yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh
gangguan ovulasi.

- Kelas 4 : Hiperprolaktinemia
⊡ TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai